05.

69 24 115
                                    

"Karena kamu tau banyak, sepertinya sekarang saat yang tepat untuk bunuh kamu" ucap seorang gadis tersenyum sambil membawa pisau.

Nova melihat dirinya sendiri terikat di kursi dan mulutnya disumpal dengan kain.

"Ada kata-kata terakhir?" tanyanya sambil melepaskan kain di mulut Nova.

Dia tidak bisa mendengar percakapannya dengan gadis itu karena jarak mereka terlalu jauh. Nova melihat sekelilingnya, tempat ini tidak asing namun ia tidak bisa mengenalinya karena terlalu gelap.

Saat Nova memandang mereka, dia terkejut karena melihat dirinya sendiri sudah mati mengenaskan dengan mata tercongkel.

Sang pelaku tertawa dengan bahagia setelah melakukan aksinya.

"Kebetulan sekali matamu bagus, Ajeng suka bagian mata" ucapnya.














"KAK NOVA BANGUN!"

Nola menggoyangkan tubuh kakaknya yang mendadak gelisah dan mengeluarkan banyak keringat dingin.

Dalam sekejap, mata Nova mulai terbuka. Nola segera memeluknya.

"K-kenapa? A-ada apa?" tanyanya sambil gemetar. Nola takut kehilangan kakaknya. Dia belum siap. Setidaknya untuk saat ini.

Mimpi macam apa itu? batin Nova.

Kemudian, dia menoleh dan menenangkan Nola yang sekarang sudah menangis.

"Ssst, gapapa Nol. Aku gapapa" ucapnya sambil mengelus punggung adiknya dengan lembut.

"Jangan pergi dulu kak" mohon Nola sambil menangis.

"Engga" ucap Nova lalu mengelus rambut sang adik.




































"Apa kakak harus banget sekolah hari ini?" tanya Nola dengan khawatir.

"Mau gak mau, Nol. Kita gatau apa yang akan terjadi" balasnya.

"Tapi kan, belum dimulai"

"Justru itu, kali ini mereka pake peraturan baru"

Nola tidak bisa memaksa kakaknya untuk istirahat karena Nova adalah tipe orang yang keras kepala. Jadi, yang ingin dia lakukan harus dia lakukan.

"Yasudah kalo begitu" ucap Nola dengan pasrah.

"Aku gabakal kenapa-napa, Nol" bujuk Nova dengan tersenyum.

"Iya"

*****

"Nov, kamu tau kapan mulainya?" tanya Shella.

among us | the bengekersNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ