Kantuk
Duhai kantuk,
kata siapa aku mengantuk?
Duka dan luka mengundang kantuk,
cinta dan rindu menawan kantuk.
Lebamnya hati melemahkan kantuk,
air mata menyirami kantuk,
semalaman kusegar tak mengantuk,
aku hanya ingin mengantuk.
Hari sudah malam, kantuk,
siang tadi melelahkan membawa kantuk,
mengenangmu menghancurkan kantuk,
lagi-lagi aku tak mengantuk.
Bantal dan guling telah mendukung, kantuk,
bawa aku bermimpi melewati gerbang kantuk,
perdebatan tadi siang menyisiri kantuk,
domba yang kuhitung tak lagi mengantuk.
Bayangannya mengaburkan kantuk,
senyumannya memecahkan kantuk,
malam ini mata tak juga mengantuk,
duhai engkau di sana, sudahkah mengantuk?
(Tangerang, 30 Juni 2016)
YOU ARE READING
Memaki Manusia, Menasihati Dunia
PoetrySebuah kumpulan puisi. Berisi makian juga nasehat atau juga tidak sama sekali. Kalau saja karya harus berdasarkan pekerjaannya, pengangguran tidak punya hak untuk berbagi buah pikirnya kepada dunia. Ya, harga dari sebuah kebebasan dan waktu untuk me...