-= 10 =-

118 13 10
                                    

Happy Reading...
_________________________

Jisung berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Berkali-kali Jisung mengerjapkan matanya hingga penglihatannya normal. Ia mendongakkan kepalanya menatap sekeliling dengan raut kebingungan. Ia berada di rungan putih dengan desain futuristik, sama seperti tempat tadi, bedanya ruangan ini memiliki banyak monitor dan peralatan-peralatan canggih yang Jisung sendiri tidak tau.

Jisung berniat untuk berdiri, namun tidak bisa karena tangan serta kakinya terikat. Tunggu, terikat? Apa yang terjadi padanya?

"Weh anjir ini kenapa gue diiket emang gue sapi kurban apa?" gumam Jisung.

Jisung meronta, berusaha melepas tali yang mengikat tangannya. Namun usahanya itu sia-sia, bahkan ikatan itu tak berubah sedikitpun.

Jisung memekik terkejut ketika seseorang tiba-tiba berdiri dari sofa tak jauh di depan Jisung. Orang dengan spacesuit kuning itu berdiri memunggungi Jisung sambil menatap salah satu layar monitor di depannya.

"Lix, lo ngapain di situ? Buruan lepasin gue." teriak Jisung masih berusaha melepas ikatan itu.

Orang yang Jisung panggil Felix itu tidak beranjak dari tempatnya bahkan menolehpun tidak. Jisung hendak berteriak kembali sebelum ia menyadari sesuatu.

"Sejak kapan rambut Felix warna biru? Dan sejak kapan Felix jadi pendek?" batin Jisung.

"Lix?" panggil Jisung ragu.

Orang itu berbalik dan berjalan mendekati Jisung. Ia menatap Jisung dengan maniknya yang tajam dan smirk di wajahnya.

"Siapa lo? Felix mana kok lo pake baju dia?" tanya Jisung.

"Han Jisung" orang itu memberi jeda pada kalimatnya. Ia berjongkok mensejajarkan pandangannya dan Jisung. "Lo lupa sama gue?" lanjutnya.

"Jangankan lupa kenal aja enggak." jawab Jisung santai.

Orang itu terkekeh. "Bagaimana mungkin orang kayak lo bisa hidup tenang setelah apa yang lo lakuin?"

Orang itu berdiri dari posisinya, melangkah pergi meninggalkan Jisung yang masih tidak mengerti.

"Kita pernah bertemu tiga tahun lalu, sayangnya kita dipertemukan di situasi yang buruk."

"Mau kemana lo? Lepasin gue anjir!" teriak Jisung.

"Yang bakalan bunuh lo bukan gue, walaupun gue gatel banget pengen bunuh lo. Jadi tunggu aja nggak usah banyak bacot." kalimat orang itu sukses membuat jantung Jisung berdentum cepat.

Jisung semakin meronta sembari melihat sekeliling berharap ia menemukan sesuatu yang dapat membantunya. Jisung tidak peduli, ia harus segera keluar dari sini. Ia tidak mau mati konyol disini.

- among us -


Saat ini Shotaro dibuat frustasi dengan kabel kabel di hadapannya. Sekali lagi tangannya terkena sengatan listrik dari kabel itu, namun Shotaro tidak ingin menyerah. Shotaro kembali mencoba, kali ini ia menghubungkan kabel nomor satu dengan kabel nomor tiga, namun tetap saja tidak membuahkan hasil.

"Arghh.. Gue bukan PLN mana bisa benerin ginian, nggak mikir banget sih yang bikin task nya!" teriak Shotaro.

Yoshi yang kebetulan berada di dekat storage—tempat Shotaro memperbaiki kabel—menghampirinya karena mendengar teriakan frustasi yang paling muda.

"Kenapa?" tanya Yoshi.

"Ini kak, kesel banget gue dari tadi nggak bisa, mana task gue masih banyak." jawab Shotaro dengan wajah kesal.

Yoshi terkekeh melihat ekspresi kesal Shotaro. "Sini gue bantuin."

"Emang lo bisa, kak?" tanya Shotaro tidak yakin.

"Sebenarnya nggak bisa sih tapi tadi kebetulan gue bisa benerin yang di admin." jawab Yoshi seadanya.

Shotaro hanya ber-oh ria, ia pun segera bergeser dari tempatnya memberikan ruang pada Yoshi agar ia bisa segera bebas dari bau kabel menjengkelkan itu.

"Eh kak, lo ngerasa aneh nggak sih?" tanya Shotaro.

"Aneh kenapa?" balas Yoshi dengan pandangan yang masih fokus pada kabel-kabel di depannya.

"Udah dua hari sejak kak Yangyang hilang nggak ada pergerakan apa-apa dari impostor nya. Nggak ada yang dibunuh, nggak ada lampu mati, nggak ada masalah oksigen atau apa itu. Kira-kira kenapa ya?" Sudah seharian penuh Shotaro memikirkan hal ini tapi belum ada satu pun jawaban yang muncul di kepalanya.

"Lagi nyusun strategi mungkin." jawab Yoshi asal. Sedangkan Shotaro kini tengah menatap Yoshi penuh selidik.

"Nah beres." seru Yoshi sembari memasang kembali penutup kabel.

"Apa gue bisa percaya sama lo?" tanya Shotaro.

Yoshi mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti maksud ucapan yang lebih muda. Yoshi menatap tatapan mengintimindasi Shotaro, ia pun mengerti apa yang dimaksudkan.

Yoshi tersenyum simpul sebelum menjawab pertanyaan bocah itu. "Terserah, tergantung lo nya mau percaya sama gue apa nggak. Gue juga nggak bisa maksa lo buat percaya sama gue."

"Cuma mau ngingetin, kita baru ketemu tiga hari yang lalu. Jangan mudah percaya sama orang." Yoshi mengusap puncak kepala Shotaro sebelum pergi meninggalkan bocah SMA itu dengan berbagai tanda tanya di kepalanya.

TBC

Keep vomment🤗

701 words

AMONG US [00L]Where stories live. Discover now