Pikiran Eunwoo langsung berpusat pada Wonwoo, mungkinkah? Wonwoo sudah mengetahui hubungannya bersama Jiyeon. Memikirkan itu sukses membuat seluruh hati Eunwoo terasa seperti terbakar oleh rasa bimbang, jika memang Wonwoo sudah mengetahui, dirinya dapat menyimpulkan Wonwoo juga akan berbagai cara untuk mempertahankan Jiyeon di sisinya.

"sudah selesai perbincangan kalian yang tidak bermanfaat ini?."

Suara berat itu akhirnya menembus masuk ke dalam alam sadar Eunwoo dan Wonwoo. Soobin frustasi dengan keadaan yang benar-benar tidak mendukungnya sama sekali untuk menyelesaikan masalah ini. Dulu, ia mungkin lebih memihak Eunwoo. Namun sekarang ia tidak akan memihak siapapun.

"Aku keluar," ujar Eunwoo perlahan ditatapnya wajah Wonwoo dengan sorot mata yang menantang. "Malam ini aku memenuhi undanganmu, jangan menyesal Jeon Wonwoo."

***

"Kau membolos Soobin!"

"Tinggalkan mereka."

Apa yang baru saja ia dengar? Apa pendengarannya salah? Ah ... pasti, ia salah mendengar perkataan Soobin.

"Kau seperti wanita jahat Noona, tinggalkan mereka. Kurang jelas?"

Jiyeon menatap ekspresi wajah Soobin untuk mencari tanda-tanda lelucon. Namun, sekali lagi ia meneliti ia tidak menemukan tanda-tanda sebuah lelucon. Soobin menatapnya dengan ekspresi serius seakan apa yang baru saja ia katakan adalah yang harus Jiyeon lakukan.

"Aku tidak bisa."

"Kau pikir mereka mainan mu, Noona? Kau pakai mereka secara bergilir? Kau tidak memikirkan perasaan mereka," ucap Soobin dengan nada lebih meninggi.

Jiyeon membawa matanya mengalihkan pandangan dari wajah Soobin dan menatap kesamping, berharap ia bisa mengontrol emosi atas ucapan Soobin yang melukai hatinya. Jiyeon membawa matanya itu kembali ke wajah Soobin,"Jangan mengatur hidupku, aku bahagia bersama mereka, kau tidak tau betapa beratnya hidupku."

Soobin menggeleng, "kau bisa bahagia, jika kau menerima kenyataan dan lebih memilih satu orang yang kau cintai Noona, kau tidak pernah memikirkan anakmu. Tekankan di dalam hidupmu kau memiliki seorang anak kau menyia-nyiakan nya, hidupmu tidak bahagia? Kenapa? Dosa kau terletak pada anakmu, dan kau masih terpaku pada bayangan masa lalu mu, tidak semua Pria bejat seperti ayah kandung Hyena. Siapa ayahnya? Perlu aku bunuh agar kau puas Noona?"

Jiyeon membeku, diam di tempat mendengar ucapan Soobin. Kata-kata di layangkan Soobin membuat seluruh tubuh Jiyeon menegang. Benarkah ketidakbahagiaan hidupnya ini dikarenakan dosanya terhadap Hyena.

Soobin beranjak dari duduknya menuju Jiyeon, ia mengasihani hidup kakaknya, dia berbicara begitu tidak ada niat untuk menyudutkan Jiyeon. Ia hanya ingin menyadarkan Jiyeon dari sebuah kesalahan. Jelas di mata Soobin Jiyeon menganggap Eunwoo dan Wonwoo sebuah pelampiasan Jiyeon, tidak untuk bersungguh-sungguh.

"Maafkan aku, Noona, aku selalu berdoa agar kau bahagia, kau ingin bersamanya? Ayah Hyena? Cinta pertamamu."

Soobin berjongkok menggenggam tangan Jiyeon penuh sayang. Ia tidak ingin membuat Jiyeon semakin sedih saat ini. Jiyeon tersenyum tipis membalas menggenggam tangan Soobin.

"Terimakasih, untuk saat ini sebuah jawaban tidak mungkin lolos dari bibirku."

Soobin tersenyum hangat melihat senyuman yang jarang dari bibir Jiyeon, "Ehmm ... Noona kau ingin aku belikan ice cream, wajahmu sangat mengerikan!"

Jiyeon menyipitkan mata, ia tau saat ini Soobin ingin mencairkan suasana, "Pakai uang saku mu, belikan aku 10 ice cream."

"Baiklah untuk kakakku yang ... serakah ini," tegas Soobin.

[✔] Noona,  Please Touch MeWhere stories live. Discover now