🐢 Part 13 🐢

Start from the beginning
                                    

Di balik dinding kaca, seorang paruh baya menatap keadaan putranya yang tengah terluka. Tak ada niat sedikit pun untuk ia mendekati, karena ia pun tahu, yang saat ini dibutuhkan putranya hanyalah kesendirian dan ketenangan.

🍓🍓🍓

Syifa tengah menemani Bibinya belanja ke supermarket. Keduanya saat ini tengah memilih sayuran segar. "Fa, biar Bibi yang memilih sayurnya. Kamu lebih baik mengambil susu dan telur." Syifa mengangguk, dan anggukan Syifa bertepatan dengan sebuah suara yang memanggil nama Bibinya.

"Marwah." Panggilan itu membuat Marwah menoleh. Ia tersenyum kala mendapati seorang wanita dengan hijab biru langitnya.

"Mira." Wanita yang sebelumnya memanggil itu bernama Mira, merupakan teman Marwah saat ia masih menempuh pendidikan di salah satu pondok.

Mira mendekat, keduanya saling berpelukan melepas rindu. "Apa kabar kamu?" tanya Mira dengan antusiasnya.

"Alhamdulillah baik, Mir." Mira tersenyum. Pandangannya beralih pada Syifa yang berdiri di samping Marwah.

Syifa yang ditatap pun meraih tangan Mira dan menyalaminya. "Anak kamu, Marwah?"

"Bukan. Ini keponakan aku. Tapi sudah aku anggap anak sendiri." Mira menatap Marwah sedikit bingung. Melihat itu, Syifa meminta ijin pada bibinya untuk mengambil belanjaan di Syifa lainnya.

"Bi, Syifa mau ambil susu dan telur dulu." Marwah mengangguk, dan Syifa segera berlalu. Ia tahu, pasti setelah ini keduanya akan membahas perihal alasan tadi. Pastinya, tidak jauh dari orang tua Syifa. Hal itu selalu membuat Syifa bersedih karena kembali mengingat orang tuanya. Alangkah lebih baiknya ia menghindar.

Syifa menghela napas dalam kala mendapati susu yang ia inginkan berada di rak paling atas, kenapa supermarket ini harus membuat rak setinggi itu? Hal itu akan menyusahkan orang-orang yang tingginya di bawah rata-rata.

Syifa mencari karyawan supermarket untuk meminta tolong. Akan tetapi ia tidak mendapati satu karyawan pun di sana. Hanya seorang pemuda yang juga tengah memilih sesuatu, yang jaraknya juga tidak terlalu jauh dari dirinya.

Akhirnya, Syifa pun meminta bantuan pada pemuda itu. "Permisi." Pemuda yang tengah memilih aneka jus instan itu pun menoleh.

"Iya?"

"Boleh saya meminta tolong?" pemuda itu mengangguk. "Tolong ambilkan susu itu?" Syifa menunjuk susu yang ia inginkan.

Pemuda itu pun mengangguk dan tersenyum. Segera beralih pada rak susu dan mengambilkan susu yang Syifa inginkan.

"Terima kasih," ucap Syifa setelah satu berhasil ia dapat. Setelah ini tinggal telur.

"Sama-sama." Pemuda itu berlalu meninggalkan Syifa. Mendatangi dua wanita berkerudung yang masih asyik mengobrol.

"Mama," panggilnya. Wanita yang ia panggil Mama pun menoleh.

"Sudah?" Pemuda itu mengangguk. "Ya sudah. Kamu bawa ke kasir dulu. Mama mau ngobrol sebentar lagi sama teman Mama." Pemuda itu kembali mengangguk. Sebelum berlalu, ia sempat meraih tangan teman mamanya untuk ia cium.

"Anak kamu, Mir?"

"Iya."

"Sudah nikah?"

Labuhan terakhirWhere stories live. Discover now