Part 10 : Parfum Wanita

5.6K 346 8
                                    

Warning 🔞

***

Clara langsung memasuki rumah usai pulang dari kampus. Ia pulang dengan menaiki taksi sebab Zhian sedang bekerja dan tak mungkin dirinya merepotkan suaminya itu hanya demi mengantarnya pulang. Lagi pula, biasanya ia memang pulang sendiri kalau tidak bersama Zhian.

"Clara, kamu udah pulang ya, Sayang? Duduk dulu sini sama Mama yuk. Kita ngobrol," ajak Friska ketika melihat kehadiran menantunya. Sementara Clara malah meringis sebab tidak ingin menemani mertua jahatnya itu. Jangan salahkan dirinya kalau bersikap tidak sopan pada sang mertua. Tetapi salahkanlah mama dan papa mertuanya yang sudah sangat tega mencelakai orang tuanya sehingga meninggal dunia. Apa yang sekarang Clara lakukan pun hanya sebagian kecil dari balasannya untuk mereka.

"Iya, Ma. Aku udah pulang. Tapi aku langsung ke kamar ya, Ma. Soalnya dari tadi kepalaku pusing banget," alibinya. Hanya dengan cara itulah, ia tidak harus menemani sang mama mertua. Lagi pula, Clara malas berpura-pura dalam waktu yang lama. Tidak seperti mama mertuanya yang seakan betah. Bahkan, andai ia tidak mendengar kenyataannya langsung, mungkin selamanya Clara akan percaya jika mertuanya adalah orang baik. Namun, Tuhan tidak pernah tidur. Sehingga akhirnya Clara malah mengetahui kebenaran di balik tewas orang tuanya.

"Loh, kamu sakit, Sayang? Kalo gitu kenapa tadi nggak nelpon Zhian buat minta anterin  pulang? Kalo misalkan di jalan ada apa-apa sama kamu, gimana?" tanya Friska terlihat khawatir. Padahal Clara pun tahu kalau sang mama mertua hanya sekadar berpura-pura. "Mama panggilkan dokter ya?"

"Nggak usah, Ma. Clara cuma pusing aja kok. Dibawa minum obat terus istirahat sebentar, palingan langsung sembuh."

"Ya udah. Kalo gitu, kamu langsung istirahat sana."

"Makasih ya, Ma."

"Sama-sama, Sayang."

Jangan dipikir hanya kedua mertuanya yang bisa bersandiwara, karena Clara juga sama. Mulai sekarang, ia akan ikut bermain peran bersama mertuanya itu.

Selagi Zhian memintanya berpura-pura tidak tahu apa-apa, Clara akan terus menghindari mertuanya itu. Namun, begitu mereka sudah menunjukkan wajah asli yang sesungguhnya, maka ia pun akan melakukan hal yang sama..

Baru saja Clara menaiki kasur sebab berniat menikmati tidur siang, tapi mendadak ponsel pintarnya berdering. Ia pun langsung meraih benda pipih itu dari dalam tas dan menerima sambungan telepon dari sang suami.

"Halo..."

"Lo sakit, Ra?"

Kening Clara berkerut ketika mendengarnya. Benarkah mertuanya menelepon Zhian hanya untuk mengatakan hal itu? Untuk apa mama mertuanya berpura-pura sampai seperti itu?

"Nggak. Gue baik-baik aja kok."

"Tapi tadi Mama bilang lo sakit."

"Gue cuma berpura-pura, Zhian. Soalnya gue males nemenin nyokap lo," sahut Clara jujur.

"Dasar!" rutuk Zhian sambil terkekeh ketika mendengar jawaban sang istri. "Sekarang lo lagi ngapain?"

"Mau tidurlah. Habisnya kemarin-kemarin lo ngurangin jatah tidur gue mulu sih," cibirnya sengaja.

Zhian kembali terkekeh gara-gara perkataan Clara itu. Namun, ia membenarkan jika Clara memang kurang tidur karena sering dirinya tiduri. Salahkan sang istri yang membuatnya merasa ketagihan untuk menyentuhnya. "Ya udah, sana tidur. Siapa tau aja nanti malam malah begadang lagi," ujarnya menggoda.

"Mesum lo!"

"Tapi jangan sampai ketahuan Mama kalo lo pura-pura sakit."

"Iya, Zhian."

Misunderstanding LoveWhere stories live. Discover now