"BH gue! Duh, di mana sih? Semalem gue taro di sini. Tapi kok enggak ada, ya?"

"Lo bukannya pake beha, Na?"

Aku mendelik tajam. "Sialan lo, Le!" Segera kupukul lengan Kale menggunakan tempat pensil. "Bukan itu maksud gue! Mesum amat."

"Ya maaf." Kale mengaduh pelan sambil mengusap lengannya.     

"Buku harian gue, Le, yang enggak ada."

Kale berpindah posisi duduk ke sebelahku. "Oh, itu. Gue kira apaan. Lagian lo juga ngomongnya frontal gitu." Dielusnya punggungku. "Mungkin ketinggalan di rumah or jatuh di mana gitu. Kalo hilang juga gue bakal beliin buat lo."

Mataku pun kini sudah berkaca-kaca. "Enggak bisa, Le. Ini menyangkut hidup dan mati gue."

"Eh, jangan ngomong sembarangan ah!" Decakan kecil lolos dari mulut Kale. "Lo aneh tahu, Na. Apa jangan-jangan lo nyembunyiin sesuatu ya dari gue?"

"Ih, apaan sih? Lo doang kali yang ngerasa gitu." Pandanganku mulai berlarian ke mana-mana untuk menghindari tatapan interogasi Kale. Lalu, terlintas hal yang harusnya sedari tadi kucari. "Pak, ada es duren enggak?" tanyaku pada tukang bubur. Si Tukang Bubur pun hanya melongo menatapku.

"Ya enggak ada la, Na. Kan tukang bubur," sahut Kale.

"Kali aja ada gitu." Bahuku merosot.

Tak lama kemudian, terdengar suara dentingan gelas yang beradu dengan sendok. Leher panjangku langsung bergerak. Aku mencondongkan kepalanya keluar dan tiba-tiba seringai lebar di wajahnya pun mengembang. Mataku berbinar-binar.

"Jangan senyum kayak gitu, Na. Serem tahu," komentar Kale.

"Sayang, mau es duren enggak?" Aku merogoh kantung tas untuk mengambil dompet. Dan tanpa jawaban dari Kale, aku menghampiri penjaja es duren.

"Bang, beli esnya dua ya!" kataku setelah berhasil menghadang gerobak es.

"Satu aja, Bang!" Suara Kale membuatku menoleh ke arahnya. Dia memakaikan jaketnya padaku.

"Lho, lo enggak mau?" Aku memasang wajah polos. "Oh, gue tahu. Lo mau disuapin gue, kan? Tahu aja cara yang romantis, nih." Aku menyikut lengan Kale. "Ya udah, Bang, satu aja."

Kalau boleh jujur, kedua tungkai kakiku saat ini sudah gemetaran akibat perlakuan Kale barusan. Memang sih bukan pertama kali cowok itu memakaikannya jaket, tapi situasi kali ini berbeda. Berarti, aku benar-benar jatuh cinta padanya?

"Jangan bengong, Na." Kale berdecak. "Berapa, Bang?"

"5000 aja."

Dengar. Aku mendengar mereka bersahutan, tapi aku tiba-tiba saja tidak bisa fokus.

"Nih, Bang. Kembalinya ambil aja. Makasih, ya!"

Setelah itu, Kale menggiringku kembali ke tempat makan dengan merangkulku. "Ayo, makan! Abis itu gue anterin pulang."

Mataku kembali fokus sewaktu melihat es duren yang ditaruh Kale di meja. Aku mengerjap. "Ih, kok pulang sih? Kan lagi cabut sekolah. Kalo pulang, entar yang ada malah pada curiga kenapa gue pulang cepet."

Kale menyuapkan bubur ayam tanpa kecap ke mulut. "Lo perlu istirahat, Na."

Aku menghela napas. "Lho, kenapa? Gue kan pengen di sini sama lo." Aku menyedokkan es, lalu melayangkannya ke arah mulut Kale. "Le, mau ya, please...."

"Apaan?"

"Ini," aku memberikan kode melalui mata.

Kale membelalakkan matanya, lalu menjauh. "Jangan aneh lagi dong, Na. Lo tahu kan kalo gue enggak suka duren."

"Ih, cemen banget sih jadi cowok. Lagian juga ini enggak aneh, kok. Enak banget, Le! Lo harus coba. Kalo enggak, lo bakal nyesel."

"Maksud lo apaan sih, Na? Gue enggak ngerti sama lo hari ini. Lo itu kenapa?"

"Kan tadi gue udah bilang jangan paksa gue buat cerita."

"Ya tapi kalo gue enggak tahu, gue mana paham mau lo apaan."

"Ya udah kalo enggak mau." Aku memasang tampang sedih.

Kale langsung meraih lenganku yang memegang sendok plastik. "Na, kita pacaran. Bukan mainan. Lo harus jujur sama gue. Apa pun itu." Dia menyuapkan es ke dalam mulutnya sendiri, membuatku terkejut dan kembali menatapnya.

"Enak?"

"Dikit."

"Thanks, Le." Dengan begitu, dua misiku tuntas hari ini. Aku hanya tinggal membereskan masalah yang diakibatkannya.

"Ya udah. Habisin buburnya. Abis itu kita ke Dunkin Donut aja. Gue mau ngedit video punya Youtuber. Lo bawa yang gue minta semalem, kan?"

"Laptop? Iya bawa. Lo kira nih tas segede buku akuntasi ini isinya apaan coba?" Aku mulai memakan buburnya yang sudah tak lagi panas. "Lagian aneh banget sih, giliran banyak orderan laptop malah error."

Yup, orderan yang dimaksudkan adalah orderan video para Youtuber maupun Selebgram. Mereka berani membayar mahal karena memang hasil editan Kale layaknya editor profesional. Terbukti banyak netizen yang memuji hasil videonya di kolom komentar.

Kale mengangkat bahu. "Biasa. Minta diganti. Entar kalo udah dapet bayaran, gue bakal beli yang baru." []

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now