(5) breaking news

135 20 0
                                    

Kelly Gibson

.

.

Sebuah piring berisi makanan porsi besar disodorkan di hadapanku. Siapa lagi yang meletakkannya kalau bukan Tom, Semenjak tadi ia sudah berkicau tentang makan dan gizi serta kawan-kawannya. Satu hal yang bisa kutangkap dari omongannya adalah ia memintaku untuk makan sebanyak-banyaknya.

Jam makan siang baru saja tiba. Aku dan Tom masih berada di tempat peristirahatan kami dan Tom belum berniat untuk melenggang pergi dengan mobil kami. Ia kelihatan jauh lebih betah di tempat ini dibandingkan denganku. Aku sudah merengek minta pergi tapi ia menahanku dengan alasan kemungkinan Ayah akan datang ke sini.

Aku yang diingatkan seperti itu, langsung luluh begitu saja dan mengatupkan bibirku dengan rapat. Dalam diam sebenarnya aku juga mencari cara untuk mengetahui bagaimana keadaan kota dari orang-orang yang masih bertahan di sini. Saat sarapan tadi aku belum sempat mengobrol dengan siapapun karena Tom mengajakku untuk makan di dalam mobil saja gara-gara aku bangun lebih siang daripada yang lain termasuk dirinya.

Mencari tahu tentang keadaan kota seharusnya kepada orang yang terakhir kali datang dari kota. Tapi siapa? Aku tidak terlalu tahu juga siapa saja yang baru datang tadi malam, selain rombongan Ollie. Ah, mungkin permulaan aku bisa menanyakannya pada Ollie. Kami sudah berkenalan dan kelihatannya lebih mudah karena Ollie beserta dua orang yang bersamanya semalam duduk cukup dekat denganku dan Tom.

"Ada yang ingin kau tanyakan, Kelly?" Byron sepertinya melihatku membuka mulut untuk berbicara tapi aku mengurungkan niatku.

"Tidak juga, aku hanya penasaran." jawabku.

Alis Byron terangkat, mungkin dia terkejut karena sedari tadi aku hanya diam dan fokus menatap ke piringku. "Wah, tanyakan saja kalau begitu. Sejak tadi kau diam saja."

Tom melirik ke arahku dengan bingung tapi tidak bertanya. Ollie dan yang lainnya juga ikut memandangiku karena ingin tahu. "Aku penasaran saja bagaimana keadaan kota. Aku dan Tom pergi dengan terburu-buru kemarin jadi aku belum tahu bagaimana keadaan akhirnya."

Mataku terpaku ke wajah Ollie kemudian berganti ke Luke. Luke menelan ludah dan mengernyitkan dahinya. "Yang jelas lebih kacau daripada yang kau pikirkan. Aku, Ollie, dan bibiku sempat berhenti di sebuah toko swalayan, dan yah... Saat kami keluar, kota sudah penuh teriakan dan orang-orang yang bergeletakan."

"Apa kalian tahu keadaan pusat kota? Maksudku, dari teori Tom, wabah itu kan muncul dari rumah sakit yang berada di pusat kota."

Ollie menatapku dengan muram lalu berkata, "Kami sempat pergi ke rumah sakit. Saat kau masih bisa melihat berita di televisi."

"Kau tahu bagaimana situasi di rumah sakit?" tanyaku dengan secercah harapan tersirat pada pertanyaanku.

Tom menyadari ke mana arah pembicaraan ini dan menyentuh buku-buku jariku sambil memelototiku. Aku balas menatapnya tajam dan mengisyaratkan untuk tidak menghalangiku. Saat aku menoleh kembali ke Ollie yang duduk berseberangan denganku, Luke sedang membisikinya sesuatu. Lalu Ollie menunduk ke bawah memandangi sepatunya.

"Ya, kami pergi ke rumah sakit dan di sana sudah dipenuhi semua polisi dan sejenisnya. Yang jelas mereka bersenjata berat dan mematikan. Banyak Corpse yang keluar dan mereka menembaki mayat-mayat itu."

"Corpse? Maksudmu zombie?" tanya Byron yang ternyata ikut mendengarkan.

Luke mengangguk dan mengisi gelas milik bibinya sambil berkata, "Ya, kami menyebutnya Corpse."

"Oh, oke. Lalu apa yang kalian di rumah sakit?" lanjut Byron.

Tom akhirnya menyerah padaku dan malah ikut menyimak cerita dari Luke dan Ollie. Aku sudah siap memasang telinga daritadi. Luke menatap Ollie dengan iba. Aku tidak mengerti kenapa Luke daritadi terlihat menahan Ollie untuk tidak bercerita pada kami. Kemudian Luke menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya untuk memperingatkanku. Aku hanya melemparkan pandangan bingung.

outbreak (l.h.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang