04 - Sisinya yang lain

Magsimula sa umpisa
                                    

Pintu besar pada ruang tidur utama mansion terbuka. Seorang pemuda mungil bersurai kelabu mengedarkan pandangan kesegala arah, namun tidak menemukan siapapun di area itu.

Di hadapannya, hanya terlihat sebuah lorong sepi dengan ruangan-ruangan berpintu mewah di sebelah kiri, dan pagar kayu pembatas lantai dua disebelah kanan.

Dari tempatnya berdiri, Renjun dapat melihat ruang terbuka lantai satu dibawah sana, yang dibatasi dinding kaca transparan panjang dengan sebuah taman luas di baliknya.

Ternyata suasana tempat ini jauh lebih nyaman saat pagi, ketimbang di malam hari yang terasa begitu mencekam.

Memakai blazer hitamnya yang sebelumnya hanya tersampir di tangan, ia kembali memeriksa jam pada ponsel yang menunjukkan waktu memasuki jam makan siang.

"Sudah waktunya untuk pergi."

Ya. Tapi, dimana dia sekarang?

Percayalah, Renjun hanya sekedar penasaran. Karena jika ia benar-benar bertemu tatap lagi dengan sosok yang sepenuhnya mendominasi-nya kemarin malam itu, Renjun tidak yakin bisa mempertahankan wajah datarnya ini. Ia sangat yakin akan salah tingkah. Oh!

Hhh... Baiklah, sebaiknya ia segera turun dan–

//BRAKK

Tubuh kurus itu terjengkat kaget. Kepala Renjun memutar dengan kecepatan penuh, saat dentuman suara gaduh terdengar dari arah sebuah ruangan yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Ada apa?

Apa sedang terjadi perkelahian? Atau Boss sedang mengeksekusi seseorang?

Pagi-pagi begini? Oh, astaga!

Seketika Renjun bergidik ngeri memikirkan hal-hal menyeramkan yang ada didalam kepalanya.

Ingin rasanya ia berlari dan menghindar, tapi terkutuklah rasa penasaran yang melebihi kadar normal ini hingga membuatnya nekat untuk mendekati arah datangnya suara berisik.

Langkah berat itu menuntun Renjun mencari arah sumber suara. Dan yang makin membuat bulunya meremang, suara gaduh itu makin menjadi disetiap langkah yang membawanya mendekat.

Apakah dari ruangan itu?

Ruangan dengan pintu terbuka yang ada di depan tangga penghubung lantai satu.

Debaran jantung Renjun meningkat. Ia mencengkeram ujung blazernya untuk mengumpulkan keberanian.

Geraman apa ini?

Perlahan, suara tangisan bersuara rendah terdengar menggema. Bahkan Renjun sempat mematung sesaat di samping ambang pintu, sebelum dengan nyali yang belum terkumpul sempurna, ia tekadkan keberanian untuk mengintip dari sudut pintu yang terbuka setengah.

Eh?

I-itu...

Mungkin kedua mata sipit itu sedang bermasalah atau apalah, tapi Renjun bersumpah, ia tidak mampu menyembunyikan keterkejutan itu dari raut wajahnya yang termangu menatap pemandangan tidak biasa dihadapan matanya. Jantungnya tercekat. Bibirnya terbuka dengan mata membulat sempurna.

Disana, di dalam sebuah ruang kerja yang dihiasi oleh ornamen mewah, pada lantainya telah berserak di sembarang tempat barang-barang yang sebagian pecah dan robek.

Disebuah sudut disamping sofa panjang sisi ruangan, terduduk sesosok lelaki menatap kosong lantai dihadapannya dengan tangan memeluk kedua lututnya. Tubuhnya bergetar. Napasnya tersengal–

THE BOSS - GUANREN ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon