07

310 71 18
                                    

Setelah masuk, ternyata rumahnya cukup untuk dihuni mereka bertujuh. Kemarin sang ibu penjual roti mengatakan rumahnya boleh dihuni mereka bertujuh asal menjaganya, mereka tentunya tak mengatakan pada sang ibu kalau Mike merusakkan pintunya.

Kini, mereka bertujuh tengah berada diruang tengah rumah itu. Hanya beralaskan tikar dengan tas mereka sendiri yang menjadi bantal. Ternyata, rumah ini hanya ada satu kamar dan mereka biarkan kosong, mereka lebih memilik untuk tidur diruang tengah.

Hanya keheningan yang ada. Mata Vinn terus melihat keatap dengan pikiran kosong, tak jauh berbeda dengan Axel, Leon, Dave, dan Rio. Sementara Arsen sudah hampir memejamkan mata, Mike memilih melanjutkan bacaannya tentang buku reinkarnasi dewa olimpus itu.

Terdengar suara gemrusuk karena Leon yang tiba-tiba membenarkan letak tasnya, kemudian terduduk dengan bersandar ke dinding, memerhatikan Mike yang berada disisi lain yang juga tengah duduk sambil membaca buku.

"Bagaimana, Mike?" Tanya Leon membuat semua diam sambil mendengarkan kata yang akan dilontarkan Mike.

"Tidak ada sama sekali hal yang berhubungan dengan teleportasi dan cara kembalinya."

"A-apa kita akan terjebak disini selamanya, Mike?" Tanya Rio yang mewakili segala pertanyaan mereka.

"Apa kau yakin tidak ada portal atau semacamnya?"

"Dibuku ini hanya ada tentang dewa dan reinkarnasi, tidak ada menyebutkan tentang teleportasi atau portal yang bisa kita buat untuk kembali ke masa depan." Jawab Mike.

"Apa kau yakin?" Tanya Leon dan Mike mengangguk.

"Mungkin ada buku lain yang membahas tentang teleportasi dan portal," ucap Arsen membuat secercah harapan kembali muncul meskipun banyak keraguan yang melingkupi mereka.

"Kita harus cari dimana buku itu? Membelinya? Bahkan kita koin kita tinggal empat," ucap Axel.

"Bekerja?" Tanya Vinn ragu-ragu.

"Mungkin dizaman ini sudah ada perpustakaan, besok aku akan mencarinya," ucap Mike.

Rio spontan bangun dari posisi tidurnya dan duduk, "Aku akan menemanimu, Mike."

"Oke, dan sisanya," Mike menatap kearah teman-temannya. "Mencari tahu lebih lanjut sekalian mencari jati diri kalian."

Jati diri ya? Mungkin mereka tak pernah tahu dalang dibalik semua ini, namun diam-diam insting Vinn bekerja dan ia hanya memikirkan satu orang dalang dari semuanya.

Namun ia masih enggan untuk mengungkapkan, ia tidak mau dibilang asal tuduh, dan akhirnya ia memilih untuk bungkam dahulu.

Setidaknya, sampai semua teman-temannya mengetahui jati diri mereka masing-masing. Termasuk Vinn.

***

Paginya, mereka bersiap untuk melakukan tugas yang sudah mereka bagi. Mike dan Rio mencari buku di perpustakaan, sementara yang lainnya sedang mencari jati diri sekaligus bekerja.

"Kita harus sudah sampai rumah sebelum matahari terbenam," ucap Dave saat semua sudah berada di teras rumah.

Mike mengangguk, "Kalau begitu, aku dan Rio akan berjalan lebih dulu."

"Hati-hati!"

Setelah punggung Mike dan Rio menghilang karena mereka berbelok, Dave memutar tubuhnya dan menghadap ke empat orang yang kini berada dihadapannya.

"Aku dan Arsen akan membantu ibu penjual roti, dan kalian bekerja menjadi buruh angkut barang di pelabuhan."

Leon nyaris memekik. Dirinya? Menjadi tukang angkut barang bersama Vinn dan Axel sedangkan Dave memilih membantu ibu penjual roti?

"Ini tidak adil!" Vinn menyuarakan isi hatinya.

"Baiklah-baiklah, kita semua berpencar saja. Dan sudah harus pulang sebelum matahari terbenam." Ucap Dave akhirnya.

"Kita bagi tim saja bagaimana?" Usul Axel. "Aku dengan Vinn, Leon dengan Arsen, dan Dave sendiri."

"Itu tidak--"

"Biar aku saja yang sendiri, bersama Leon hanya akan mempersulit ku." Ucap Arsen.

"Tapi jika Leon dengan Dave, apa kau tidak memikirkan apa yang akan terjadi?"

"Mereka bisa saja saling bunuh karena hal kecil."

"Aku setuju,"

Dave menggeram namun ia segera menghembuskan napas agar emosinya tidak meledak.

"Ini keputusan yang terakhir." Tegas Dave. "Arsen sendirian, aku dengan Vinn, dan Leon dengan Axel."

***

Entah sudah berapa jauh mereka melangkah, jarak semakin jauh dari tempat yang mereka tinggali. Mike dan Rio berjalan menyusuri jalan dengan sesekali memerhatikan jajaran lapak yang menurut mereka menjual buku-buku.

"Mike,"

"Hmm?"

"Menurut mu apakah kita bisa kembali?"

Mike berhenti melangkahkan kakinya dan menengok kearah Rio. "Yang penting, kita harus berusaha dulu, Rio. Semua pasti ada jalan."

Rio mengangguk. Mereka berjalan hingga menemukan pertigaan dan mereka berbelok ke kiri.

Didepan sana, terlihat sebuah bangunan dengan palang bertuliskan bahasa Rumania.

"bibliotecă magică," gumam Mike saat membaca palang diatas bangunan itu.

"Apa Mike?"

Mike menunjuk kearah bangunan yang nampak tua itu. "Itu perpustakaan, ayo kita bergegas kesana."

Yang pertama kali Rio kagumkan adalah pintu yang otomatis terbuka sendiri, ia pikir itu menggunakan teknologi sensor otomatis, namun setelah ia mengetahui seseorang memegang tongkat sihir, kini Rio yakin bahwa sihir lah yang telah membuka pintu.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya pustakawan yang umurnya hampir menyentuh satu abad.

"Aku membutuhkan buku tentang portal," ucap Mike.

"Portal? Memangnya kau mau kemana? Istana Hades atau istana Zeus?"

"Tidak, ini untuk tugas sekolah." Jawab Mike dengan kekehan kecil.

"Kalau begitu, biar anakku membimbing mu ke rak buku tentang portal." Hanya dengan sebuah ketukan tongkat sihir itu dan sebuah sinar putih berpendar samar dari sana, kemudian seseorang datang dengan tangan penuh buku.

"Bisakah ayah memanggilku dengan cara yang lebih sopan?" Tanyanya.

"Antar dua pemuda ini ke rak tentang buku-buku portal."

"Apa?!" Teriaknya, kemudian menghela nafas singkat. "Ayo ikut aku."

Mike dan Rio mengekor dibelakang pemuda yang tingginya hampir sama dengan mereka, memakai jubah panjang warna hitam.

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian membutuhkan buku portal? Kalian mau pergi kemana?" Tanyanya.

"Pulang." Jawab Mike singkat.

÷÷÷ TO BE CONTINUED ÷÷÷

Ini ide dah mentok banget:((((((

The Reincarnation of the God OlympusWhere stories live. Discover now