Prolog

11 3 2
                                        

Hujan di sore ini serasa berbeda.
Tidak ada lagi suara merdu dan petikan gitar yang mengiringi rintiknya. 
Tak ada lagi suara rengekmu yang meminta dibuatkan kopi dan mie instan rasa soto sebagai penghangat.
Tak ada lagi celotehan - celotehan menyebalkanmu yang sialnya sampai saat ini selalu ku rindukan.

Kini aku hanya sendiri.  Berdiri diambang pintu jendela yang biasanya kita gunakan untuk  berbagi kata.

Tuhan,
Mengapa hujan harus turun di sore ini? Aku benci untuk terus bergelut dengan kesedihan ini. Rintik hujanmu selalu membuka kembali lukaku yang masih terlalu basah.

Aku tahu dia pasti begitu kecewa padaku. Tapi, apa mungkin aku bisa benar - benar mengikhlaskan nya? Apa bisa aku kembali menjalani hari indah tanpanya?

Bahkan, aku yakin engkaupun tau, bahwa satu - satunya alasanku bahagia adalah dirinya.

Senin, 22 Februari 2021

Kertas yang berisikan beberapa kata ungkapan hatinya itu kemudian dilipat.
Dimasukkan kedalam kotak berwarna biru langit. Membaur bersama puluhan ribuan kertas sama yang lainnya. Terselip pula beberapa foto polaroid yang menampilkan senyum sumringah dari dua orang remaja layaknya sepasang kekasih. Senyum bahagia itu, seolah sudah tau bahwa masa depan cerah telah menanti mereka berdua.

"Maaf, sedihnya balik lagi" Gumamnya lirih, beberapa bulir air juga mulai menggenang di pelupuk matanya.

Jangan pernah hadir
Untuk melukis cerita, jika akhirnya
Pergi tanpa memberi akhir yang jelas.

Berbeda || Na JaeminWhere stories live. Discover now