P R O L O G

1.2K 219 229
                                    

"SELAMAT YA CHOI JONGHO BAPAK BANGGA PADAMU!!!"

Sambut Mingi heboh seraya membentangkan banner besar bertuliskan 'Happy Graduation Uri Maknae'. Ada juga Seonghwa dan Hongjoong yang sedang menghambur-hamburkan confetti sambil meneriakkan nama Jongho. Udah kayak cheerleaders aja.

Teman termudanya itu baru saja lulus SMA dan langsung diterima di Universitas favorit lewat jalur undangan. Otomatis mereka juga seneng dong, gak sia-sia selama ini mereka jadi guru les Jongho.

Jongho yang baru masuk apartemennya cuma geleng-geleng kepala. Dia udah capek, mana diluar panas lagi. Anyway, Jongho senang bisa menerima surat undangannya di Universitas tersebut.

Eh pulang-pulang ada sambutan meriah di rumahnya. Nyesel Jongho ngasih tau password pintu ke teman-temannya. Untung saja mereka masih bisa dipercaya.

Orangtua Jongho ada di luar kota, Jongho hidup mandiri di apartemen.

Seonghwa, Hongjoong, dan Mingi adalah senior Jongho semasa SMA. Mereka bisa saling kenal ketika tak sengaja telat masuk sekolah lalu gerbangnya sudah terkunci oleh satpam. Tak hanya berempat, ada juga Yunho, San, Yeosang, dan Wooyoung.

Kala itu mereka semua sama-sama terkena hukum menyapu lapangan basket.

"Hufttt ... capek!" keluh Jongho sembari mendudukkan dirinya di sofa. "Gak ada minuman, ya?"

"Tuh." Mingi menunjuk sebuah akuarium besar di sisi ruangan dengan bibir yang dimonyongkan.

PLAK!




















































Jongho melayangkan sebuah novel tebal yang berhasil mengenai kepala Mingi. Mingi mengaduh kesakitan, sedangkan Jongho hanya berdecak. Lagi badmood dia kayaknya.

"Sabarlah wahai manusia, Hongjoong lagi buatin jus jambu!" ucap Seonghwa seraya mendorong punggung Jongho dari belakang sofa membuat pemuda Choi itu langsung berdiri mengahadap belakang.

"Apaan sih dorong-dorong?!" sungut Jongho emosi.

"Sensi amat." Seonghwa memutar bola matanya jengah. "Udah ah gue mau balik, bye semua!!" Ia melirik Mingi sekilas sebelum akhirnya menarik gagang pintu dan pergi meinggalkan apartemen.

Tersisa Mingi, Jongho, dan Hongjoong---yang sedang berada di dapur.

"Yang lain gak pada kesini?" tanya Jongho.

"Kak Yunho lagi ke rumah temen, San lagi kedatangan keluarga jauhnya, Yeosang gak tau lagi ngapain, kalo Wooyoung lagi ke perpustakaan nyari referensi tugas tapi nanti katanya dia bakal kesini," jelas Mingi lancar kayak nge-rapp.

Jongho mendelik. "Kak San? Keluarga darimana? Kan dia besar di panti asuhan."

Benar juga, pikir Mingi. San tidak pernah bertemu keluarganya sejak kecil, bagaimana bisa keluarganya tiba-tiba datang? Apa mereka masih mengenali wajah San setelah sekian lama tak bertemu?

"Eh, iya juga ya. Gak tau lah pokoknya dia bilang lagi ada acara," ujar Mingi kemudian menghempaskan bokongnya di sofa yang sama dengan Jongho. "Lo gak mandi? Bau banget tau."

Jongho memalingkan wajahnya. Tak mengindahkan ucapan Mingi sama sekali.

Saat itu pula Hongjoong datang dengan membawa senampan berisi lima gelas jus jambu segar. Namun, raut wajahnya berubah bingung. "Loh? Seonghwa mana?"

"Pulang. Biasalah palingan sibuk ngurusin kasus bunuh diri mahasiswi kemarin," ujar Mingi memberitahu.

Seonghwa adalah seorang detektif. Dia merupakan pekerja handal dan selalu menjadi kepercayaan polisi. Sudah puluhan kasus ia tangani dalam waktu singkat. Berkali-kali ia dipanggil untuk kasus-kasus yang rumit dan hebatnya Seonghwa berhasil memecahkannya.

Sungguh detektif yang cerdas.

"Minum dulu jusnya," tawar Hongjoong lalu duduk di samping Mingi.

Jongho dan Mingi langsung menyambar gelasnya masing-masing, kemudian menghabiskan jus jambu itu hingga tetes-tetes terakhir. Namanya juga orang haus.

"Makasih," ucap mereka serentak lalu meletakkan kembali gelas belingnya ke atas meja. Hongjoong hanya tersenyum tipis.

You make me feel special~
Sesangi amuri nal jujeoanchyeodo~

Nada dering telpon terdengar nyaring. Dengan sigap Hongjoong merogoh kantong celananya kemudian meraih ponsel yang baru dibelinya 2 hari yang lalu itu.

"Halo—APA? J-JANGAN BERCANDA."

Ekspresi Hongjoong berubah cemas, khawatir, dan kaget dalam waktu yang bersamaan. Bahkan ponselnya hampir saja lolos dari genggaman jika ia tak cepat menangkapnya. Sayang hp baru.

Tangannya yang gemetar buru-buru menyalakan loud speaker agar teman-temannya dapat mendengar suara dari sang penelpon.







































































Saya sedang tidak bercanda.
Jeong Yunho, teman anda. Benar-benar ditemukan dalam keadaan tak bernyawa
di dalam gorong-gorong tepat
pada pukul 10.”









































































║▌│█║▌│renesque│█│║▌║

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

║▌│█║▌│renesque│█│║▌║

w r i t t e n ; March 9th 2O21
p u b l i s h e d ; March 13th 2O21

✦ Ignored Villain ːː ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang