🔖GUANHENG.

704 115 79
                                    

Clek

Hendery memasuki ruangan berbau obat yang sangat menyengat. Dia melipat tangannya di dada menatap ibunya yang sedang membaca majalah.

"Jadi katakan apa yang kau derita."

Irene meletakkan majalahnya di atas nakas kemudian membenarkan posisinya.

"Lihat saja sendiri. Kamu nggak akan pernah percaya sama mama." Ucap wanita itu sambil menunjuk amplop cokelat di meja.

"Menurutmu, apakah aku akan percaya dengan semua ini?"

Meski berkata demikian, Guanheng tetap membuka amplop itu dan menatap mamanya sebentar.

"Ayo periksa lagi."

"A-apa?"

"Mama masih muda. Seharusnya belum tuli."

"Ma-maksudku bukan itu. Ak-aku."

Irene menghela napas. Memejamkan mata sebentar kemudian menatap putra sulungnya.

"Baiklah, Suho mendidikmu dengan baik ternyata."

Hendery tersenyum miring sambil membuang muka.

"Tidak apa mama. Aku tahu mama merindukan profesi mama sebagai seorang aktor."

Hendery mendekatkan dirinya kepada ibunya yang berbaring. Menatapnya bak psikopat yang menatap mangsanya.

"Maka dari itu, Hendery akan masuk kedalam permainan. Anggap saja Hendery tidak tahu semua ini."

Irene menelan susah payah salivanya. Anaknya bahkan lebih menyeramkan dari dugaannya selama ini. Kemana sifat lembut dan kekanak kanakan Hendery yang selalu di lihatnya setiap hari?

"Nyonya Kim,"

Atensi Hendery teralihkan kepada dua orang wanita yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hendery mengamati dari atas sampai bawah. Melihat sandangan mereka yang sepertinya juga seorang bangsawan. Namun bukan itu yang menarik perhatian Hendery, melainkan wanita yang lebih tua dari wanita di sebelahnya.

Hendery merasa pernah melihatnya. Namun dimana?

"Nyonya Choi. Silahkan masuk." Irene hendak bangun dan di bantu Hendery yang dengan sengaja menyenggol infus tempelan di tangan Irene membuat benda itu lepas.

"Oh! Bahaya banget!"

Hendery segera menelepon dokter menyuruhnya segera ke ruangan Irene untuk menginfus ulang karena ulahnya.

Wajah panik Irene sangat terlihat ketika Hendery menelepon dokter. Anak itu tahu jika Irene takut dengan jarum suntik. Tapi kenapa Hendery melakukan semua ini?

Seringai tajam ia tampakkan kepada ibunya yang panik ketika dokter mulai menusuk nadinya untuk di sambungkan kepada selang infus.

'anak licik'

'Mama duluan yang memulainya.'

Seorang gadis dan ibunya itu menghampiri ranjang Irene lalu meletakkan buah buahan yang ia bawa di nakas. Gadis yang Hendery pikir bernama Lia itu duduk di sampingnya, agak menjaga jarak dengan Hendery yang ber aura menakutkan.

"Hai."

Suara lembutnya membuat Hendery menoleh.

"Aku Lia."

Hendery hanya mengangguk lalu sibuk dengan ponselnya lagi.

Hendery hanya mengangguk lalu sibuk dengan ponselnya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOWhere stories live. Discover now