PART 06. Milla Pergi Meninggalkan Kota Bogor

93 76 31
                                    

Hari kelulusan pun telah tiba,

Milla mendatangi ku dan berkata bahwa dia mau melanjutkan Sekolah menengah kejuruannya(SMK), di luar kota. Karna ayah nya tugas di luar kota dan dia pun harus ikut bersama ayahnya, rumah yang di bogor sudah terjual dan besok dia sudah berangkat
ke BALI. Aku terdiam diri, ku sangka ini hanya prank dia saja. Tapi ini serius, saat air matanya keluar dan terus menerus menatapku begitu tajam. Di berkata, "Maaf, maaf, maaf. Dan terimakasih untuk semuanya, Fik." ucap milla sambil menangis.

"Apakah kamu mau memutuskan hubungan ini ?" ucap ku pada milla dengan wajah serius.

"Aku tidak tau, fik." ucap milla sambil menangis terisak isak.

"Apa engga ada jalan yang lain, selain putus ?"ucapku sambil menahan tangis.

"Gatau fik, aku bingung!" ucap milla sambil menatapku dengan tajam.

"Kita LDR aja, mill ?" ucap ku pada milla sambil tersenyum.

"Kita masih anak anak fik, kita juga punya masa depan masing masing. Kita fokus sekolah aja, nanti kalo udah sukses aku baru nemuin kamu lagi." ucap milla dengan wajah seriusnya.

"Untuk apa kamu bangun megah perasaan di hidup ku, kalo kamu yang merusaknya sendirian!" wajah kecewaku terlihat jelas di mata milla.

"Aku janji fik, Kalo udah lulus sekolah aku pasti nemuin kamu lagi. Dan nerusin hubungan ini lagi." ucap milla dengan memegang tanganku.

"Perasaan itu cepat berubah mil, kalo nanti kamu nemuin yang terbaik di sana gimana ?" ucap padanya sambil melepaskan pegangan tangan.

"Engga gitu juga, fik!" ucap milla sambil wajah tegang.

"Aku tidak butuh janji kamu, yang aku butuhkan bukti nyata dari kamu sendiri. Kita lihat saja nanti." ucapku padanya sambil menahan tangis yang luar biasa ini.

"Ayah aku yang bilang kaya gini, fik.
Ayah ngelarang aku pegang HP, aku harus fokus sekolah dulu. Gimana aku mau ngasih kabar ke kamu, fik! " ucap milla dengan mata menatap kebawah.

"Kita saling berdoa saja mill. Semoga takdirnya selalu baik, dan terkadang perlu air mata untuk menerimanya !" ucap ku pada milla, sambil memberikannya selembar tisu.

"Jaga hati buat milla yah, fik. Milla ga janji buat datang ke sini lagi, tapi milla bakalan buktiin ke fikri. Perjuangan milla buat hubungan ini !" ucap milla sambil memeluk ku.

"Tunggu tiga tahun lagi, milla bakalan kesini lagi fik." ucap milla sambil memelukku begitu erat.

"Jangan nangis lagi mil, hari ini kita jalan jalan dulu. Kita kasih kenangan buat rindu yang datang di esok hari ataupun di hari nanti." ucap ku padanya.

"Naik angkot, fik?" ucap milla.

"Naik motor dong, ayah fikri udah beliin motor buat berangkat sekolah nanti di SMK." ucapku padanya. Milla tersenyum.

"Ko kamu tiba tiba tersenyum, mill?" ucap ku padanya sambil ikut tersenyum juga.

"Iyalah harus!
Aku peluk sepanjang jalan mau ga, fik?" ucap milla sambil tersenyum.

"Aku sih ga maksa mill, tapi pekalah kalo kesitu mah." ucap ku padanya.

"Yaudah, aku bilang dulu ke ayah aku, fik" ucap milla sambil belari ke ruang kepala sekolah.

Aku tidak tau rencana tuhan untuk seperti ini. Ku kira, aku dan dia bakalan terus bersama. Tapi entahlah apa yang terjadi, aku percaya bahwa rencana tuhan itu selalu baik. Dalam hati ku berkata, "Akupun menyadari kalo aku egois, aku sangat egois jika mencintai tanpa harus mau kehilangan. Semua akan ada masa sebuah hubungan akan berakhir ataupun berpisah. Entah itu karna cita cita, bisa saja karna terpaksa, ataupun orang ketiga." ucap ku begitu saat milla belari menemui ayah nya.

Aku tidak pernah berpikir tentang sebuah cinta yang akan berakhir dengan tragis, tapi aku hanya berpikir dan berpikir untuk hari ini. Bagaimana aku bisa melepasnya dengan senyuman, bagaimana aku bisa memberikan kebahagian di hari perpisahan ini. Tapi aku tidak bisa berpikir, karna terlalu nyesek saat kata kata perpisahan darinya Terus menerus menari di otak ku. ku doa kan saja yang terbaik untuk mu, kekasih pertamaku.

"Hoooooooooy, hoooy." Mila berteriak di kupingku.

"Lagi mikirin apaan, sih?" ucapnya lagi.

"Gapapa ko, mill." ucap ku padanya.

"Ko wajahnya jadi sedih gini, fik?" ucap milla sambil memegang tanganku.

"Setiap malem jum'at, jendela kamarmu harus di buka ya, mil?" ucap ku padanya.

"Kenapa emangnya, fik?" ucap milla dengan wajah penasarannya.

"Biar ku kirimkan doa dan rasa rindu nantinya." ucapku padanya.

"Kalo Kamar ku engga ada jendelanya,
gimana dong?" ucap milla.

"Hancurin aja kamarnya, nanti renovasi lagi deh. Hehehe" ucapku sambil tertawa.

"Dasar gila punya pacar kaya kamu mah, fik. hehehe" ucap milla sambil tertawa.

"Kalo aku punya pacar 10 kaya kamu, pasti udah mati konyol kaya nya. wkwkwkw" ucap milla sambil tersenyum.

"Yu ke parkiran dulu, mill" ucapku padanya.

"Mau ngapain?" ucapnya dengan wajah bingung.

"Ngambil motorlah, sapi!" ucapku padanya.

"Ko sapi sih, fik?
kenapa ga beruang aja ih?" ucap milla, yang mau di panggil beruang.

"Cicak aja yah, mill?" ucapku padanya.

"Ko cicak sih, fik?" ucap milla.

"Biar aku jadi nyamuknya, biar aku mati di dalam tubuhmu." ucap ku padanya.

"Itu gombalan, fik" ucap milla.

"Itu kebodohan yang hakiki, hehehhe." ucapku sambil tertawa.

"Ko jadi kebodohan sih, fik?" ucap milla sambil tersenyum.

"Mana ada yang mau, di bunuh oleh kekasihnya sendiri. Milla oh Karmilaaa" ucapku padanya, sambil tertawa barengan.

"Bisa ae, tukang gendang mah" ucap nya sambil tertawa.

Dengan pelukkan hangatnya di sepanjang jalan. Aku tidak merasa akan berpisah, atupun merasa kehilangan. Pelukkan hangatnya mampu melupakan, bahwa esok hari aku akan kehilangannya.

Begitulah cinta, pasti ada pertemuan dan perpisahan. Kita bertemu untuk berpisah, kita berpisah untuk bertemu. Entah bertemunya kembali ataupun bertemu orang baru, yang mampu menghilangkan namanya di hidupku. Entah lah kedepannya aku mau bagaimana, yang aku tau bahwa takdir tuhan selalu baik bagi hambanya.

Hari sudah larut malem, aku mengantarkannya pulang. Dan esok pagi, Milla minta aku untuk mengantarkanya sampai bandara.

Milla, apa kamu tau?
Aku pulang dengan hati yang begitu sakit. Melepasmu pergi, melepaskan ingattan-ingattan yang selalu saja tentang dirimu.

"Milla ?
Aku melewati tukang baso di pinggir jalan ini, dahulu kita sering makan di sini." ucapan ku dalam hati sambil menengok ke arah tukang baso.

"Milla ?
Esok hari semoga indah, semoga tidak ada yang menangis di antara kita berdua. Tidak ada yang menjatuhkan air matanya, semoga saja kita bisa memberikan senyuman terkhir yang akan kita kenang selalu.

Esok hari,,,

Aku bangun pagi pagi. Melakukan kewajiban ku dulu, yaitu sholat subuh dulu.

Milla, aku datang. Dengan wajah yang memakai topeng palsu, topeng kebohongan ku. Topeng itu adalah wajah ke pura puraan ku. Dia bisa tersenyum dengan begitu ikhlas dan dia bisa tertawa seolah olah tidak ada rasa sakit di hati ku.
Ketahuilah, wajah palsu itu aku buat sendiri. Dengan air mata dan rasa patah hati dalam jiwaku, mill.

Saat pesawat yang kau tumpangi pergi meninggalkan ku. Air mata di pipiku jatuh dengan sendirinya, mill.

Milla ?
Hidup terus berlanjut, walaupun kau pergi. Waktu terus berputar tanpa adanya kamu di sisiku. Canda dan tawa harus tercipta dalam hidupku ini, bukan aku berbagi cinta atapun berbagi rasa. Aku tidak tau kedepannya bagaimana dengan sebuah rasa yang begitu hangat untukmu, apakah rasa ini akan berubah ataupun bertahan.

#PART 07.BROKEN HOME

Drak Story FIKRI ABDULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang