1. Putri Buruk

125 67 27
                                    

"Jangan menjadi happy virus, kamu hidup bukan untuk membahagiakan orang lain. Gunakan kemampuanmu untuk mengubah dunia."

Anak kecil itu menundukkan kepalanya. Mencoba menahan tangis.

"Duduklah, jangan menangis, itu membisingkan." Wanita berumur sekitar 32 tahun itu menghentikan pertengkaran anak-anaknya.

"Apa cita-citamu Shima?" Tanya Mrs. Veeyae.

Anak itu mengangkat kepalanya. Menatap ibunya.

Pertanyaan yang sama disetiap harinya.

Mulutnya terkatup, dia tidak tahu. Dia hanya ingin jadi superhero. Membantu banyak orang.

Kali ini dia mencoba memberanikan diri mengatakan cita-citanya. Tidak seperti biasanya.

"Nanti, Shi ing-"

"Dia bercita-cita menjadi superhero." Shima menoleh ke arah laki-laki yang memotong pembicaraannya.

Matanya menyipit. Benci dengan ketidak sopanan.

"Apa yang kamu dapat dari superhero?"

Mata Shima kembali menoleh ke arah ibunya.

"Menolong semua orang, kemudian mereka mengucilkanmu? Berhenti bersikap bodoh Tuan Putri." Veeyae melanjutkan.

Shima tetap dengan diamnya. Mencoba memasukkan makanan kemulutnya.

'Lalu harus jadi apa aku?'

Bukankah menjadi superhero suatu cita-cita yang mulia?

"Umurmu sudah 10 tahun. Itu sudah cukup untuk menentukan cita-cita. Berusahalah, kau tak akan bisa membuat keajaiban jika tidak dari sekarang. Jangan menjadi putri buruk. Ini keluarga Xien, keluarga bangsawan dengan segudang kecerdasan." Veeyae berkata dengan muka dinginnya.

"Tapi, mereka seumuran Shi sedang bermain di sana. Bahkan ada yang lebih dari umur Shi."

Veeyae menatap tidak suka pada anak bungsunya.

"Kamu harus ke Jepang. Dan belajar di sana. Kamu tidak fokus jika terus berada di sini. Mereka telah mencuci otakmu."

"TIDAK! SHI TID-"

"JANGAN MEMBANTAH KATA MOMMY!" Suasana di ruang makan menjadi tegang. Ibu dan si bungsu sedang berdebat.

Shima menunduk. Mencoba menahan tangis. Satu hari tanpa bentakan. Sepertinya itu tidak berlaku pada Shima.

Veeyae berdiri. Meninggalkan ruang makan.

Sisa empat orang. Perlahan bangkit dan pergi satu persatu.

"Pergilah ke halaman belakang dan dengar cita-cita dari teman yang kau banggakan, putri bungsu."

Shima menatap kakaknya yang sekarang telah beranjak meninggalkan ruang makan.

"Apa maksud Shooyè Xien?" Tanyanya pada diri sendiri.

Dia berdiri. Meninggalkan makanannya yang bahkan masih terisi penuh di piring emas itu.

-

"Shima anak yang baik. Kalian harus gunakan kesempatan ini. Otaknya pintar. Jangan berteman tanpa memanfaatkan."

"Aku sudah dapat satu juta won. Aku ingin beli handphone merek terbaru. Harganya sangat mahal. Tapi, persahabatan lebih penting bagi Shima. Jadi Shima pasti menuruti permintaanku. Nanti siang dia juga akan membawakan hadiah untukku."

Satu persatu segerombolan anak-anak itu menceritakan apa yang mereka dapatkan dan inginkan dari putri bungsu keluarga Xien.

Tanpa sadar, seorang anak yang sedang mereka perbincangkan bersembunyi di balik tembok besar yang tidak jauh dari segerombolan anak-anak itu. Ikut mendengar.

Tidak menyangka.

Bagaimana mungkin dia bisa sebodoh ini?

Shima beranjak. Sorot matanya menajam. Raut wajahnya menjadi dingin. Bibirnya terkatup rapat.

Dengan tangan terkepal dan senyum tipis, Shima berjalan meninggalkan segerombolan orang-orang yang pernah disayangnya.

Baiklah, ini menjadi hari terakhirnya di Korea. Bersiap pergi ke Negeri Sakura.

Akan dia buat kejutan yang benar-benar membuat orang terkejut.

Terlalu sering menjadi putri buruk bagi keluarganya. Saatnya bertukar peran.

Shima mencoba memasuki ruangan putih yang berada tidak jauh dari halaman belakangnya. Mendekati sebuah komputer yang terletak di sudut ruangan.

Mengotak-atik komputer tersebut.

"Tunggu kejutan dari Shima Xien Min. Terima kasih telah mengembalikan kecerdasan dari putri buruk ini."

Mata tajamnya menatap lurus ke arah komputer. Senyum tipisnya berubah menjadi senyum sinis ketika layar komouter menampilkan sesuatu yang dia harapkan.

Shima telah bertukar peran. Shima yang lama telah punah. Saatnya Shima baru yang berkarya.

Jangan bertanya kenapa dan akan kemana. Cukup nantikan dramanya.

"Salam muak, dari Shima."

●●●●●

Selesai.

Ini tulisan tanpa pemikiran yang matang. Hanya sebuah cerita tanpa makna. Tapi jika ada hikmahnya, maka ambil yang baik buang yang buruk.

Makasihh yang udah baca. Don't forgt buat vote and comment.

Salam Manisss, Author.

CA Micauw

GUIDANCEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant