"Eh, abis ini lo gausah bersih-bersih. Lo tinggal kerjain Tugas Matematika sama Fisika gue, ntar gue kasih gaji lo"

"Tapiㅡ"

"Diem atau lo gue masak?"

"Okey.."

Hampir 2 menit, akhirnya Hara menyerahkan hasil potongannya pada Haechan. Haechan mengambil talenan yang diserahkan Hara. Tak sengaja tangan Haechan menyentuh tangan Hara.

Haechan hanya bersikap santai, namun Hara?

Ayo Hara, kamu harus buang jauh-jauh perasaan aneh kamu itu! Haechan bukan lelaki yang tepat untuk kamu!

Tak lama ponsel yang berada di meja berdering. Haechan mengambil Ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Di sekian detiknya ia berubah menjadi semuringah.

Haechan melepas apron-nya lalu memasangkannya ke Hara. "Lo gantiin gue masak ya? Tinggal lo kasih kecap. Kalo dagingnya udah empuk lo angkat. Jangan lo makan! Awas aja lo"

Haechan berlalu dengan cepat, meninggalkan Hara yang masih terpaku. Samar-samar Hara mendengar suara kegirangan dari seorang Lee Haechan. Apa ini sesuatu yang menggembirakan baginya?

Ah sudahlah, Hara tidak mau mengambil pusing dengan itu, yang terpenting ia nanti bisa membayar uang sumbangan yang pak Leeteuk pinta walau terlambat.

Setelah menuruti apa yang Haechan katakan ia menyajikan hidangannya di meja. Makanan itu terlihat lezat, walau melihat resepnya di internet.

"Sekarang aku harus apa?" Hara mencoba memejamkan matanya, lalu. "Ah! Tugas Haechan! Tapi di mana bukunya?"

Apa ia harus menelepon atau mengirim pesan pada Haechan? Hara takut ia dianggap tak sopan jika memeriksanya di dalam kamar Haechan.

Tok.. Tok..

Pintu rumah Haechan tiba-tiba diketuk, membuat Hara tersentak kaget.

"CHAN! MAU NUMPANG MAKAN!!"

Hara menyerit. Ia tampak mengenali suara itu. Bukankah itu suara.. Jaemin?

"CHAN, CEPETAN!! GUE MAU MINUM!!"

Dan, Jeno?

Sebentar.. Apa teman-teman Haechan sedang datang berkunjung?

Dan apa? Makan? Mereka pasti akan memakan masakan yang Haechan buat nantinya, lalu akan menyalahkan dirinya.

"Aku harus sembunyi sama nyembunyiin makanan ini juga"

KRIET..

"Dongo lo pada. Pintu gak dikunci malah teriak kek anak setan," seru Renjun.

Jaemin, Jeno dan Renjun pun masuk ke dalam rumah Haechan yang sepi layaknya rumah kosong.

"Sepi amat nih rumah," ucap Jaemin mendahului Renjun dan Jeno.

"Salah alamat kali kita"

"Bertahun-tahun main ke sini, yakali lupa, Jen"

Perkataan Renjun ada benarnya juga. Tak mungkin mereka salah alamat rumah temannya itu. Apa pria itu sedang pergi?

"Gila wangi bener. Haechan abis masak kali ya?" Jaemin mencoba pergi ke dapur untuk melihat sumber bau lezat yang membuatnya semakin lapar. Tapi sayangnya nihil, tak ada satupun makanan yang tergeletak di meja.

"Aneh banget"

"Jaem!" panggil Jeno, menyuruh Jaemin untuk masuk ke kamar Haechan.

"Telepon Haechan nggak?" Renjun mengeluarkan ponselnya seraya menyenderkan kepalanya di headboard kasur Haechan.

bully, lee haechanWhere stories live. Discover now