PART 13. Senyum dan tawa pun tercipta di hari ini

20 11 1
                                    

Saat mendung mungkin langit kelihatan jelek, apalagi kalau turun hujan. Tapi tanpa adanya hujan kamu tak bisa melihat pelangi.
Sama seperti rasanya saat aku dulu belum mengenalmu. Hadirmu itu indah seperti warna pelangi, yang memberikan warna cerah pada hidupku. Dan aku harap kehadiranmu kali ini, dapat menggantikan rasa kesedihanku padanya.

Wanita yang selalu hadir mengisi kekosongan hatiku, wanita yang memberikan lenteranya padaku. Ku harap jika kau sudah menaruh rasa percaya itu padaku, jangan kau ingkari bila kau ditakdirkan menjadi jodohku. Itulah harapanku pada Bu Putri.

Aku tersenyum menatap langit yang kelihatan cerah. Setelah pulang sekolah kami berjanji akan berjalan jalan mengelilingi kota Bogor.
Tak lama kemudian sang pujaan hatiku telah datang memakai gaun mocca yang pas ditubuhnya. Membuat jangtungku berdetak lebih cepat.

"Hari ini jadi kan Fik?" tanya Putri memastikan.

"Iya dong yang!" balas Fikri.

"Motormu sudah beres Fik. Nggak kenapa napa?"

"Sudah sayang! Jangan khawatir, kalau khawatir jangan sama motor aku, tapi sama akunya dong."

"Apaan sih Fik. Jangan nggoda mulu! Ayo berangkat."

"Oke sayang."

Motor Fikri itu segera melesat meninggalkan halaman rumah Putri. Mereka sudah melaju di atas jalanan berasapal. Fikri menarik tangan Putri untuk memeluknya.

Begitu bahagianya aku dengan ibu guru ini, guru yang menjadi kekasihku. Waktu terus berlanjut denganya, suka dan duka, tawa dan bahagia, tercipta begitu saja. Rasa nyaman mulai tumbuh begitu cepat denganya, tapi rasa bersalahpun ada di dalam diriku. Ya, rasa berasalah telah menduakan Milla. Aku tak bermaksud melukainya, tapi aku hanya tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Apalagi dengar si kampret Raditya, yang selalu meledek ku dengan kata kata ini seperti ini, "Pacaran ko jarak jauh, itu pacaran atau tendangan bebas, hehehe."
Dia tidak tau begitu sakitnya saat mendengar kata kata itu keluar dari mulutnya berulang kali.

Tiba saatnya ujian tengan semester, putri memintaku selalu rajin belajar dan jangan banyak begadang. Sebelum ujian tengah semester itu di mulai, pagi pagi aku menjemputnya, agar pergi sekolah bareng. Tiba tiba di jalan dia berkata, "Fik, kalo hasil nilai kamu di atas KKM. Kamu boleh minta apa aja ke aku," ucap Putri di atas motor.

"Tapi kalo nilai kamu di bawah KKM, selama seminggu kamu harus jadi asistenku. Gimana mau ga?" lanjut Putri berkata.

"Yaudah boleh, bu." ucapku.

"Kamu kenapa fik? Ga biasa kaya gini, ada masalah bukan?" ucap Putri sambil memelukku.

"Gapapa ko bu, aku cuma rindu ama mama doang. Dari semalem mikirin dia mulu," ucapku padanya.

"Jadi begitu yang. Pantesan aku teleponin ga di angakat angkat," ucap Putri.

"Iya bu," ucapku.

"Yaudah abis ujian sekolah, kita kerumah mama kamu ya, yang?" ucap Putri.

"Mamaku itu guru ngaji di rumahnya, bu. Kalo nanti kerumahnya terus dia nanya ke ibu, udah hafal berapa juz gimana?" tanyaku pada bu putri.

"Ya pura pura hafal 30 juz aja, Fik,"jawab Putri.

"Kalo nanti di tanya lagi, coba bacain, gimana?" tanyaku pada Putri.

"Akukan lagi men, Fik. Hehehe" ucap Putri sambil tertawa.

"Men itu apa bu?" tanyaku padanya.

"Jangan pura pura polos, Fik. Murid senakal kamu gatau datang bulan?" jawabnya sambil memukul helm ku.

"Hutanya lebat ga, bu?" tanyaku sambil tertawa.

"Lebat, Fik. Belum di tembangin ama aku," jawabnya sambil tertawa.

"Aku bantuin ya, bu. Bantuin nyambutnya pake tangan," ucapku sambil tertawa.

"Apaan sih, jadi ngomongin kaya gituan, Fik." ucapnya sambil memeluk begitu erat.

"Kamu kan belum dapet KTP, jadi jangan ngobrolin kaya gini. 18+," ucapnya sambil tertawa.

"Panjang pendek itu bukan masalah usia bu, ngapain usia dewasa tapi ga tahan lama. Mendingan kaya aku, umur 17 tapi udah tahan lama, kuat dan awet, masih di sekel pula." ucapku sambil tertawa.

Sepanjang jalan kita tertawa ngobrolin kaya ginian, hal kecil jadi kebahagian. Ujian sekolahpun berjalan dengan aman, Putro jadi pengawas di kelas ku. Ketat sekali dia mengawasi kelas, tidak ada celan untuk menyontek. Apalagi 4 kawanku, mereka serius mengerjakannya. Untung otakku punya ide, aku pura pura ke kamar mandi dan datang lagi kelas lalu berkata pada Putri, "Bu, tadi kepala sekolah nyuruh saya buat manggilin ibu, ibu di tunggu di ruangan kepala sekolah sekarang," ucapku membohongi pacarku sendiri.

"Sekarang, Fik?" tanya bu Putri.

"Iya sekarang, bu," jawabku.

"Yaudah anak anak, jangan pada ribut ya, jangan pada nyotek, kerjain sendiri!" ucap bu Putri dengan tegas, sambil keluar kelas.

Aku langsung mengambil kertas ujian Rizky, dia ini siswa pinter dari Smp. Aku nyotek sampai beres, tiba tiba bu Putri datang dan berkata, "FIKRI, kamu membohongi saya! kamu saya hukum! keliling lapangan 20 kali, SEKARANG!" ucapnya dengan marah.

Aku langsung keluar kelas dan lari satu kali saja, lalu masuk kelas lagi. "Cepet banget larinya?" tanya bu Putri.

"Suruh pak Reki masuk kelas lagi, bu," jawabku membohongi dia lagi.

"Apa? pak Reki?" tanya bu Putri lagi.

"Yaudah kerjakan lagi soalnya, 15 menit lagi harus beres. Waktunya udah habis," ucapnya.

Ujian di hari pertamapun selesai. Bu Putri keluar kelas membawa lembaran kerta ujian di tanganya, tiba tiba si kampret Rizky berkata, "Cerdas juga lu, cara nyotek lu itu luar biasa. Dari SMP ga berubah berubah, hahaha" ucap Rizky meledekku.

"Bagus Fik, gua jadi bisa nyontek. Semalem gua begadang tau," ucap Raditya.

"Gua juga, abis nonton bola. INTER MILAN masuk Semi final, huhuhu," ucap Fanbi sambil berteriak.

"Lu pada enak pada nyontek, lah gua mah gabisa!" ucap Andrian dengan tegas.

"Kenapa?" ucap ku.

"Gua bawa nyontekan sendirilah, nih gua udah tulis dari semalem," ucap Andrian sambil tertawa lalu menunjukan kertas contekkannya.

"Pelit lu, gabagi bagi!" ucap Fanbi.

"Lu yang ga mau nyontek ke gua," ucap andrian dengan tertawa.

"Lu dari SMP murid paling bodoh, mana mungkin gua nyontrek ke elu." ucap Fanbi sambil tertawa.

"Yaudah lu lihat nanti, pasti nilai gua paling bagus," jawab Andrian pada Fanbi.

Ujian hari pertamapun selesai, akuu mengajak mereka  kerumah mamaku.

"Maen yu kerumah nyokap gua? gua ama bu Putri mau kesana, kita masak masak." ajakku pada mereka.

"Gua bawa cewe boleh ga, Fik?" ucap Fanbi.

"Bawa si Ayu?" tanya Raditya ke Fanbi.

"Iya dong, pacar gua kan dia doang dari SMP juga. Ga kaya si Fikri, cewenya ada dua," ucap Fanbi sambil tertawa.

"Ko hubunganya bisa awet sih?" tanya Raditya ke Fanbi.

"Jangan jangan di kasih formalin biar awet dan tahan lama, benerkan?" ucap Raditya sambil meledek Fanbil.

Kita semua tertawa, bahagianya kumpul bareng mereka. Serasa jadi orang goblok semuanya. Kitapun langsung berangkat ke rumah mamaku. Dan Putri sudah menungguku di gerbang sekolah, kita semua langsung berangkat.

Drak Story FIKRI ABDULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang