C2

1K 78 4
                                    

Pandangan di depannya sangat ramai. Tapi berbanding terbalik dengan suasana hatinya.

Banyak pasangan tangan yang saling bertaut, menyuapi, mengatakan hal romantis, membuat pasangannya merona menahan malu.

Sungguh! Dia ingin seperti itu.

"Jadi kenapa?"

"Kenapa? Memangnya kenapa?" Haechan membuang napas dan tersenyum kembali

"Memangnya ada teman makan teman? Soal butuh jawaban, bukan soal!"

"Tapi kita tidak ujian sekarang chanie,"

"Bukan kita, tapi kau Mark Lee!"

"Kenapa denganku? Ada yang salah?" Mark Lee, kekasih Haechan yang ingin sekali dia lempar dengan beribu kata manis yang di ucapankan  pasangan di depannya

"Tau ah! Kau bukan pacarku atau pun kekasihku!" Spontan Mark menoleh

"Apa?! Gak usah lihat-lihat!" Ketus Haechan

"I am sorry echanie, tadi aku nemenin Jeno ketemu pacarnya." Mark menatap wajah Haechan dari samping

"Ngapain dianterin? Jeno gak suka tuh dianter-anter,"

"Ban sepedanya bocor tadi. Jadinya aku yang boncengin dia. Maaf chanie," kini Mark menunduk, mengusap pelan punggung tangan kekasihnya

"Pinjem hp kamu," Mark menyodorkan hpnya

"Bentar ya chanie, jangan kemana-mana!" Haechan mengangguk pelan

Haechan sibuk melihat hp Mark dengan teliti, sudah seperti mengambi kutu rambut.

Sampai dengan bulu kuduknya meremang. Jantungnya berdebar kencang. Seperti merasakan sesuatu yang ada disekitarnya.

"Hai cantik, sendirian aja. Sama kakak yuk," sapaan disambung dengan rangkulan dari samping

"Maaf kak, pacar saya mau dateng. Silakan pergi sebelum tak terbentuk," ucapan Haechan membuat pria di sampingnya ini tertawa keras

"Siapa yang berani sama kakak?" Cowok itu kini menggeser duduknya lebih dekat

"Kamu sama kakak aja cantik, lebih bahagia dengan kakak. Yuk ikut"

"Lepasin saya, lepasin!" Haechan sedikit berteriak

Namun tak ada seorang pun yang mendengarnya, karena tempat duduknya agak jauh dari kerumunan.

"Ayo cantik, sama kakak. Nanti kakak turutin," cowok itu menarik Haechan berdiri dari duduknya

"Gak mau! Lepasin!!"

"Kakak kaya loh, ganteng, mulus. Besar juga," Haechan mengerjap, apanya yang besar?

"Aku tak menyangka kau seperti ini chan," spontan keduanya melihat ke belakang.

"Kakak. Kak! Lepasin echan, orang ini mau bawa aku!!" Teriak Haechan berusaha memberontak dari rangkulan pria jelek menurutnya itu

"Melihatmu seperti ini membuatku berpikir untuk tinggal di Kanada," Mark memandang datar

"Gak ka-"

"Menurutku pilihan terbaik. Ini minum," Mark menyodorkan botol ke arah Haechan

Haechan tak menerimanya, dia menyembunyikan tangannya dibelakang yang entah kenapa dia tidak merasakan pria jelek itu pergi.

Air matanya berlomba terjun bebas ke pipinya.

"Enggak kak! Bukan kayak gini-"

"Sampai disini ya chan, kakak pulang dulu, jangan menangis girl"

Haechan diam membeku di tempatnya. Memandang kepergian Mark seperti angin yang membawa segala kebahagiannya menjauh perlahan.

"Kak.. bukan, bukan kayak gini! TOLONG DENGERIN ECHAN DULU!!" Teriak Haechan pada Mark yang sudah menjauh hampir di tengah kerumunan

Haechan terduduk di bangku taman. Menahan tangisan yang sepertinya tidak bisa dibendung lagi.

"Chan"

Haechan kenal sangat dengan suara itu, dia mendongak cepat.

"Hp kakak,"

Mark mengambil hpnya di sebelah Haechan. Tersenyum tipis dengan usakan di kepala Haechan.

"Kak tolong dengerin sebentar,"

"Kakak pamit dulu. Jaga diri ya, taksi semakin jarang lewat jika bertambah malam" Pesannya

Punggung Mark semakin menjauh darinya. Punggung yang terlapis dengan hoodie itu selalu ada disisinya. Punggung yang selalu ada saat dia butuh. Punggung yang selalu menjadi sandaran terbaiknya setelah mamanya. Punggung yang selalu ada untuknya. Dia akan merindukan, sangat merindukan punggung itu.

"Mengucapkan selamat tinggal saja tidak. Berharap sekali kau chanie,"

Air matanya lolos begitu saja, mengalir seperti darah cinta dari dalam hatinya.

Apakah ini akhir dari cintanya?

Apakah ini akhir dari segala cara yang Mark lakukan untuknya?

"Apakah bisa aku tanpanya?" Tanya Haechan pada dirinya

"Hehehe, begitu indah percintaan," Haechan mendongak menatap langit malam

"Nyaman, sakit, nyaman, sakit. Bye bye cinta, jangan sakiti aku lagi"

Tersenyum menatap langit yang banjir bintang. Menghiasi malam-malam Febuari yang penuh kenangan ini.

"Maaf untukmu"

Bye Bye (Markhyuk)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang