6

13.1K 281 5
                                    


°°°°

Merasa tidak enak dengan situasi yang tak menyenangkan, Abian memutuskan untuk meninggalkan lapangan upacara. Ia tak ingin para murid melihatnya beradegan mesra dan menjadi tontonan gratis. Bahkan ia lihat ada beberapa murid yang merekam dirinya.

Kadang jadi orang tampan memang sesulit ini.

"Saya permisi saja ya, Bu. Mau langsung ke ruangan dulu," tanpa menunggu jawaban, Abian berlalu pergi diikuti si wanita tersebut.

"Oiya, Pak. Silakan."

"Yahh, nggak jadi lihat yang segar-segar deh."

"Semangat langsung menurun kalau begini caranya."

"Itu cewek ganjen siapa, sih. Ganggu kesenangan orang saja."

"Upacaranya jadi nggak seru, ah."

Kasak-kusuk mulai terdengar dari para murid. Sedangkan Iren hanya mampu terdiam seraya matanya terus menatap lekat punggung Abian yang mulai menjauh sampai hilang ditelan kelokan.

"Kita mulai upacaranya ya anak-anak. Harap tenang." Bu kepala sekolah menenangkan.

Para murid pun terdiam.

Usapan di lengan Iren membuyarkan lamunan. Saat menoleh, Bu Nina, wali kelas yang berdiri tak jauh dari Iren tersenyum. "Ayo, dimulai upacaranya.

"Iya, Bu."

Iren mulai melanjutkan tugasnya.

Sepanjang upacara Iren sedikit terpecah konsentrasinya. Ia memikirkan Abian sedang apa di ruangan sana dengan wanita itu dan siapa gerangan status si wanita.

Apa jangan-jangan istrinya?

"Amanat pembina upacara. Pasukan diistirahatkan."

Pemimpin upacara dengan lantang berteriak. "Seluruhnya, istirahat di tempat, grak!"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Puji syukur sekali ya, di pagi yang cerah ini, kita diberi kesehatan dan kenikmatan yang berlimpah sehingga bisa melaksanakan upacara dengan baik. Pagi ini ibu nggak akan bicara panjang lebar. Langsung saja ibu akan memberikan berita gembira ini. Sesuai arahan Pak ketua yayasan, program beasiswa sudah mulai dibuka. Silakan kalian ikuti syarat dan ketentuan sesuai dengan apa yang kalian mampu. Jangan lewatkan kesempatan emas ini."

"Horeeeeee."

Ucapan lain tak Iren hiraukan lagi. Pikirannya masih berkelana memikirkan Abian. Rasanya ingin cepat bertemu, ia ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah doa dan laporan, akhirnya upacara pun selesai.

Murid-murid langsung membubarkan diri. Sedangkan Iren duduk selonjoran di lantai untuk meluruskan kakinya yang pegal. Pikirannya masih terus sibuk menerka, siapakah wanita itu? Sudah sekian lama tidak nongol, sekalinya nongol malah pamer kemesraan. Kan ngeselin.

"Ish, si om minta dicincang nih."

Iren mulai berdiri, lalu menuju kelas seorang diri. Ia memang tak memiliki teman akrab untuk tempat berbagi cerita dan keluh kesah. Atau bahkan untuk sekedar jalan ke kantin.

Bukannya mereka yang tak ingin mengakrabkan diri, hanya saja kadang terkadang Iren yang menutup diri.

Seperti genk viona itu, sering bergerombol hanya untuk meledek dan mengolok orang lain untuk dijadikan bahan tertawaan.

Menurut Iren itu bukan contoh pertemanan yang patut ditiru.

Ketika hendak berbelok ke kelas, ekor matanya menangkap sosok Abian dengan wanita genit itu di depan ruangan ketua yayasan. Wajah lelaki itu terlihat kesal.

Sugar BabyWhere stories live. Discover now