🍭 apa terlambat?

4.4K 607 48
                                    

♡♡♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♡♡♡

Disinilah Mingyu berdiri sekarang. Berdiri di sebuah pintu berwarna putih bertuliskan angka 216.

Dimana di dalamnya ada seseorang yang sedang tertidur tenang selama dua pekan ini, pun orang yang memenuhi pikiran Mingyu berhari-hari lamanya.

Ya, setelah terus memaksa kedua temannya untuk membuka mulut akhirnya Mingyu mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Walaupun memang dirinya tetap harus menunggu sampai ia bisa pulih agar bisa mengunjungi kamar inap Wonwoo.

Tangannya dengan yakin meraih knop pintu dan memutarnya, beruntung kamarnya tidak terkunci jadi Mingyu bisa langsung masuk tanpa ada yang menghalangi.

Badan besar Mingyu seketika membeku di tempat. Maniknya jatuh dan terkunci pada brankar yang terhiasi banyak selang di tubuh seseorang.

Jemarinya pun terkepal kuat, Mingyu tidak bisa menahannya lagi. Kaki panjang itu kembali melangkah untuk mendekat, memandang wajah putih Wonwoo yang semakin pucat terlihat.

Mingyu benci merasakan perasaan khawatir semacam ini. Namun apa yang harus ia lakukan nanti? Apa yang harus Mingyu ungkapkan pada sang pemikat hati?

".. Dewana," lirihnya seraya meraih jemari Wonwoo. "Bangun."

Tidak ada respon apapun. Mingyu menundukan kepalanya, rasa bersalah itu lagi-lagi hinggap di hatinya.

Sekali lagi ia menggenggam jemari milik Wonwoo lebih erat, berharap lelaki berwajah manis tersebut dapat merasakan kehadirannya.

"Ini gue Raka. Disini, di deket lo. Apa lo gamau gangguin gue lagi?"

"Maaf.."

"Maaf karena gue.. lo berakhir kayak gini. Pasti sakit ya? Cepetan bangun, biar gue obatin. Biar kayak lo yang udah rela obatin luka gue dulu."

Hhhh..

Hanya helaan nafas berat Mingyu yang mengisi ruangan serba putih itu.

Manik tajam Mingyu tidak sedetik pun teralihkan pada manik Wonwoo yang tertutup damai. Berharap manik tersebut akan terbuka dan menampilan kelereng indah yang dulu selalu menatapnya penuh cinta.

"Kok pintunya kebuka-" Uji baru aja mau masuk ke ruangan rawat Wonwoo. Dia pergi ke kantin rumah sakit lima belas menit yang lalu, dan terkejut ketika melihat ada orang lain di ruangan tersebut.

Seketika emosinya meledak begitu saja. Ia tanpa berbicara langsung menarik baju Mingyu dan menyeretnya keluar ruangan.

Tindakan itu pun sukses membuat Mingyu marah, tentu saja karena terkejut. Tetapi ia tidak bisa memberontak, tenaga seseorang yang menariknya ini ternyata sangat kuat.

Setelah menutup rapat pintu rawat inap Wonwoo, Uji langsung menatap tajam Mingyu. Memintanya penjelasan.

"Ngapain lo disini, huh? Mau celakain Dewana lagi?!" hardiknya marah.

Mingyu merotasi bola mata tanda malas, ia malas berdebat. "Seburuk itu pikiran lo sama gue?"

Bibir Uji tertarik sinis. "Gimana gue gak curiga? Dia sampe koma seminggu lebih itu semua karena ulah tolol lo, Anggaraka! Gara-gara lo temen gue celaka, temen gue hampir merenggang nyawa juga karena tindakan bodoh lo."

Kalimat yang sahabat Wonwoo tersebut katakan sedikit melukai perasaan Mingyu. Rasanya seperti ditusuk puluhan jarum, perih dan menyakitkan kala sadar jika kesalahannya amat bukan main-main.

"Asal lo tau Ka, bokap nyokap nya Dewana gak terima sama kecelakaan ini. Mereka hampir aja mau nuntut lo biar masuk penjara."

Deg!

"A-apa?"

Mingyu tidak mampu lagi menutupi rasa terkejutnya. Lututnya melemas, bukan merasa takut dengan kata penjara, melainkan semakin merasa bersalah pada keluarga Wonwoo yang tidak tau menau tentang masalahnya dengan sang musuh namun menerima penderitaan yang lebih menyakitkan daripada dirinya sendiri.

"Tapi karena lo dianggap masih pengawasan orang tua mereka akhirnya batalin tuntutan itu dan mutusin suatu keputusan yang lebih bikin gue benci sama lo!"

Uji semakin menatap tajam manik Mingyu dihadapannya. Ia kesal, ia masih belum menerima keadaan Wonwoo saat ini. Bisa-bisanya sahabatnya yang masih suci diperalat lelaki urakan semudah itu.

Sahabatnya telah mencintai orang yang salah!

"Keputusan apa?" tanya Mingyu penasaran.

"Yakin mau tau?"

Anggukan kepala Uji terima. Ia pun mengambil nafasnya sejenak guna menahan sesak yang tiba-tiba muncul didadanya.

Tak sabaran Mingyu bertanya sekali lagi. "Keputusan apa?!!"

"Lusa nanti orang tua Dewana mutusin buat bawa dia ke Belanda. Dewana bakal ngejalanin perawatan dan pemulihan disana, sekaligus pindah rumah."

Dahi Mingyu mengerut bingung.

Ini cuma bercanda 'kan?

"Maksud lo.. Dewa-"

"Iya! Dewa bakal hidup di Belanda, tanpa tau pasti kapan dia bakal balik lagi kesini. Puas lo?!"

TBC

halo? siap menuju ending?

so sorry karena udah gantung ff nya selama berbulan-bulan, just lil bit bussy irl😔

so sorry karena udah gantung ff nya selama berbulan-bulan, just lil bit bussy irl😔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©Suni💛

Network Love » Meanie✔Where stories live. Discover now