Part 11: EHS

3.2K 545 442
                                    

Doyoung nutup matanya waktu selesai baca sms dari papanya. Lagi-lagi cuma kata makian doang yang dikirim.

"Minta gue balik tapi sms kek gini terus. Sehat om?" Dia natap layar hpnya. "Hah... " sandaran di dinding, nutup mata buat nahan emosi.

Hari ini dia masuk kerja jam sebelas terus sekarang masih jam tujuh jadi dikit lagi baru mandi.

Yuta temen sekamar dia udah keluar, katanya dapat kerja pagi hari ini.

Waktu lagi sandaran hpnya bunyi. Nggak disangka-sangka itu telpon dari mamanya.

"Halo, kyapa?" [Halo, kenapa?]

"Ngana memang nintau diri kang!" [ kamu emang nggak tau diri yah!]

Doyoung decak kesel. "Mama telpon cuma for mo bilang ini?" [Mama telopon cuma mau bilang ini?]

"Papa ada sms kyapa ngana nda jawab-jawab? Eh, jang ngana kira torang mo mengemis-mengemis minta ngana bale eh!" [Papa sms kamu tapi kenapa kamu nggak jawab-jawab? Eh, jangan kamu kira kita bakalan ngemis-ngemis minta kamu pulang yah!]

Doyoung ngangguk. "Nggak bakalan pulang."

"Iyo, bagus kalo bagitu. Skaligus jo somo coret nga pe nama dari kartu keluarga, kong hidop sandiri jo ngana." [Iya, bagus kalo begitu. Sekaligus aja coret nama kamu dari keluarga, terus hidup sendiri aja kamu.]

"Iya, ma."

"Memang anak kurang ajar! Binatang! Nga-- "

Doyoung langsung matiin telpon. Buat apa juga dia denger ocehan mamanya yang cuma buat dia sakit hati.

"Serah lah." Doyoung letakin hpnya terus dia tiduran. Walau dia benci sama ortunya dia tetep nangis juga.

Dan yang paling dia nggak suka adalah waktu dia nggak bisa ngontrol buat nyakitin dirinya sendiri.

"Bego!" Doyoung pukul perutnya, tempeleng wajahnya, tarik rambutnya, dan semua itu dia lakuin buat ngelampiasin emosinya. "Gila!"

Perutnya bahkan udah penuh sama memar karena sering dia cubit dan dia pukul. "Selalu aja kayak gini lo bego!" Doyoung mukul pahanya dan diakhirin sama dia gigit bibirnya biar suara tangisannya nggak keluar.

Self injury, itu yang sering dia lakuin waktu dia nggak bisa ngontrol emosinya kayak gini. Bukan pake benda tajam buat ngelukain diri, dia lebih terbiasa dengan mukul badannya sampe memar, tarik rambutlah, tempeleng mukanya, pokoknya nyakitin diri sendiri. Kalo udah ada bekes memarnya, itu bakalan jadi satu kepuasan sendiri buat dia.

***
Sebenarnya lantai dua yang belum selesai dibangun itu bisa jadi saksi bisu kesedihan sama kegalauan ini dua puluh anak ilang arah.

Kayak Jungwoo sekarang yang lagi-lagi duduk sendirian natap langit malam. Dia kesini mau telpon papanya, kangen karena belum ketemu-ketemu dari tahun lalu.

"Halo pa!" Jungwoo senyum lebar.

"Halo nak. Gimana kabar kamu?"

"Baik."

"Bagus deh kalo baik. Enak di Manado?"

"Banget!" Jungwoo ketawa.

"Bagus deh kalo kamu seneng."

"Papa baik-baik aja kan? Gimana kerjaannya hari ini pa?"

"Puji Tuhan banyak kardus yang di dapat jadi waktu dijual lumayanlah. Papa juga dipanggil kerja walau jadi kuli."

"Papa... "

"Papa masih kuat kok, Woo."

Jungwoo manyun. "Jadi kuli bangunan itu buang banyak tenaga. Papa hati-hati, nanti Jungwoo kerja makin keras yah pa biar bisa nyenengin papa." Dia ngerasa bersalah.

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang