Draco Side

2.4K 320 11
                                    

Little does she know
... he thinks about her too

¥¥¥

"Enough, Draco!" Dia datang, berjalan menghampiriku dan tiba-tiba menampar pipiku dengan kencang.

Rahangku mengeras seketika, aku menatapnya tajam sambil memegang pipiku yang terasa perih. "Kau baru saja menamparku?" ucapku, menahan diri untuk tidak berteriak di depannya.

Setelah itu semuanya terasa hampa, kalimatnya terdengar sangat menusuk. Aku terbiasa dianggap jahat dan licik oleh banyak orang tapi kumohon tidak darinya, aku tidak ingin mendengar dia mengucapkan itu. Jangan biarkan kepercayaan yang 'ku bangun untukmu runtuh seketika. Selama ini aku selalu menganggapnya berbeda dari yang lain, kupikir dia bisa memahami perasaanku disaat semua orang mendekatiku hanya karena status dan keluargaku, kupikir dia memandangku berbeda dari yang lain. Dan sekarang dia menyebutku jahat, jadi apa semua itu hanya bualan yang kubuat sendiri?

Dia berteriak bahwa aku tidak boleh menemuinya lagi dan hatiku hancur saat dia berjalan pergi meninggalkanku. Kenapa rasanya seperti aku kehilangan sesuatu yang tidak pernah kumiliki sebelumnya? Dia pergi seperti aku tidak pernah menjadi alasannya untuk tetap tinggal. Aku tidak akan pernah cukup baik untuknya, aku paham itu. Aku merasa tidak berguna dan tidak diinginkan, tidak peduli seberapa keras aku mencoba, tidak peduli seberapa banyak yang kuberikan, aku tidak akan pernah cukup baik untuk siapa pun.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Dia menepati ucapannya untuk menjauhiku dan aku tidak pernah mencoba mengajaknya berbicara, atau menuruti keinginannya agar aku minta maaf kepada si mudblood itu. Aku berusaha membencinya, meyakinkan diriku bahwa dia tidak sebaik itu, bahwa dia sama saja dengan yang lainnya. Tapi pada akhirnya aku tidak bisa membencimu, tidak sedikit pun bahkan tidak sama sekali.

Dia selalu membuang muka dan berpura-pura tidak melihatku setiap kami berpapasan di jalan. Dan aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak melihat wajahnya, ingin rasanya aku menariknya ke dalam pelukanku, mengatakan jika aku menyesal. Tetapi aku menahan diriku, mengingat bahwa dia sudah menganggapku jahat dan suaranya saat mengucapkan itu terus berputar-putar di dalam pikiranku seperti kaset rusak, membuatku berpikir apakah aku seburuk itu? Hari-hari berikutnya, aku tidak berniat mengganggu murid lain seperti yang biasanya kulakukan bersama anak-anak Slytherin.

"Draco, kau ikut atau tidak?" Tanya Pansy, saat melihatku bersantai di atas sofa sambil membaca sebuah buku.

"Pergilah! Aku sedang tidak ingin diganggu." Jawabku.

"Okay." Akhirnya dia dan anak-anak lainnya pergi, suasana di common room langsung sepi setelahnya.

Aku benci sekali berkeliaran di luar saat ini, karena itu artinya aku harus melihat Calla pergi berduaan bersama Diggory. Hogwarts begitu luas dan kenapa aku masih saja bertemu mereka? Melihat mereka berduaan membuatku kesal.

Seseorang masuk ke dalam dan begitu kulihat dari sudut mataku, ternyata itu Astoria, adiknya Daphne Greengrass. Kami tidak pernah dekat karena dia sangat aneh, untung saja dia Slytherin dan juga pureblood. Jadi, aku tidak punya alasan lain untuk membencinya. Gadis itu masuk ke dalam kamarnya dan tak lama keluar lagi, ia hanya mengambil bukunya yang tertinggal. Aku tidak memperdulikannya dan lanjut membaca buku yang baru kubaca beberapa halaman. Sudah hampir satu jam dan aku terus mengulangi halaman yang sama. Merasa muak, aku melempar buku itu ke lantai. Kenapa sulit sekali menyingkirkannya dari dalam pikiranku?!

Blaise masuk dan menatap ke arahku. "Apa?!" tanyaku sinis.

"Easy man." Blaise duduk di sofa yang masih kosong. "Kau sudah mendapatkan pasanganmu?"

"Belum. Mungkin aku akan mengajak Pansy atau Daphne."

"Ohh kau belum tau? Mereka berdua sudah mendapatkan pasangan."

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang