Dalbert menyipit kan mata nya saat melihat ada dua orang berjubah berada di depan pintu rumah Lia.Terlihat dari arah pandang Dalbert,kedua orang itu sedang mengawasi sekitar.

Dengan cepat dia membuat tubuh nya dan tubuh Lia untuk tidak terlihat,sayang sekali dia tidak bisa menyamarkan aura nya.Lalu dia kembali mengamati kedua orang itu,aura nya tercium dari bangsa penyihir.Apakah orang suruhan dari Ratu Pressilia?pikirnya.

Dalbert terdiam mematung saat salah satu dari mereka menatap dirinya.Detik kemudian dia tersadar bahwa dirinya tidak mungkin terlihat dari kedua mata orang itu,mungkin mereka mulai merasakan aura nya saja.Dalbert membawa Lia berteleportasi menuju kamar.

Sesampai di kamar,Dalbert meletakkan tubuh Lia di atas kasur dengan hati-hati.Kemudian duduk di tepi kasur sambil mengusap-ngusap pucuk kepala Lia lembut.

"Bisakah aku membalaskan dendam mu?"

"Berjanji lah untuk tidak terbunuh,amor!"

"Bermohon lah kepada dewa,agar kau bisa mengubah takdir mu sendiri"

"Aku sudah terlanjur jatuh cinta pada mu,dan aku tidak akan membiarkanmu hilang begitu saja!"

"Aku berjanji akan selalu disisimu,kalau aku mengingkari nya kau bisa membunuh ku"

"Aku mencintai mu,aku anggap kau mendengar ucapan ku dan sudah berjanji untuk tetap hidup,tidak ada penolakan"

Setelah berkata sendiri seperti itu,Dalbert mengecup dahi Lia dengan durasi sedikit lama.Kemudian bergegas berteleportasi untuk menangkap kedua penyihir yang berada di depan rumah Lia tadi.

***

Vera dan Rina berjalan mengendap-endap di tengah gelap nya rumah.Jam dinding telah menunjukkan pukul 01.44 pagi,apa yang hendak mereka lakukan sepagi itu?.

"Aku mencium aura Lia,kayaknya dia udah pulang"Ujar Rina yang berada di belakang Vera.

"Hah beneran?ayo kita lari aja entar ketauan"Ucap Vera seraya menarik lengan Rina untuk membawa nya lari.Karena rumah Lia sangat besar,Vera sudah menyarankan Lia untuk membuat Lift.namun apa daya,Lia selalu menolak nya.

"Huh..huh..huh.."

Nafas mereka berdua tersengal saat memutuskan untuk berhenti di tengah lari.

"Ih main bawa aja,kan aku bisa berteleportasi"

"Emang lo tau caranya?"

"Tinggal bayangin tempat nya aja"

"Lo kan gatau tempat nya RINAA"Ujar Vera ngegas.

Rina menutup telinga dengan rapat."Iya iyaa,jangan ngegas dong"Ucap Rina sambil mencengir.

Vera menatap Rina kesal,kemudian kembali menarik Rina untuk menuju tempat yang mereka maksud.Sesampai di sana,Vera langsung membuka pintu ruangan itu menggunakan kode yang sempat dia ketahui dari Lia dulu.Untung saja Lia tidak mengganti password nya.

Mereka berdua beriringan memasuki ruangan gelap gulita itu.Setelah menutup pintu ruangan itu dengan rapat,Vera berjalan menuju di mana tempat saklar lampu berada.

Rina menganga dengan wajah takjub nya ketika lampu menerangi ruangan itu.Terlihat 7 buah rak tinggi berisi piala, dari ukuran besar hingga berukuran kecil.Dinding nya juga di penuhi dengan pajangan piagam serta kalung penghargaan.

"Ini hasil prestasi Lia dari tk"Ujar Vera.

"Waah impossible"Ucap Rina yang masih memasang wajah cengo.

"Namanya juga bukan manusia"

Rina memberhentikan aktifitas kaget nya, beralih menatap Vera dengan tajam."Kau bersahabat dengan Lia sejak kapan?"

"S-smp"Gagap Vera karena tatapan tajam dari Rina.

"Itu dia udah jadi vampire belum?"

"Be-belum"

"NAH DI SITU DIA MASIH MANUSIAAAA!"Teriak Rina.

"Mhdkmmmksmm"

Vera membekap mulut Rina."Lo jangan teriak dodol,mau kita ketauan?"

Rina menarik tangan Vera untuk melepaskan bekapan nya."Kenapa juga kamu bilang Lia bukan manusia"Kesal nya.

"Ya maap ga sengaja"Ucap Vera sambil menampilkan jari peace nya.

"Emang kenapa sih kalau kita ketauan masuk sini?"

"Ruangan ini tuh buat jadi kenangan di dunia manusia,jadi dia kayak mau ngejaga banget.Ga boleh ada yang masuk selain dia,gw terakhir masuk sini waktu smp kelas 2"Jelas Vera.

Rina memanggut-manggut kan kepala nya mengerti.Vera mengulum senyum nya lalu tanpa sepatah kata pun kembali menarik Rina untuk berjalan keluar ruangan.

"Okeey udah,maap ya Li"Ujar Vera setelah berhasil mengunci kembali ruangan itu.

"Maap ya Li"Rina mengikuti sambil terkekeh pelan.

"Ah iya Ver,ini rumah Lia atau rumah bibi Nadia?"Tanya Rina.

Vera mengerutkan keningnya."Bibi Nadia?"

"Ah gajadi deh,entar aku tanya langsung aja sama Lia nya"Ujar Rina sambil memeluk lengan Vera,lalu mereka melangkahkan kaki bersamaan.

"10 bulan yang lalu lo ga pernah nanya apa-apa waktu pertama kali datang kesini,baru ini lo kepo semua hal tentang kehidupan Lia"

"Yakan jiwa aku ga ada"Jawab Rina bernada sedikit kesal.

"Lo sekarang kayak cewek temperamental Rin,marah-marah mulu"Ejek Vera.

"Apa kamu bilang???"Geram Rina seraya mencubit lengan Vera dengan keras.

"Awwssh"Ringis Vera sambil mengusap lengannya.

"Dasar----"Terpotong.

Hiks..Hikss...Hiks..

Vera melototkan mata nya sambil mengamati sekitar."Siapa yang nangis Rin?"Tanya Vera yang langsung memeluk lengan Rina.

"Ih gatau"Sahut Rina ketakutan.

"AAAA ADA HANTUUUUUUUUUUUUUU"Teriak Vera sambil berlari kencang menaiki tangga meninggalkan Rina di bawah sana.

"Aish si Vera pake teriak segala,entar Melia sama Lia bangun"Gerutu Rina seraya bergegas menaiki tangga menyusul Vera.

_________________________❥

T-shirt :Kaos oblong lengan pendek
Impossible:Mustahil

♡♡Amelia♡♡

RevengeWhere stories live. Discover now