08

305 66 22
                                    

Anak pustakawan itu bernama Mark, dan umurnya juga tak jauh berbeda dengan mereka, hanya berbeda bulan lahir saja.

Mark sendiri adalah seorang keturunan dari bangsa elf dan juga vampir. Begini, ayahnya adalah bangsa elf, dan ibunya adalah klan vampir. Dan itu membuat Rio bergidik ngeri membayangkan Mark menunjukkan taringnya dan menghisap darahnya.

"Oh iya, kalian tadi mengatakan mau 'pulang', maksud kalian pulang kemana?" Tanya Mark. Mereka duduk memutar dimeja salah satu perpustakaan itu.

Mike merutuki mulutnya yang kelepasan bicara. "Ah, anu maksudku- pulang ke rumah."

Mark mengernyit, "Bukankah kalian berasal dari sini?"

"Bukan. Kita dari daerah seberang, kapal kami karam dan kami terdampar disini."

"Ohh," Mark paham. "Kalian keturunan apa?"

"Hah?" Kaget Rio.

"Maksudku, aku kan keturunan dari elf dan vampir, sedangkan kalian?"

"Kami warga biasa." Jawab Mike, tangannya lalu meraih salah satu buku dan membuka halamannya secara acak.

"Kalian aneh,"

"Kenapa?"

"Kapal kalian karam dan kalian ingin membuat portal hanya untuk kembali ke negara kalian?"

"Dengan membuat portal bukannya lebih mudah dan cepat? Lagipula orang tua kami pasti sangat khawatir jika anaknya yang izin menangkap ikan malah tidak pulang berhari-hari." Sungguh, lidah Mike pandai membuat alasan.

"Tapi, kalian masih aneh." Mark menyondongkan badannya kedepan, lalu dengan tidak sopan malah mengendus-endus udara disekitar.

"Untuk warga biasa, bau kalian berbeda."

***

Keputusan Dave pergi dengan Vinn sepertinya salah, pemuda itu terus memandang takjub pada segala hal yang ada disana, bahkan Dave berkali-kali menarik lengan Vinn kala pemuda itu akan menuju salah satu tenda penjual.

"Sudah kubilang, bersikap seperti biasa saja." Ucap Dave untuk kebeberapa kalinya.

"Aku baru pertama kali melihat penjual barang kuno seperti ini."

"Kau lupa? Kita ini sedang menyamar. Jika kau saja bertingkah seperti itu, mereka akan mengetahui kalau kita tidak berasal dari sini, Vinn." Tegas Dave lalu meraup wajahnya dengan kesal. "Sepertinya ketampanan ku mulai luntur karena sering marah-marah."

"Masih saja memikirkan ketampanan, lebih baik memikirkan apa yang harus kita lakukan. Kita sudah disini dari tadi, berkeliling entah sudah kebeberapa kali. Kau lupa tujuan utama kita?"

"Bekerja?" Tanya Dave lalu memerosotkan bahunya, "Orang tampan sepertiku ini mau bekerja apa?"

"Buruh angkut barang seperti yang kau bilang tadi," Vinn langsung menarik lengan Dave dengan kasar dan membawanya menuju pelabuhan.

"Bukankah Axel dan Leon juga memilih bekerja sebagai buruh angkut barang? Mereka yang bilang begitu tadi."

Vinn mendengus kasar, "Terus kita mau bekerja apa? Setidaknya itu menghasilkan uang untuk kita bertahan hidup disini."

Dave berpikir sejenak, kemudian menjentikkan jarinya membuat Vinn menoleh kearahnya. "Kita membantu ibu penjual roti saja, setidaknya kita mendapat roti untuk makan nanti."

***

Beda Dave dan Vinn, beda juga Axel dan Leon yang langsung memilih menjadi buruh angkut barang di pelabuhan. Dua pemuda itu tak banyak mengeluh.

"Sudah semua?" Tanya Leon pada seorang yang juga bekerja sebagai buruh angkut barang.

"Ya, sudah semua."

Axel datang tak lama kemudian, "Kita mendapat bayaran berapa keping emas?"

"Kau kira?" Tiba-tiba pemilik barang tadi mendekat lalu menyerahkan lima keping perak pada masing-masing pekerja.

"Hanya perak?" Tanya Leon.

Axel menepuk pundak Leon. "Setidaknya dapat uang."

Beda juga dengan Arsen yang berjalan menuju salah satu penjual buku kuno. Penjualnya ramah, umurnya lebih dari satu abad katanya, membuat Arsen takjub dan menghormatinya.

"Apa yang kau cari hanya buku tentang portal?" Tanya kakek penjual buku itu.

"Iya, apakah ada?"

"Sepertinya aku mempunyai satu, tapi aku lupa menyimpannya dimana. Bisa tolong bantu carikan?"

Arsen mengangguk, mengekor kakek itu hingga kesebuah ruangan yang penuh dengan barang, rak buku, juga debu.

Klontang

Suara kaleng jatuh terdengar dari salah satu ruangan yang ada disana, membuat kakek itu tersenyum simpul.

"Itu cucuku yang sedang membuat eksperimen." Ucapnya memberitahu.

"Dimana terakhir kali anda meletakkan bukunya?" Tanya Arsen.

"Entah, aku juga lupa. Mungkin dijajaran rak sebelah sana." Ucap kakek itu sambil menunjuk kesalah satu rak.

"Baiklah, aku akan mencari kesana. Lebih baik anda kembali ke depan, siapa tahu ada pembeli."

Kakek itu mengangguk singkat kemudian terbatuk. "Jangan ganggu cucuku ya, kalau sudah dapat bukunya, langsung saja kedepan."

Arsen mengangguk, langkah kakinya mengarah ke rak yang ditunjuk kakek itu. Ia meniup buku yang berjajar disana agar debunya tak menghalanginya untuk membaca judul buku, tapi malah membuatnya bersin berkali-kali.

Kriet.

"Sudah aku bilang! Jangan meng- KAU SIAPA?!" Suara melengking itu membuat buku ditangan Arsen jatuh kelantai.

"KAU SIAPA?!" Ulang seorang gadis yang baru muncul dari salah satu ruangan disana. Wajahnya nampak kusut dengan rambut yang dikuncir acak-acakan.

"Aku pelanggan."

"Jika kau pelanggan mengapa kau masuk kesini? Apa kakekku tidak bilang kalau ruangan ini adalah wilayahku?"

"Maaf kalau begitu, aku hanya mencari buku tentang portal."

Wajah gadis itu nampak heran. Ia masih berdiri diambang pintu dengan tangan yang dilipat diatas dada. "Memangnya kau mau pergi kemana? Menyelamatkan dunia?"

"Apa maksudmu dengan menyelamatkan dunia?"

"Ck, kau ini apa bukan dari zaman ini? Berita seperti itu saja tidak tahu." Gadis itu akan berbalik, namun tangan Arsen dengan sigap menahannya.

"Tolong jelaskan padaku apa maksud dari menyelamatkan dunia."

÷÷÷ TO BE CONTINUED ÷÷÷

AAAAA.....

Semoga dengan adanya tokoh cewek disini nggak mempengaruhi jalan cerita tentang petualangan mereka:(

Ya kan masa tokohnya cowok semua, jadi aku tambahin satu tokoh cewek (dan semoga nggak nambah tokoh lagi)

The Reincarnation of the God OlympusHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin