🔖Benci

549 88 87
                                    

"Udah janji jangan ingkar. Inget kamu cowok!"

Hendery tertawa kecil dan mengangguk. Dan sebenarnya dia tidak yakin akan janjinya. Karena entah kenapa dia merasa akan terjadi hal yang buruk antara keduanya. Semoga saja tidak akan terjadi apa apa besok dan bisa menikmati atraksi air mancur dengan lancar. Semoga saja.

Hendery tersenyum lalu mengambil sebuah batu.

"Kalau kau stres atau lagi depresi, enaknya lemparin batu batu ke sini. Cobain deh. Ntar lega."

Xiaojun mengamati Hendery yang melemparkan sebuah kerikil dan menimbulkan suara yang unik. Xiaojun terhibur dengan tingkah Hendery.

"Cobain." Hendery memberikan Xiaojun beberapa kerikil.

Xiaojun asal asalan membuang kerikil itu lalu tertawa karena Hendery mendecak.

"Nggak gitu." Hendery mengambil kerikil Xiaojun dan mempraktikkan cara yang menurut Hendery benar. Xiaojun ber'oh lalu mengangguk.

"Coba kamu merem, lalu salurin apa unek unek kamu, terus bayangin aura kamu dan beban atau apapun itu masuk kedalam batu ini. Terus lempar. Sambil teriak! ARRGHH gitu."

Xiaojun mengangguk lalu memejamkan mata. Dia menarik napas panjang lalu menatap kedepan.

"GUANHENG JELEK!!"

Setelah berteriak Xiaojun melempar batu itu dan tertawa melihat raut muka Hendery yang berubah.

"Kamu ini!" Hendery menghampiri Xiaojun dan menggelitikinya membuat pria Xiao itu memberontak dan lari.

Hendery mengejar Xiaojun mencoba menangkap pria itu. Xiaojun berhenti di tepi sungai lalu memercikkan air kepada Hendery. Pria Huang itu juga tak mau kalah.

Dia juga turun dan memercikkan air kearah Xiaojun. Mereka tertawa mengabaikan hawa dingin yang bisa saja membuat mereka sakit karena bermain air di malam hari.

Mereka berdua berharap waktu akan berhenti dan membiarkan mereka menikmati kebahagiaan ini selamanya tanpa halangan apapun. Tanpa masalah dan drama drama. Mereka hanya berharap momen seperti ini akan datang setiap hari pada mereka. Hanya itu harapan mereka berdua.

Hidup dengan bahagia, dengan orang yang mereka cintai.

.
.
.
.

Renjun berkacak pinggang menekuk wajah ketika Dongpyo dengan boneka ayamnya berdiri nyengir di depan pintu kamar miliknya.

"Mau ngapain?" Tanya Renjun dengan nada tak bersahabat.

"Bobok sama om dong. Jangan pelit pelit. Kata Om Lucas orang peling nggak ada yang sayang."

Ucapan Dongpyo seakan menusuknya. Apakah benar jika pelit tidak ada yang sayang?

"Kenapa bengong om? Boleh nggak?" Dongpyo masih memasang wajah imutnya.

"Ih kenapa di kamar aku sih! Kamar Hendery aja sana!" Usir Renjun.

Dongpyo memasang wajah sedih kemudian pergi dari sana membuat Renjun sedikit mempunyai rasa bersalah. Sedikit 10% saja, sisanya dia tak perduli.

Dongpyo perlahan membuka kamar berdominan abu abu hitam itu lalu menutupnya kembali. Dia berbaring dan memeluk pamannya yang sudah tertidur dengan pulas.

"Paman! Udah bobok?" Dongpyo mengguncang guncangkan badan Hendery membuat pria itu bangun.

"Kenapa, sayang?" Tanya Hendery. Dongpyo mempoutkan bibirnya dan mendekap boneka ayam nya.

"Tau nggak sih, tadi Pyo lihat Tante Lia di kamar mandi lagi teleponan."

Hendery dengan mata terpejam menganggung anggukan kepala mendengar cerita dari Dongpyo.

[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOWhere stories live. Discover now