Pena Umbridge

2K 296 15
                                    

Menghilangnya Dumbledore membuat suasana Hogwarts terasa jauh lebih buruk dibanding sebelumnya. Dengan Umbridge yang menggantikan posisinya sebagai kepala sekolah untuk sementara waktu, menjadikan kekuasaan wanita itu semakin tak tertandingi oleh siapapun bahkan McGonnagal sekalipun. Semua murid harus mengikuti wawancara atas dugaan aktivitas ilegal, dan itulah yang menjadi alasanku mendatangi ruangan Umbridge sore ini. Aku memutuskan datang setelah kelas terakhirku dibubarkan. Bisa kulihat Draco berdiri disana, di depan ruangan Umbridge, ia menatap ke arahku yang baru saja tiba. Tidak, dia berada disini bukan untuk menemaniku melainkan karena jabatannya sebagai kaki tangan Umbridge, ia bersama yang lainnya harus memastikan tidak ada satupun murid yang menghindari wawancara ini.

Draco menatapku lekat-lekat, tak bersuara sama sekali. Setelah itu mengalihkan tatapannya dariku, membisikkan sesuatu kepada Goyle yang berdiri di sebelahnya, lalu berjalan pergi melewatiku. Ini pertama kalinya dia mengacuhkanku dan aku tahu dengan pasti alasannya melakukan itu. Aku memilih untuk mengakui semuanya kepada Umbridge dan dia sudah bisa menebaknya sendiri, tak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tak akan bisa mengubah keputusanku. Setelah kepergian Draco, aku membuka pintu ruangan Umbridge dengan perlahan, berjalan masuk ke dalam sana. Warna cat ruangannya berhasil menyakiti mataku ditambah pajangan gambar kucing yang menempel di sepanjang dinding. Selera wanita tua ini benar-benar buruk.

Saat melihat kedatanganku, dia tersenyum lebar. "Silahkan duduk, miss Avery." Perintahnya sambil menunjuk kursi di depannya.

Aku pun duduk di kursi itu.

"Sebelumnya aku ingin mengatakan bahwa aku turut berduka atas kehilanganmu." Ucapnya.

"Terima kasih." Jawabku.

"Berhubung ibumu, Isabel, adalah rekan kerjaku di kementerian." Ia melipat tangannya di atas meja, mencurahkan seluruh perhatiannya kepadaku. "Dan Malfoy memintaku untuk melepaskanmu karena kau telah memilih untuk keluar. Jadi, aku tidak akan melanjutkan ini." Umbridge tersenyum seolah-olah aku akan bersyukur dengan keputusannya.

"Tidak. Hukum aku seperti kau menghukum yang lain." Seruku.

Umbridge terdiam sejenak, tampak terkejut dengan keberanianku. "Baiklah, miss Avery. Jadi kau mengakui bahwa kau juga terlibat?"

Aku mengangguk. "Ya. Dan kau tak perlu menggunakan ramuan kejujuran karena aku berkata yang sebenarnya." Jawabku tegas.

"Sayang sekali..." Ia memajukan tubuhnya. "Kakek dan nenekmu pasti merasa kecewa melihatmu seperti ini."

Mendengar itu, emosiku langsung memuncak. "Kau salah Profesor." Aku menatapnya sinis. "Mereka pasti bangga dengan keputusanku dan mereka sedang tersenyum di atas sana karena telah berhasil mendidikku."

"Jadi, kau siap menerima hukumannya?"

"Tentu. Aku harus bertanggung jawab atas pilihanku."

"Baik." Umbridge beranjak bangun dari duduknya. "Mari kita pergi ke aula, teman-temanmu sudah menunggu disana." Dengan patuh aku berjalan mengikutinya dari belakang.

Setibanya di aula, seluruh murid yang ada di dalam sana langsung melihat kedatangan kami. Umbridge terus berjalan dengan langkah percaya diri sambil tersenyum senang, karena telah berhasil menangkap para pemberontak. Sedangkan aku hanya menatap ke arah teman-temanku, mereka semua terlihat terkejut dengan keberadaanku disini. Aku mengambil posisi duduk di meja yang masih kosong, tepat di sebelah Hermione. Umbridge terus berjalan mendekati kursi yang menyerupai singgasana, ia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah kami. Sekelompok pemberontak kecil di matanya. "Silahkan dimulai." Serunya lalu duduk di kursi yang seharusnya ditempati oleh Dumbledore.

Aku menatap selembar perkamen dan pena bulu yang tergeletak rapi di hadapanku. Pena bulu yang menjadi penyebab tangan Harry terluka waktu itu, tidak kusangka aku akan merasakannya sendiri hari ini. Sebelum mulai menulis, sekilas aku melirik ke arah Hermione yang sudah mulai mengangkat pena bulunya. Gadis itu terlihat ragu sebelum memutuskan untuk mulai menulis. Tanpa banyak berpikir lagi, aku pun mulai menggerakkan pena itu di atas perkamen, menulis kalimat yang diperintahkan Umbridge.

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang