04-BENDAHARA CANTIK

Start from the beginning
                                    

"Sepuluh ribu dikali lima puluh enam sama dengan lima ratus enam puluh ribu?" Abel menganggukkan kepalanya.


Mori menggebrak meja dengan kuat membuat Abel yang didepannya terlonjak kaget. "Bener-bener. Tunggu disini, Bel. Biar gue yang samperin sontoloyo itu!"

Mori menggulung lengan seragamnya yang pendek hingga sebatas bahu. Cewek dengan rambut sedikit ia kucir tinggi tersebut menyatukan alisnya, pertanda emosi.

Kok kek jurig ya.

"Mor, lo mau kemana?!" Tanya Abel sedikit berteriak saat Mori sudah diambang pintu.

"MAU KASIH JURUSAN SERIBU SELEPETAN SAMA SONTOLOYO!" Teriak Mori, kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat favorit Gibran dan teman-temannya, kantin Mak Njing.

Abel menggelengkan kepalanya. Mau dikasih jurusan sejuta selepetan pun tidak bakal ada kapoknya. Kecuali kalau nyelepetnya pakai golok, yakin tuh pasti kapok.

Sementara itu, tepatnya dibalik dinding kelas 12 IPS 3, Gibran berdiri dengan senyum angkuhnya.

"Sono, cari Gibran di kantin mak Njing. Orang gue dari tadi disini juga. Bro! Gue masuk," Gibran menepuk pundak Kenzo.

"Dikelas cuma ada Abel, Gib. Mau lo apain?" Tanya Kenzo.

"Mau godain bendahara cantik," kata Gibran sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Godain aja, Gib. Kalo mau buku tebelnya yang melayang dikepala lo," sahut Algerian.

Gibran menjentikkan jarinya. "Orang ganteng gak bakal kena timpuk buku. Yang ada ketimpuk cinta!"

"Sok lo!" Kenzo menjitak kencang kepala Gibran.

Gibran tak memperdulikan teman-temannya. Cowok berdarah Reynand itu melangkahkan kakinya menuju kelasnya, untuk menghampiri cewek yang katanya Bendahara cantik itu.

"Woi! Bel---"

Glek!

"Gimana sih ceritanya bisa lepas gini kancing seragamnya." Dumel Abel belum menyadari akan kedatangan Gibran.

Abel mendongakkan kepalanya, dan detik itu juga mata belonya melebar sempurna. Manusia siluman kecebong sudah ada didepannya.

"Lo!" Tunjuknya.

Gibran mengalihkan pandangannya. "Gak kok enggak. Gue gak lihat tank-top lo yang warnanya ungu,"

Abel melebarkan bola matanya. Itu bukannya tidak tahu, tapi malah memperjelas!

Diam-diam Gibran melirik Abel. "Tahan-tahan. Iman lo kuat, Gib." Batin Gibran seraya menghembuskan nafasnya.

"Tutup, Bel," ucap Gibran. Tangannya keringat dingin.

"H-hah?" Beo Abel belum paham apa yang dimaksud dengan Gibran.

"Bel--"

"Apa sih!" Potong Abel.

"Tutup kancing baju lo, Bel. Tank-top lo keliatan!" Potong Gibran cepat.

GIBRAN DIRGANTARAWhere stories live. Discover now