🐢 Part 13 🐢

78 13 6
                                    

Labuhan Terakhir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Labuhan Terakhir

Part 13

🐢🐢🐢🐢🐢🍓🍓🍓🐢🐢🐢🐢🐢


Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Diaz masih bergelung di atas tempat tidurnya. Padahal, dia harus bekerja hari ini. Tidurkah dia? Tidak, hanya enggan untuk bangkit dari sana. Bukan karena nyaman, tapi karena masalah yang baru saja ia dapat. Apa yang baru saja dialami membuatnya malas melakukan apa pun.

"Diaz. Kamu belum bangun, Nak?" Suara mamanya terdengar dari luar kamar. "Diaz," panggilnya lagi.

"Iya, Ma," jawab Diaz dengan malas. Akan tetapi, ia tetap bangkit dari kasur untuk membukakan pintu mamanya. Tanpa melihat sang mama, Diaz membalikkan badan setelah membuka pintu, lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Felly menatap putranya dengan kening berkerut, jam sudah waktunya untuk Diaz bersiap-siap bekerja, tapi yang ia dapati adalah Diaz yang kembali merapatkan selimutnya. Perempuan yang masih terlihat cantik di usianya itu mendekati Diaz, lalu duduk di samping tubuh putranya. Tangan terulur pada surai putra semata wayangnya. "Hey! Kamu nggak kerja?" Gelengan yang dia dapat.

"Kenapa? Kamu sakit?" Diaz kembali menggeleng. "Lalu?"

"Malas, Ma," jawab Diaz tanpa menatap mamanya.

Felly mencebikkan bibirnya. "Kerja masih malas gini aja mau sok-soan ngelamar anak orang. Mau dikasih makan apa anak orang nanti?"

Diaz berdecak. "Gimana mau nikah, belum nembak aja udah nggak direstui keluarganya," gerutu Diaz yang tidak dapat didengar oleh Felly.

"Ha? Apa Diaz? Mama nggak denger coba?" Diaz merutuki bibirnya, bisa-bisanya ia keceplosan.

"Bukan apa-apa, Ma," elak Diaz.

"Diaz. Mama denger kamu tadi bilang sesuatu, ya. Coba bilang sini sama Mama." Felly menarik kaus yang Diaz kenakan. Tidak peduli jika kaus itu akan robek nantinya. "Ayo Diaz, bangun. Katakan apa yang kamu ucapkan tadi."

Merasa jenuh akan tarikan mamanya, Diaz pun memilih bangkit. "Bukan apa-apa, Ma."

"Di—"

"Diaz harus mandi, Ma. Diaz mau kerja." Diaz berucap sembari berlari ke dalam kamar mandi. Meninggalkan mamanya yang masih penasaran akan ucapan Diaz.

🍓🍓🍓

Diaz memasuki kantor dengan santai, tak peduli meski ia terlambat. Toh ini perusahaan papanya. Ngomong-ngomong soal papanya, Diaz sempat bingung saat tadi berangkat ia tak mendapati keberadaan sang Papa. Ternyata, sang papa sudah berangkat lebih dulu karena ada rapat penting di kantor pagi ini. Itulah kata mamanya.

Labuhan terakhirWhere stories live. Discover now