Bab 13 : Perkara Uang

2.2K 222 7
                                    

Sore-sore seperti ini biasanya mang cilok kesukaan El lewat. Memang menjadi rutinitas sorenya untuk memakan cilok. Tidak ada kata bosan selagi si mang cilok lewat depan rumahnya. Bunyi tok-tok dari kejauhan sudah seperti alarm baginya untuk meminta uang kepada sang bunda. Maka diri itu El segera masuk kembali kedalam rumah.

"Bunda" El memanggil bundanya, bundanya langsung berikan nya selembar uang kertas. Mungkin saking tiap harinya El membeli cilok bundanya seperti sudah sangat hapal jika El memanggilnya.

"Bukan ini" rasanya ada yang sedikit berbeda, uang kertas kali terasa sangat asing baginya.

"Kenapa ?" Bundanya beneran kasih El uang kan , bukan kertas mainan. Bundanya ini gimana sih masa enggak mengerti.

"Bukan ini Nda, yang ada tulisan dua telus ada telurnya ada tiga." Uang yang biasa El pengang kan yang punya angka dua telus telurnya tiga, bukan yang angka lima. Walau telurnya tetap sama tidak tapi kan angkanya juga beda masa bundanya lupa.

"Enggak papa nanti ada kembaliannya" bundanya malah tambah aneh, apa yang harus dikembalikan nanti. Bisanya kan El kasih uang ambil cilok terus pulang kok sekarang ada kembalian.

"Enggak mau mau yang angka dua, nanti mang ciloknya enggak ngasih kalau bukan yang itu" pokoknya El cuma mau yang angka dua terus tiga bukan yang lima.

"Enggak ada dek, yang uang dua ribu nya bunda enggak punya. Pake yang ini aja."

"Jadi bunda enggak punya uang ?" El memandang bundanya dengan sedih, inikah alasan sang bunda tidak memberikannya uang itu. Uang bundanya sudah habis karena El tiap sore jajan cilok. Jadi hari ini El harus bolos beli cilok gituh. Ayahnya kenapa belum juga sih, kan kalau ada Ayah nanti tinggal minta uang Ayah aja.

"Iya makanya adek jangan jajan cilok terus" tuh kan bener hari ini El harus bolos jajan cilok. Kasihan cacing di perutnya nanti enggak bisa makan cilok.







Bersambung

3. El Dan Tata (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang