Part 18 : Sayang

2.7K 275 25
                                    

Al menggeliat dalam tidurnya, rasanya ruang geraknya semakin terbatas. Al merasakan ada sesuatu yang membelit tubuhnya. Ranjang kecilnya begitu penuh dan terasa sangat sesak.

Sedikit demi sedikit Al mencoba menyesuaikan cahaya lampu terang. Saat mata Al benar-benar terbuka, ia menjadi tahu alasan mengapa tubuhnya sulit digerakkan. Ternyata adiknya lah pelaku utamanya. Tubuh Al dipeluk bagai guling. Mengapa adiknya bisa ada di sini. Al masih sakit adiknya tetap saja mengganggunya.

Al mencoba membangunkan adiknya, Al mencoba menepuk-nepuk lengan sang adik, tapi tetap saja adiknya tertidur dengan nyenyak.

"Dek, bangun kakak pengen pipis dih" Al terus mencoba membangunkan adiknya.

"Dek ih berat tahu, sana pindah" bahkan kali ini Al mencoba melepaskan belitan tangan sang adik. Namun tetap saja adiknya kembali memeluk dirinya.

"Adek ih, bangun cepetan pindah. Kalau enggak bangun aku dorong kamu" ini hanya ancaman saja, mana mungkin Al begitu tega mendorong adiknya. Walaupun dia tidak pernah berkata sayang kepada sang adik, tapi dengan perbuatannya Al berharap adiknya paham dia sangat menyayangi adiknya.

***
Awalnya El benar-benar kesal kepada kakaknya, enak saja udah disayang pas bangun kok marah-marah. Tapi El senang juga sih, kalau begini kakaknya udah sembuh.

"Tata berisik tau enggak, aku masih pingin bobo, sana pipis. Ganggu orang aja !" Al pura-pura kembali tidur, kita tangannya kembali memeluk sang kakak. Dalam hati Al mencoba menghitung, sebentar lagi pasti kakaknya akan marah kembali. Tapi, ini hobi El senang rasanya melihat kakaknya marah-marah.

"Adek ih, bangun cepetan pindah. Kalau enggak bangun aku dorong kamu" ancaman dari sang kakak dibuat angin lalu olehnya. Mana berani sang kakak melakukan hal tersebut. El sangat mengerti dan paham, walau kakaknya tidak terang-terangan mengucapkan kata sayang. Tapi, dari sikap dan perilaku sang kakak lah, El tahu kakaknya itu begitu sangat menyayangi nya.

"Dek, tolong lepasin kakak benar-benar mau pipis nih" suara sang kakak begitu sangat rendah,dan terdengar penuh permohonan. Akhirnya El mengakhiri keisengannya. El segera melepas belitan tangannya di tubuh sang kakak. Dan tidak menunggu waktu lama, kakaknya masuk ke kamar mandi.

El kembali tertidur, andai saja kakaknya juga menyadari bahwa El juga begitu sangat menyayangi nya.





Bersambung

3. El Dan Tata (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz