"Phi, aku yang mengantar Phi. Jadi, aku juga yang akan mengantarmu." Kla masih bersikeras dengan keinginannya.

Techno membuka sabuk pengaman yang dikenakannya. Dia berpikir, memang dia harus mencari tumpangan untuk pulang nanti. Karena sudah pasti dia akan kebingungan mencari alasan untuk menghindari Type, sahabatnya itu.

"Hum, baiklah, aku pulang Jam Tiga Sore, Kla. Terima kasih untuk tumpangannya." Techno keluar dari mobil, kemudian pergi berlalu dengan senyuman manis—yang Kengkla anggap paling manis—di bibirnya.

Kla mengangguk, dengan senyuman yang nggak turun-turun sampai akhirnya pandangan dia beralih pada obeng dan kunci-kunci berantakan di bangku belakang yang belum dia rapikan.

"Aih baiklah aku pulang jam 3 sore Kla, terima kasih atas tumpanganya." No berlalu sambil sebelumnya memberikan senyum termanis buat Kla.

Kla hanya senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan obeng dan kunci-kunci di bangku belakang mobilnya yang belum sempat ia rapikan.

Techno pun berjalan memasuki koridor kampus sampai akhirnya dia melihat Type sudah ada di ujung koridor. Dengan ragu No menghampiri dan menyapa Type.

"Ai Type, kau sudah datang?" No baru sadar ternyata memang Type nggak menjemputnya. Jadi, usaha dia tadi untuk menghidupkan si Manis ternyata sia-sia. Temannya sendiri bahkan sudah ada di sini.

"Kau berangkat sama siapa?" pertanyaan Type sontak saja membuat Techno kaget sekaligus bingung.

Diao! Jadi, tadi Type datang ke rumahnya? Hanya saja Techno sudah nggak ada di rumah. Tapi, kenapa dia sekarang sudah ada di sini? Padahal, secara logika dia dan Kla terlebih dahulu yang berangkat. Ah, memang, sih, dia beberapa kali terjebak macet karena Kla tidak tahu dengan jalur menuju kampus Techno sehingga beberapa kali mereka harus terjebak macet.

Atau memang Kla yang "sengaja"?

"Jadi, kau berangkat dengan siapa?"

"Eh ... anu, motorku rusak, awalnya aku ingin naik bus, tapi—."

"Yang aku tanyain, kau sama siapa berangkat?!"

"Allay wah meung!? Bukan urusanmu aku berangkat sama siapa saja. Kenapa kau membentak?"

Keadaan menjadi hening, terlebih mereka sadar jika mereka jadi perhatian sampai akhirnya Type bersuara.

"Khottot meung. Pah! Lupakan saja. Ayo, kita masuk ke kelas!" Type merangkul No seperti biasa.

"Aku juga Type ...," Techno membalas lirih sampai hampir nggak kedengaran.

.

.

.

Seorang cowok berparas tampan sedang bersandar di bamper mobil mewahnya. Dengan sabar dia menunggu seseorang yang ditunggunya, bahkan mengabaikan godaan centil dari para betina dan uke yang lewat di depannya.

"Sedang apa kau di sini?" Kla terkejut karena tiba-tiba Type berada di belakangnya dan bertanya.

"Menjemput seseorang," jawab Kla berusaha tenang.

Saat itu, terlihat jelas mata Type menunjukan keenggaksenangannya. Tanpa membalas ucapan Kla, Type pergi begitu saja meninggalkan bocah aneh itu dengan senyuman anehnya yang terus terukir.

Nggak lama kemudian, orang yang Kla tunggu pun datang menghampirinya dengan senyuman yang memang jarang pudar.

"Khottot, Kla. Aku jadi menyusahkanmu. Huh! Aku nggak tahu kenapa si Manis nggak mau menyala tadi pagi." Techno nyerocos yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Kla.

"Ayo, Kla! Kenapa kau diam saja?" Techno membuka pintu mobil Kengkla.

No, No. Tadi pagi kau menolaknya, tapi, sekarang kau yang antusias untuk naik mobil. Dasar!

Tapi, nggak pa-pa, itu malah membuat Kla semakin senang. Dia tersenyum puas karena semua rencana dia berjalan lancar.

Meski nggak untuk cowok yang lagi berdiri di belakang pohon. Tangannya mengepal kesal karena melihat interaksi Techno dan si bocah ingusan itu yang terlihat sangat akrab. Bahkan berkali-kali dia melihat senyuman sahabatnya itu terlempar untuk sang bocah yang membuat hatinya semakin panas.

"Sat! Kenapa harus bocah itu?!!" umpat Type. "Apa yang harus kulakukan?" sambungnya yang terdengar frustrasi.

***

"Aku lapar, kita makan dulu, ya, Phi?" ajak Kengkla yang sebenarnya itu rencana dia untuk mengulur waktu.

"Hum!" Techno tersenyum lebar. "Aku akan meneraktirmu karena kau sudah mengantar-jemputku. Kau pengin makan apa?" Techno bertanya antusias. Entah kenapa, dia merasa senang saat berinteraksi dengan bocah dingin yang jarang berbicara ini. Menurutnya, Kengkla lebih baik dari adiknya itu yang selalu bertingkah semena-mena kepadanya.

"Apa saja, asal aku makan bersamamu, Phi," jawaban Kla sontak saja membuat pipi putih milik Techno memerah. Perkataan bocah ingusan—kata Type—itu terdengar seperti gombalan receh dari remaja baru puber untuk seorang gadis.

"Phi oke, na?" Kengka bertanya pura-pura polos dengan senyuman tipis yang penuh arti.

"Mai. Sudah, berhenti di sana saja!" Techno menunjuk sebuah resto. "Tempat itu juga enak. Aku dan Type pernah makan di sana," ujar No yang membuat keadaan hening seketika.

Techno teringat akan temannya, dia merasa bersalah sudah ninggalin Type begitu saja tanpa pamitan. Tapi, berbeda dengan Kla. Dia malah berpikir bagaimana caranya agar sang pujaan hati dia bisa berjauhan dengan Type. Dia sadar jika sahabat Techno itu adalah saingan terberatnya.

"Phi, kenapa?" tanya Kla saat melihat raut sedih Techno.

"Mai pen rai."

"Phi ... jika kau menunjukan wajah seperti itu saat bersamaku, aku nggak segan buat ninggalin Phi di sini." Kengkla meraih pundak Techno. "Saat bersamaku, aku hanya ingin melihat senyuman di wajahmu, Phi. Jika aku melihatnya lagi, aku benar-benar akan—–."

Ucapan Kengkla terpotong karena tiba–tiba tangan kiri Techno meraih tangan Kengkla yang sedang memegang pundaknya. Dengaj lembut dia berkata, "ayo, kita turun! Aku sudah lapar."

Mereka pun turun, kemudian masuk ke dalam restoran atau lebih tepatnya sebuah rumah makan sederhana. Kla dan No disambut oleh seorang bibi paruh baya, hanya dia seorang. Kengkla duduk di pojokan, sedangkan Techno tengah memesan makanan. Mereka memesan dua porsi ayam saos teriyaki dan bumbu lada hitam.

Beberapa lama kemudian, pesanan pun datang. Mereka pun mulai menyantap makanannya. Dengan posisi saling berhadapan, Kla begitu jelas memerhatikan Techno yang begitu asyik dengan makanannya. Membuat senyuman terukir di wajah Kengkla.

Hal itu membuat Techno tersadar. Dia mengangkat wajahnya dan mendapati Kengkla sedang menatapnya tanpa mengiraukan makanan dia sendiri. Sontak saja membuat Techno tertawa karena melihat mulut Kengkla yang belepotan saos dan bumbu sewarna hitam itu.

Benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan(?)

Kla yang tersadar dirinya sedang ditertawakan malah tak acuh dan melanjutkan makannya dengan santai. "Jika dengan menjadi jelek membuat Phi tertawa, aku bersedia."

Dan ini adalah kali keduanya Techno terkena gombalan dari sang bocah yang sontak saja membuat dia tersedak dan terbatuk-batuk.

TBC .....

Maaf, harusnya kemarin. Tapi, karena ketikannya hilang beberapa ratus kata yang akhirnya bikin mood down. Males lanjutinnya. 5555 tapi, gpp. Makasih buat yang udah nunggu. Baca doang, atau yang vote juga, atau komen. Love u all. Met Malem Jumat. Skuy kita Sunnah Rasul 😅

Mengejar Cinta Phi Techno (Remake Version)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ