Repost. 4(B). Melarikan Diri

879 241 10
                                    

Pagiii.. Aku pikir kemarin aku sudah update ternyata gak ke update. Gak apa-lah telat

Jangan lupa tinggalkan jejak yah and happy reading

💗💗

"Kau sudah tahu kalau hidupku sebagai seorang bangsawan juga tidak semenyenangkan bangsawan lainnya. Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak kulakukan dan semua itu aku lakukan untuk bertahan hidup. Jadi kenapa aku harus keberatan tinggal di tempat kalian? Aku akan melakukan apapun asal aku bisa pergi dari tempat terkutuk ini."

Marie mengangguk. Lega rasanya mengetahui sang majikan tidak keberatan menjadi orang biasa selama mereka melarikan diri nanti.

4 (B). Melarikan Diri

"Jadi kapan kita akan pergi?"

"Malam ini, My Lady. Dini hari, ketika semua orang sudah tidur."

"Bagaimana dengan kuda dan sebagainya?"

"Jangan khawatir, My Lady. Jenkins sudah menyiapkan kuda untuk kita gunakan malam ini."

"Jenkins?"

"Iya, My Lady. Jenkins bersedia membantu kita. Tapi saya tidak memberitahu kemana kita akan pergi padanya hanya untuk berjaga-jaga."

"Bagus kalau begitu. Aku akan menyiapkan apa saja yang akan aku bawa malam ini, begitupun denganmu."

"Baik, My Lady," Marie mengangguk bersemangat. "Tepat pukul dua dini hari nanti, saya akan melemparkan batu sebanyak dua kali ke jendela anda. Anda bisa turun lewat dahan pohon yang menjorok ke beranda anda. Saya akan menunggu di bawah."

"Baiklah. Sekarang kembalilah agar mereka tidak curiga."

"Baik, My Lady," Marie berdiri. Ia berjalan cepat menuju pintu, tapi baru saja ia hendak membuka pintu gerakannya terhenti karena panggilan dari Clarice. "Iya, My Lady?"

"Terima kasih, Marie," Clarice menghampiri Marie dan memeluk pelayannya dengan erat. "Aku tidak tahu betapa menyedihkan hidupku jika kau tidak ada disini," Clarice mengurai pelukannya. Ia menghapus air mata yang kembali membasahi kedua pipinya. "Sekali lagi terima kasih Marie."

Marie yang ikut terharu juga segara menghapus air matanya. Ia menatap Clarice penuh sayang layaknya seorang saudara. "Saya menyayangi anda, My Lady. Saya ada di sini melihat bagaimana kehidupan bahagia anda terenggut paksa oleh manusia-manusia serakah itu. Saya akan merasa sangat berdosa jika tidak bisa melindungi anda. Jadi anda harus kuat. Jangan lemah. Jangan biarkan mereka bahagia karena berhasil membuat anda terluka."

"Aku tahu. Mari kita buktikan kita jauh lebih kuat dari yang mereka duga."

Marie mengangguk. Ia tersenyum pada Clarice sebelum meninggalkan wanita itu sendirian.

Clarice menatap pintu kamarnya yang kembali tertutup. Adrenalinnya melesak naik membayangkan sebentar lagi ia akan melarikan diri. Meninggalkan kehidupan menyedihkannya dan hidup jauh lebih bebas dari yang selama ini dijalaninya.

**

Tepat pukul dua dini hari, Clarice mendengar dua kali lemparan batu pada jendela kamarnya. Ia segera beranjak, membuka jendela dan tersenyum lega ketika melihat Marie ada di bawah seperti yang wanita itu katakan sebelumnya.

Setelah melemparkan bungkusan berisi beberapa benda penting dan juga uang untuk bekalnya nanti, Clarice memanjat dahan pohon dari balkon kamarnya dengan susah payah. Untungnya ia menggunakan celana panjang, jadi pergerakannya tidak terhalangi.

Begitu sampai di bawah, Marie segera menarik tangan Clarice menuju jalan rahasia yang kerap kali mereka lalui jika ingin pergi diam-diam.

Tidak lama setelahnya, mereka sampai di ujung gang, tempat dimana Jenkins tengah menunggu dengan kuda yang telah disiapkannya.

Clarice berjalan cepat dan memeluk Jenkins. Pria tua itulah yang dulu kerap kali mengajarinya berkuda dan memperlakukannya dengan sangat baik. Jenkins merupakan salah satu dari sedikit pelayan yang tidak berubah haluan menjadi anak buah Vivian.

"Terima kasih, Jenkins," kata Clarice begitu melepaskan pelukannya di tubuh ringkih Jenkins.

"Pergilah, My Lady. Jangan khawatirkan apapun. Anda tidak berhak mendapat kesulitan ini."

Clarice mengangguk. "Aku akan sangat merindukanmu Jenkins."

"Saya juga My Lady," Jenkins mengarahkan Clarice menuju kuda yang telah disiapkannya dan membantu wanita itu naik. "Ini ada beberapa bekal yang bisa anda makan selama di perjalanan nanti, My lady," Jenkins menunjuk kantong bekal yang telah di gantungnya di dekat pelana kuda. Pria tua itu lalu merogoh kantong celananya dan memberikan sebuah bungkusan kecil pada Clarice. "Dan ini beberapa keping uang yang bisa anda gunakan jika anda membutuhkan tempat beristirahat."

"Jenkins, kau tidak perlu melakukan semua ini."

"Terimalah, My Lady," Jenkins kembali mendorong tangan Clarice yang sebelumnya hendak menyerahkan kantung itu kembali padanya. "Saya berhutang banyak pada Ibu anda, My Lady. Saya akan dihantui rasa bersalah jika sampai saya tidak bisa membantu anda. Pergilah My Lady. Semakin cepat anda pergi, semakin sulit mereka menemukan anda."

Mata Clarice berkaca-kaca. Seandainya saja Papanya bisa bersikap seperti yang Jenkins lakukan, nasibnya pasti tidak akan seperti ini. "Sekali lagi terima kasih, Jenkins."

Jenkins mengangguk. "Saya berharap, setelah ini anda akan menemukan kebahagiaan yang seharusnya anda dapatkan, My Lady."

"Jika saat itu tiba, aku pasti akan membawamu bersamaku Jenkins. Tunggulah sampai aku kembali."

"Saya akan selalu menunggu anda kembali, My Lady," Jenkins membungkuk hormat lalu beralih membantu Marie untuk menaiki kudanya. "Pergilah, dan pastikan kalian tidak beristirahat sebelum meninggalkan London. Semoga kalian selamat sampai tujuan."

Clarice dan Marie mengangguk. Keduanya kembali mengucapkan terima kasih sebelum melajukan kuda dengan kecepatan tinggi meninggalkan London.

Seiring langkah kuda yang semakin menjauh, Clarice tidak henti berdoa pada Tuhan agar kehidupannya jauh lebih baik di tempat baru yang akan mereka tuju. Ke mana pun Marie akan membawanya pergi, Clarice berharap kepahitan hidup yang saat ini tengah menimpanya tidak lagi menyertai langkahnya. 



💗💗
19022021

(PO) Stole His Heart (Season Series #4) Where stories live. Discover now