PART 12. Berbahagia Bersama Sang Guru

21 12 6
                                    

Sore ini, sesuai dengan ajakan Putri di sekolah, aku bergegas menuju danau. Di danau itu sebuah perahu mengambang ia bergerak mengikuti arus air melihat itu sudut bibir ku sedikit terangkat.

Mata ku menyapu bersih setiap tempat di danau itu mencari sosok keberadaan Putri, kekasih ku yang menjelma menjadi guru di sekolah ku. Nihil. Dia tidak ada batin ku berkata bahwa sanya ia belum datang. Mungkin, masih sibuk berdandan. Mempercantik dirinya hanya agar mood nya membaik sesuai definisi yang aku baca tadi.

Aku melangkahkan kaki ku menuju sebuah gundukan tanah yang di tutupi rumput setinggi 2-3 cm. Refleks otok ku memerintahkan ki untuk duduk di atas gundukan tanah tersebut yang mana di bawahnya ada sebuah danau yang lumayan besar.

Sejuk. Itulah yang aku rasakan saat aku mendudukan pantat ku di sana di bawah naungan pohon yang besar aku duduk. Bibir ku tak henti- hentinya tersenyum mengingat Putri. Kenapa aku bisa mencintainya? Ku ingat ingat sejak pertama kalinya kami bertemu.

Tak sengaja tangan ku menyentuk beberapa kerikil di tanah yang membuat otaku memerintahkan syarat tangan ku untuk melempat kerikil itu ke danau, membuat harapan yang mungkin saja suatu saat nanti akan menjadi kenyataan.

"Gue ingin Putri menjadi pendamping hidup gue." bersamaan dengan harapan itu aku melempar kerikil itu dengan sekuat tenaga berharap Tuhan mewujudkannya dengan cepat.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kaki terdengar di belakang ku, hati ku langsung berfikir itu adalah Putri, kekasih ku yang sudah ku tunggu sedari tadi.

"Fikri."

Merasa seseorang memanggil nama ku, aku menengok mencari sumber suara yang memanggil namaku itu. Dan benar saja orang yang aku tunggu itu datang. Ia tersenyum lebar ke arah ku sembari menampilkan dereta giginya yang putih dan bersih.

"Putri," panggil ku yang tak henti-hentinya tersenyum memandang nya.

Orang yang menggunakan jumsuit berwarna kuning cerah itu mendekat ke arah ku kita berpelukan melepas rindu. Ya. Walau kita hanya berpisah sekitar 2 jam.

Melihat aku yang sedari tadi duduk di atas gundukan tanah ia seperti nya ingin juga duduk di sebelah ku. Aku memperasilahnya untuk duduk.

"Fik, aku kangen," ucapnya sembari bergelayutan manja di lengan ku. Mendengar kata 'kangen' aku membalasnya, "Iya, aku juga, yang."

"Kamu ingat nggak waktu kita pertama kaki ketemu?" Putri sangat antusias menanyakan nya kepada ku.

"Ingat yang!"

"Makasih ya udah selalu ada buat aku," ucap Putri memandang lekat mata ku.

Aku pun memandang lekat matanya membuat kita saling menatap,"Sama sama."

"Aku mau nanya boleh?" tanya Putri pada ku sembari merapikan rambut ku yang berantakan.

"Boleh nanya apa?" kata ku tersenyum kepadanya.

"Kamu malu nggak punya pacar yang 5 tahun lebih tua dari umur kamu," ucapnya yang tiba-tiba sendu.

"Nggak sama sekali, kalau kamu malu nggak punya pacar lebih muda dari umur mu?"

Mendengar jawaban mu bibirnya terangkat dan mata  bagian bawah nya juga berkerut tanda tersenyum

"Nggak dong lagian kamu itu anugerah terindah dalam hidup mu."

"Beneran?" tanya ku yang memastikan.

"Iya sayang," jawabnya dengan manja.

"Perahunya nganggur tuh," ujar ku yang melihat tidak ada yang menggunakan perahu berwarna merah tersebut.

"Kasih kerjaan yuk!" perintah Putri yang mungkin bercanda.

"Caranya?"

"Kita naikin," ucapnya.

"Boleh! Ayok!"

"Bantuin yang!"

"Iya sini aku bantuin," kata ku menarik tangannya membantu nya untuk berdiri.

"Makasih ayang,"

"Sama-sama,"

Kami pun menaiki perahu yang sempat nganggur itu. Secara bergantian kami mendayung nya hingga berada di tengah- tengah danau.

"Kita mau ngapin?"  ucap Putri

"Mancing," ucapku

"Emang kamu bisa?" tanya Putri

"Masa nggak bisa," ucapku

"Awas ya kalau nggak," ucap Putri sambil tertawa.

"Iya yang bisa kok," ucapku dengan rasa takut.

Kami berdua sangat berbahagia, walaupun dengan sederhana. Bagiku kebehagian itu bukan karna harta ataupun tahta, tapi karna wanita ini. Guru yang menjadi seorang kekasih ku. Dia mengajarkanku bahwa dunia ini masih indah, walaupun terluka itu masih membekas. Semoga hubungan ini bisa langgeng, usia ataupun profesi bukanlah penghalang. Dan untuk keaadan ku yang sekarang semoga saja di mengerti, dan menjadi obat dalam hidupku.

Haripun mulia gelap. Matahari sudah mulai pergi, aku dan diapun beranjak pulang. Sesampai kerumah dan melakukan ibadah sholat isya, aku kepikiran Milla. Milla yang aku rindukan, malem itu seakan akan sebuah rindu terkumpul begitu besar kepadanya. Rindu yang sudah menjadi mayit atau mayat, dia datang ke kamarku bersama rintikan air hujan. Di selalu bergentayangan di kamarku, dan membawa fikiranku untuk mengingatnya. Dia terus memaksaku sampe tengah malem, hingga merasuki kedalam mimpiku.

Begitu jahat sebuah rindu, dia tidak tau waktu. Masuk ke dalam kamarku tanpa permisi dan memaksaku untuk mengingatnya, dia membawa rintikan air hujan di jendela kamar ku dan membawa tetasan air mata di pipiku. Harusnya aku menikmati kebahagian di sore hari bersama Putri, tapi malah sebuah rindu yang menyakitkan yang datang. Begitu kejamnya sebuah rindu, datang tak di undang, pulangpun tak diantar. Di merasuki malemku dengan begitu menakutkan, hingga membuatku tak nafsu makan.

Aku tidak bisa memilih salah satu dari keduanya. Milla ataupun Putri, aku ingin memiliki keduanya. Egois sekali aku, ingin mendapatkan dua wanita dalam satu perasaan. Iya aku menyadari bahwa aku memang sangat egois, terkadang kita perlu mementingkan perasaan kita sendiri dari pada perasaan orang lain. Begitulah yang aku dapati dari kisah keluarga ku sendiri, itu pelajaranya yang sangat berharga. Yang nikah saja bisa bercerai, apalagi yang pacaran. Kalo Milla tak kembali dan tidak ingin bertemu kembali, aku hanya berdoa semoga Putri tidak pergi. Kalo Putri nantinya pergi, aku berdoa semoga Milla kembali. Tapi doa ku yang utama, semoga mereka berdua menjadi jodoh ku. Aku menghayal Putri jadi istri pertamaku dan Milla jadi istri keduaku, Putri harus jadi istri pertama karna dia lebih tua dari pada Milla.

Sudahlah,,,hari sudah pagi. Jangan terlalu menghalu untuk menjadikan mereka berdua seorang istri, aku masih pelajar dan belum cukup umurnya. Yasudahlah motor supraku sudah menunggu di halaman rumah, kini saatnya let's go to school.

Aku menikmati hari yang begitu indah di atas motorku, angin yang begitu sejuk di pagi hari ini. Aku berharap dalam hati, tidak ada yang mengganggu hari indah ini, termasuk aku sendiri. Tapi apalah daya, aku harus terlambat lagi kesekolah. Motor ku mogok, si jagur ini ngambek kayanya. Jagur ini nama motorku, aku lupa service ke bengkel. Karna kemaren aku terlalu asik dengan Putri, eh Bu Putri. Aku harus terbiasa memanggil Bu Putri kalo memakai seragam sekolah, kalo di luar sekolah mau manggil nama ataupun ayang gapapa. Yang penting aku harus menjaga nama baik pacarku sendiri. Dan jangan sampe ada yang tau tentang hubungan ku dan Bu Putri.

Next part 13

Drak Story FIKRI ABDULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang