PART 02.KEHILANGAN SAHABAT

288 170 94
                                    

Setelah Ayu menelepon Milla dan mengabarkan bahwa Febri sudah meninggal dunia karna kecelakaan. Kita pun langsung berangkat ke rumah Febri, sesudah sampai rumahnya aku dan Milla melihat Ayu menangis sejadi jadinya. Milla menenangkan ayu yang menangis begitu sedih.

Siang hari kita bertiga mengantarkan Febri ke tempat istirahat terakhirnya.
Sore pun telah tiba, sedangkan Ayu masih saja menangis. Aku dan Milla membawanya ke taman yang biasa kita singgahi berempat, itu tempat favorit kita berempat. Akupun bercerita pada Ayu, "Sebenernya sejak Febri kenal sama lu, dia udah menaruh perasaan ama lu Yu," ucap ku pada Ayu yang sedang menangis.

"Si Ayu juga sejak lama udah suka ama si Febri kan, yang!" ucap Milla yang duduk di sampingku.

"Gua selama ini nunggu dia nembak gua, Fik!" ucap Ayu.

"Febri juga cerita dia mau nembak elu tapi takut di tolak Yu," ucap ku pada Ayu yang duduk di depanku.

"Kenapa sih cowo kalo suka ama cewe suka di pendem dulu, gak berani nembak duluan?" ucap Milla pada ku.

"Yah kan di gamau persahabatan kita hacur, hanya karna rasa cintanya," ucap ku pada Milla.

Ya, dari pada memendam perasaan diam diam. menyakitkan tau!" ucap Milla padaku.

"Itu artinya, persahabat lebih berharga dari sebuah perasaan," ucapku pada milla.

"Biarlah, Tuhan tau kapan aku harus bahagia. Mungkin ini sudah takdir Tuhan," ucap Ayu dengan muka pasrahnya. 

Hari sudah ralut malam kita bertiga segera pulang kerumah masing masing. Sampai dirumah aku mulai berpikir bahwa esok hari, hari hariku di sekolah bakalan sepi tanpa adanya sahabat yang bisa mengerti, yang bisa memberi solusi, yang bisa menjaga sahabatnya saat dia ketakutan, sahabat yang bisa memberi dengan ketulusannya.

Bagi ku, _"Kehilangan sahabat terbaik adalah pukulan terberat dalam sebuah kehidupan. Tidak ada tawa, ceria dan bahagia yang tercipta dengan ketulusan yang membuat seperti orang gila."_

Pagi hari telah tiba, aku berjenjak berangkat sekola menunggu angkotan umum. Biasanya pagi pagi Febri sudah ada di depan gang, gangku dan gang dia saling berhadapan. Di angkot aku merasa sepi, tidak ada sahabat yang saling bercerita di dalam angkot.

Sesampai di kelas aku berasa sepi, teman biasanya Febri duduk kini kosong. Biasanya kita berdua saling rebut kursi, siapa yang datang duluan dia berhak duduk di bangku pojok deket kaca. Sedangkan Ayu, dia masih merasa kehilangan. Aku mengerti perasaan Ayu, tidak ada lagi orang bodoh yang menjailinya di kelas, tidak ada orang bodoh yang rela bertingkah konyol demi dia tertawa lagi. Aku mengerti dari Almarhum Febri bawah, "Seseorang rela menjadikan dirinya bodoh, rela bertingkah khonyol hanya demi ingin melihat orang yang dia cinta bisa tertawa saat bersamanya."

Hari hari demi hari aku lalu sendiri tanpa ada seorang sahabat yang mengerti. Begitu sepi, tapi aku jalani. Akhirnya aku menemukan teman teman baru yang bernama, Rizky Apriansyah, Andrian Hakim, Fanbi Tama, Muhamad Raditya.

Lima sahabat yang selalu ada dan setia. Aku tidak ingin membahas mereka di masa kini, aku ingin membahas nya di awal kita bersahabat. Si Fanbi ini cerita padaku bahwa dia jatuh cinta pada Ayu sahabat perempuanku. Dia tau bahwa Ayu adalah teman deket pacarku. Suatu ketika, ketika kami berlima sedang nongkrong di belakangan sekolah sehabis pulang sekolah. Fanbi berkata, "Fik ajakin gua maen dong ama Ayu," ucap Fanbi sambil menggaruk rambutnya.

"Ngaca dulu Bi, uang jajan elu kan cuma dua ribu. Mana cukup ngajak dia jalan!" ucap Andrian sambil tertawa.

"Gapapalah cinta itu bukan karna uang Bi, tapi karna hati," ucap Radit.

"Sang raja puitis nih Radit, kata katanya memberi makna mulu, hehehehe," ucap Rizky sambil tertawa.

"Gua cuma bisa bantu deketin doang, tapi kalo soal kalian jadian itu gua gabisa bantu," ucapku pada Fanbi.

"Kenapa?" ucap Fanbi dengan wajah kepenasarannya.

"Yah karna soal perasaan itu urusan kalian berdua lah. Usaha sendirilah, cinta itu perjuangan bukan bantuan apalagi pertolongan!" ucap Radit so puitis.

"Lagi dan lagi, sang raja puitis mulai memberi pelajaran kata kata sajaknya," ucap Rizky sambil wajah senyum.

"Udahlah gua mau pulang duluan yah,  laper banget soalnya," ucap Andrian sambil berdiri.

"Yaudah bubar aja lah, udah mau sore nih!" ucap Fanbi.

"Yaudahlah!" saut Radit.

"Eh,,,,Fik pulangnya bareng gua ya. Nanti gua yang bayarin ongkos lu!" ucap Fanbi.

"Pasti ada maksud nih, yah?" ucap Radit.

"Yah pastilah," ucap Rizky.

"Pasti tentang Ayu kan Ki?" ucap Andrian sambil ketawa.

"Yaudah bayarin ongkos gua, nanti gua kasih tau semua tentang Ayu, hehehe," ucapku pada Fanbi.

"Gasken lah," ucap Fanbi.

Satu bulan akhirnya Fanbi dan Ayu jadian. Kita berdua kalo mau maen ama pacar masing masing yah barengan. Hingga suatu ketika ketika kita sibuk dengan pacar masing masing. Si Rizky ngomong serius di kantin sekolah saat kita berlima sedang duduk sambil makan gorengan. Dia berkata, "Kalo mau pacaran boleh sob, tapi harus bagi waktu. Kapan ama pacar, kapan ama sahabat!" ucap Rizky.

"Iya maaf Ki," ucap ku pada Rizky.

"Yaudah pulang sekolah ngopi sambil maen ps dk rumah gua," ucap Fanbi.

"Eh iya nih, kan ada yang baru jadian," ucap Radit.

"Bu gorengannya nambah lima yah, yang bayar si Fanbi!" saut Andrian.

"Siap, nih gorengannya," ucap Ibu kantin.

"Apa apaan nih, gua bawa duit pas pasan!" ucap Fanbi.

"Ya elah cuma gorengan lima ini," ucapku pada Rizky.

"Yaudahlah tapi,,,jangan minta pajak jadian lagi yah!" ucap Fanbi.

"Siap boskuu," ucap Radit.

"Yaudah gua cabut ke kelas duluan. Bu saya gorengannya nambah dua yang bayar Fanbi!" ucap Andrian sambil pergi memegang gorengan.

"Woy, mau meras gua ini mah!" saut Fanbi.

"Yaelah cuma gorengan ini, hehehe," saut Andrian sambil dari jauh.

Di kantin aku melihat Milla, pacarku ini sedang berduan dengan kaka kelas.

"Fik, Milla lagi berduan nih ama kaka kelas!" ucap Fanbi.

"Biarin ajalah, mungkin dia ada tugas OSIS," ucapku pada Fanbi.

"Tapi mereka, Fik!" ucap Rizky.

"Gua kenal orang itu, sekampungan ama gua," ucap Radit.

Hatiku semakin patah saat liat mereka berdua dekat. Aku merasa heran dengan pacarku ini, tidak biasanya dia acuh. Aku merasa cemburu tapi aku tidak memperlihatkan kecemburuanku. Biasa Milla sering mengajak bercanda di dalam kelas sudah dua hari ini dia kaya berubah.

Bel sekolahpun berdering, menandai bahwa jam istirahat selesai. Aku melihat di kelas sedang duduk bersama Ayu dan aku mendenger bahwa Milla berkata nama cowo yang pas istirahat tadi bersamanya. Dengan rasa kecemburuan ku, aku langsung mambawa tas dan keluar dari kelas. Dengan rasa cemburu aku bolos di pelajaran terakhir. Milla hanya memandangku dan berkata, "Mau kemana, Fik?" teriak Milla, saat aku pergi dari kelas.

Aku tidak menjawab sautan Milla. Aku hanya menunggu teman teman ku di sebuah warung. Kita berlima sudah janji, pulang sekolah mau maen PS di rumah Fanbi. Sambil di warung aku berpikir, _"Semua orang berhak melakukan apa saja atas nama kecemburuannya."_

Akhirnya mereka datang dan langsung mengajakku berangkat kerumah Fanbi.

Mereka membuatku tertawa tanpa harus aku ceritakan bahwa aku terluka. Inilah yang di namakan SAHABAT SEJATI.


NEXT PART 03.RASA CEMBURU TIDAK BISA DI ATUR

Drak Story FIKRI ABDULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang