Satu

37.4K 4.4K 219
                                    


Jadi, Lingga ini adalah cucunya Hartala. Kakeknya Affan di cerita Bening.

Setelah kemaren2 kita buat cerita ttg keluarga Smith yg luar biasa gagah, skrg kita kenalan yes sama para anggota keluarga Hartala yg gk kalah luar biasa hahahah

Ibunya baru saja berbuat ulah. Tak hanya memicu keributan internal perusahaan, hingga membuat sang pemilik kuasa tertinggi turun tangan. Ibunya bahkan sempat digiring oleh pihak kepolisian demi memberi keterangan.

Sebuah ketidaksengajaan yang berujung petaka.

Lingga menghela napas tak kentara seraya memejamkan mata. Walau nyatanya, sang ibu tak dipenjara berkat hebatnya pengacara keluarga melobi jajaran tinggi pihak berwenang hingga menampilkan bukti-bukti yang sebagian besar jelas rekayasa. Masih ada masalah lain yang tak kalah penting untuk dipikirkan.

Mengembalikan nama baik keluarga, sekaligus citra perusahaan.

Well, sebenarnya itulah yang maha penting.

"Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk menutup kemungkinan-kemungkinan terburuk setelah insiden kemarin?"

Pertanyaan itu datang langsung dari Hartala yang tak lain adalah kakeknya. Duduk di kursi kebesarannya bak sang penguasa, Hartala adalah sentral dari semua keputusan di dalam keluarga besar mereka. Walau usianya tak lagi muda, kakeknya itu tak pernah merasa lelah bila harus berurusan dengan perusahaan.

"Apa masalah yang ditimbulkan Ivy sudah benar-benar selesai?"

Lingga membuka mata, lalu menatap ibunya sekilas saja. Wanita setengah baya itu hanya mampu tertunduk. Duduk mengkerut di sebelah ayahnya.

Hah, ibunya memang mengada-ada saja.

"Yang pertama, kita bisa berdoa supaya tidak ada orang yang berani buka suara terkait peristiwa kemarin," asisten Hartala yang berbicara dengan kelugasan yang tak perlu diragukan lagi. "Dan yang kedua, kita bisa menjadikan mereka keluarga, Pak."

"Uang tutup mulut sudah dibagikan semua, bukan?"

"Benar, Pak. Tetapi kemungkinan berkhianat tentu tetap ada."

Lingga bisa menyaksikan bagaimana sang kakek langsung berdecih tak senang. Sambil menatap ibunya dengan garang, kakeknya itu tak segan-segan menampilkan raut ketidaksukaan yang begitu terang. "Lihat Ivy, arogansimu membuat kita semua susah," lidah tajamnya melibas tanpa ampun. "Hari ini, sampai beberapa waktu ke depan, mungkin semua bisa kukendalikan. Bagaimana nanti bila aku mati dan meninggalkan kalian-kalian semua ini dalam ketidakbecusan? Mau jadi apa perusahaan ini, hah?"

Enggan memberi tanggapan, Lingga memilih menyimak saja. Walau di sebelahnya, sang kakak laki-laki terang-terangan mencibir kakek mereka.

"Aku merintis semua ini dari nol! Dan seenaknya saja kalian membuat ulah yang bisa merugikan perusahaan! Sebenarnya, apa yang kamu lakukan berkunjung tiap hari ke kantor?"

"Maafkan Ivy, Pa. Dia nggak sengaja," bela Dani untuk istrinya.

"Dan ketidaksengajaan dia sudah merenggut nyawa orang lain, Dani!" sentak Hartala kian murka. "Setelah ini, cabut semua fasilitas yang kamu berikan padanya. Hukum dia agar tetap berada di rumah."

Satu titah sudah meluncur dari sang pemilik kuasa penuh di gedung ini. Tak akan ada yang berani membantah.

"Lalu, bagaimana dengan poin yang kedua?" walau telah menggunakan tongkat sebagai bantuan beraktivitas, semangat Hartala dalam melindungi perusahaannya tak perlu diragukan. "Menjadikan mereka keluarga katamu tadi? Bagaimana caranya?"

"Menikahkan salah satu cucu Anda dengan putri pertama korban, Pak."

Ck, ide sialan!

Lingga langsung memaki dalam hati. Firasatnya sudah menjeritkan kata waspada berulang-ulang. Dan kini, yang Lingga lakukan hanyalah menyabarkan hati. Sementara kakaknya sudah tertawa terlebih dahulu menanggapi usul itu.

Berharap IndahWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu