"Aku pengin mengantarkan tugas dia yang tertinggal," jawab Kla beralasan.

"Oh ... kau bisa menitipkannya padaku, Nong," tawar cowok manis itu dengan ramah.

"Eh .... mai pen rai, Phi. Biar aku tunggu saja dia." Kengkla beralasan, karena memang nggak ada buku tugas atau apa pun yang tertinggal.

"Hmm .... Baiklah adik kecil, terserah kau saja. Tapi, memang nggak biasanya dia belum datang. Type juga. Biasanya jam segini mereka udah stay," cowok manis itu menjelaskan. "Ya, sudah. Aku masuk kelas dulu, ya. Bye-bye na!"

Cowok berparas manis itu meninggalkan Kla yang termenung di depan pintu kelas. "Jika merka berangkat duluan, harusnya mereka udah sampai sekarang."

****

Sedangkan di dalam mobil Type ....

"Type, ini ke mana? Ini bukan jalan ke kampus."

"Type, jawab aku!"

"Hari ini kita akan menyelesaikan semuanya."

Tak ada obrolan lagi sampai akhirnya mobil yang Type kendarai sampai di sebuah bangunan mewah yang menjulang tinggi dan Techno asumsikan ini sebuah apartemen.

"Di mana ini?" tanya No sesampainya di tempat parkir.  Dia bingung dan agak takut.

"Apartemenku," jawab Type singkat.

No nggak mau bicara banyak kali ini. Dia bisa lihat jika sahabatnya itu tengah dalam kondisi unmood. Techno sudah sejak SD berteman dengan Type dan hanya beberapa kali main ke rumahnya. Sekarang Type sudah nggak tinggal di rumahnya lagi, memang semenjak kuliah hari pertama Type cerita kalau dia pindah di apartemen dan baru kali ini No datang mengunjunginya—itu pun karena dipaksa—. Karena memang dasarnya Type yang sering ke rumah Techno dan menginap.

Mereka terdiam di dalam mobil. Di tambah sekarang weekday yang membuat seisi parkiran kosong dari mobil-mobil.

"Kenapa diam? Kenapa nggak tanya ini, itu, lagi?" tanya Type pada akhirnya.

"Allay, Meung?"

"Harusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kau menghindariku?"

Type berbalik ke arah Techno yang duduk di sampingnya. Matanya menatap tajam seolah hendak menguliti temannya hidup-hidup.

Techno bingung harus jawab apa dan dia nggak berani menatap sahabatnya itu. Meski dia yakin saat ini Type tengah menatapnya begitu dalam.

Click!

Techno sepontan menengok saat suara seatbelt terbuka. Dia sadar jika saat ini sahabatnya itu benar-benar sangat dekat dengannya. Dia merasakan sepasang tangan memegang pundaknya dan memaksa Techno untuk melihat ke arah Type yang membuat mereka saling berhadapan sekarang.

"Katakan sekarang! Apa kau nggak memiliki perasaan padaku, No?"

Techno mendadak agak pusing dan mual, dia selalu dilema jika sahabatnya mengajukan hal seperti itu. Di satu sisi dia nggak mau kehilangan sahabatnya, di lain sisi dia takut semua akan berubah jika dia salah menjawab. No bungkam, dirinya selalu menghindari tatapan mata Type.

Techno mengembuskan napasnya, "Type, kita sudah membahas ini berkali-kali. Kamu adalah temanku yang paling berharga."

"Tapi aku nggak mau sekadar jadi teman." Nada bicara Type agak meninggi.

Tanpa persiapan apa pun, tanpa prediksi apa-apa, tiba-tiba Type mencium Techno dengan paksa. Techno tersudutkan di pintu mobil. Dia mencoba menghindar, tapi karena ruang gerak yang sempit menjadikan Techno nggak bisa banyak bergerak. Tangan kiri Type mencengkram rahang Techno yang membuatnya bisa leluasa memperdalam ciuman tersebut.

Tanpa disadari No, Type menarik tuas kursi mobil agar sandarannya tertarik ke belakang dan membuat ruang gerak menjadi cukup luas. Meski begitu, itu bukanlah hal yang menguntungkan bagi cowok pemilim bibir yang tengah dicumbu habis-habisan itu. Karena, sekarang Techno tepat berada di bawah Type, mengungkungnya bak roti lapis yang siap dimakan.

Type melepaskan ciumannya. "Type, hentikan in—akh!" Tetapi bukan berarti Type melepaskan leher putih milik No tersebut, dia menyerangnya dengan segala kecupan dan jilatan yang membuat Techno bergelinjang.

"Type ...." Berkali-kali No memanggil nama sahabatnya. Terdengar seperti memohon untuk dilepaskan atau itu memang desahan?

Di saat pergumulan sepihak oleh sahabatnya sendiri, Techno masih sempat berpikir jika lehernya merupakan bagian sensitif. Berbeda saat Type menciumnya, No masih bisa berpikir jernih dan merasa ketakutan. Tapi, saat lidah sang sahabat turun dan menerjang hamparan kulit lehernya, berkali-kali mencumbu dan mengecup cupingnya, Techno nggak tahu sensai apa yang baru kali ini dia rasakan. Tubuhnya bergelinjang, bergetar menahan sensasi aneh tapi begitu memabukkan.

Nggak hanya sampai situ, Type yang sudah nggak tahan akhirnya beralih ke bawah lagi. Dia menyibak kemeja slimfit milik Techno yang entah sejak kapan dia membukanya.

Type terdiam sejenak, dirinya tersihir oleh hamparan salju di atas perut sampai dada No yang di atasnya terdapat dua bulatan pink kecil. Tapi, itu hanya sebentar. Type kembali sadar saat sahabat di bawahnya kembali berontak yang membuat Type melanjutkan aksinya. Lidah dan bibirnya kembali beraksi menuju dada, meninggalkan leher Techno yang dipenuhi dengan kissmark.

Kali ini Techno nggak segan untuk mendesah. Dia nggak tahu apa lagi yang bisa dia perbuat, dirinya nggak cukup kuat yang berujung pasrah. Bahkan tangan kirinya yang bebas dari cengkraman Type pun hanya bisa menarik lembut rambut Type seolah memintanya untuk nggak berhenti.

Lidah Type terus bergerak lincah, semakin turun menjalari perut rata Techno. Sampai akhirnya Type membuka kancing celana No yang membuat si empunya tersentak dan akhirnya bangun menarik tangan Type agar menjauh dari area sensitifnya.

"Kumohon ... jangan lanjukan ini, Type ...," ujarnya dengan wajah berantakan, matanya memerah menahan tangis.

"Aku harus meyakinkan ini, meyakinkan jika kamu adalah milikku."

Techno yang nggak tahu harus berbuat apa, dia hanya bisa memeluk Type erat. Dia begitu menyesal karena telah membuat teman dekatnya menjadi seperti ini.

TBC ....

Hai! Hai! Hai! Wkwkwk maaf, ya, beneran stuck di adegan itunya meski ya ... adegannya baru gituan doang.

Oh, iya. Yang aku kasih tanda [¹] artinya aku belum tahu benar konteks kalimat aslinya buat apa. Cuma, kurang lebih maksudku itu kayak "nggak, sih Nong. Kenapa emang?"

Kayak gitu .... wkwk. Maaf ya kalo agak membingungkan. Ah, dan untuk pembaca yang bukan rakyat raikantopeni dan nggak tahu kalimat-kalimat romanji Thailand yang aku gunakan bisa bertanya di kolom komentar.  Pribadiku bebas kena kritik, kok. Aplagi bahas soal KBBI dan PUEBI. Dijamin nggak akan pundung lalu gamau lanjut nulis lagi wkwkwk. Selagi kritik membangun saya terima dengan senang hati dan jika anda mencaci maki isinya juga gpp. Paling komennya saya hapus. Wkwkwk ... selamat menikmati.

P.S saya bukan penyembah KBBI dan PUEBI.

Mengejar Cinta Phi Techno (Remake Version)Where stories live. Discover now