Satu

276 15 10
                                    

 "Good morning!"

"Ah, morning Bos!"

"Morning friend!!"

Tentu saja, pagi Syahra rasanya tidak lengkap tanpa sapaan Christine yang paling nyaring.

"Bu, tolong ya, ini masih pagi. Tidak perlu teriak." Pinta Syahra dengan gemas sembari mengacak-ngacak rambut Christine, "Hei! Kau tidak tahu berapa jam yang aku butuhkan untuk mengurus rambut ini! Lagian, tanpa sapaan yang semangat kau pasti masih mengantuk tau!" Syahra mengiyakan saja perkataan Christine lalu berjalan menuju ruangannya. Sedangkan Christine yang rambutnya berantakan hanya bisa diam-diam menggerutu sembari mengekori Syahra.

"So, hari ini ada 4 klien aja kan?"

"Right! Lumayan banyak sih hari ini, 1 pagi ini, 2 siang dan 1 sore." Kata Christine dengan mata yang tertuju pada tab yang senantiasa bertengger ditangannya.

"Baiklah, semuanya fitting di toko kan?" Tanya Syahra yang dibalas anggukan mantap oleh Christine, Syahra lalu melirik jam, "Masih ada waktu, kalau begitu seperti biasanya, kita akan rapat harian dulu lalu quality check. Tolong kumpulin anak-anak di ruang meeting ya."

. . .

Seorang pria melangkah ke dalam sebuah gedung 10 lantai, dengan setelan jas yang rapi dan rambut yang mengkilap ia melangkah dengan tegas dan percaya diri. Tatapannya yang tajam membuat semua yang melihatnya hanya bisa menunduk sembari memberi salam, "Selamat pagi, Pak Reyvan."

"Pagi." Jawabnya singkat, padat dan jelas. Lalu tetap melanjutkan perjalanan menuju ruang kerja pribadinya yang berada di lantai paling atas gedung pencakar langit ini. Setibanya di ruangan, ia duduk sejenak lalu mendengar helaan nafas dari sekretaris sekaligus teman baiknya sedari SMA bernama Orlando Silas, "Ada masalah?"

"Ya, ada. Kau, kau masalahnya. " Celetuk Orlando kepada sahabatnya yang hanya menatap Orlando dengan ekspresi heran, "Berapa kali harus ku katakan untuk perbaiki ekspresimu ketika berhadapan dengan karyawan. kau mau mereka semua lari dari perusahaan ini karena takut?"

"Ekspresiku biasa saja dan aku lahir dengan wajah seperti ini." Kata Reyvan dengan nada omong-kosong-apa-yang-keluar-dari-mulutmu, "Ekspresi itu kau katakan biasa saja?! Lalu wajah seperti apa yang akan kau anggap tidak biasa?" Tanya Orlando yang tidak habis pikir dengan pemikiran Reyvan. Tentu saja pertanyaan itu tidak dihiraukan oleh Reyvan, yang membuat Orlando hanya bisa diam-diam menghela nafas, lagi.

"Jam 10 nanti akan ada rapat perdana dengan investor dari Amerika. Semua informasi mengenai profil perusahaan juga orang yang akan kita temui sudah tertera di laporan yang aku kirimkan ke emailmu, jadi silahkan di baca terlebih dahulu. Dan apakah ada hal lain yang kau perlukan?"

Reyvan menggeleng singkat, "Tidak ada."

Orlando pun mengangguk lalu berjalan meninggalkan ruangan yang bertuliskan 'Chief Executive Officer, Adrida Reyvan Hasan.' Di pintunya. Ruangan yang membuat semua orang tegang ketika masuk di dalamnya. Kecuali Orlando tentu saja, terlihat dari cara mereka berkomunikasi, Orlando dan Reyvan terlihat seperti bukan Bos dan karyawan. Karena despite his appearance, Reyvan bukanlah orang yang peduli dengan formalitas seperti itu. Selama karyawannya dapat bekerja dengan baik dan memenuhi target yang ia berikan, menurutnya itu sudah cukup. Tapi tentu saja hanya Orlando yang berani melakukannya.

. . .

"Baiklah... Iya, nanti kalo misalkan ingin ada yang dirubah mohon segera hubungi ya... Maksimal 3 bulan sebelum hari H... iya, moga lancar yaa rencanain weddingnya... your welcome, bye."

The Unpredictable (HIATUS)Where stories live. Discover now