"Sekretaris ka," Oliv tidak melihat ke arah Kirana hanya fokus ke tangannya. "Kalau gitu, aku balik ke ruang OSIS lagi ka," Oliv diam tidak menjawab sama sekali. Kirana pergi.

Entah kenapa, karena kejadian di rest area kemarin membuat Kirana malas untuk bertemu Oliv, apalagi masih teringat tentang Oliv dengan Adrian.

Kakinya melangkah masuk, tidak ada Hilmi. Tapi Adrian masih di posisi yang sama. Kirana duduk di tempat tadi.

Ponsel berbunyi. Bukan punyanya. Tapi milik seseorang disamping kiri Kirana. Mata Kirana langsung tertuju ke layar.

Oliv

Adrian sedang membaca laporan, matanya teralihkan ke benda itu lalu melirik Kirana sedikit. Tangannya menangkap dan memencet tombol hijau.

"Halo, iya, iya, tunggu sebentar,"

Kecurigaan Kirana bertambah dua kali lipat. Adrian menjawab singkat, ia tidak mau Kirana mendengar percakapan mereka. Mood Kirana tiba-tiba menurun. Perasaan aneh yang belum Kirana ketahui menjalar ke tubuhnya. Tidak mungkin cemburu kan?

Kirana harus pindah. Ia tidak bisa berlama-lama berada di samping lelaki itu. Kakinya bergerak.

Set.

Adrian memegang. Kepala Kirana menoleh.

"Kenapa?"

"Mau kemana?" tanya Adrian.

"Kesitu gabung sama ka Adam, ka Naya," Kirana melirik ke genggaman Adrian yang belum lepas, Adrian melepas.

Kirana beranjak mendekati Adam dan Naya. Kenapa keadaannya seperti ada yang mengganjal? Bahkan mereka tidak ada hubungan apa-apa. Adrian keluar, Kirana melirik sedikit.

---

Adrian menghampiri Oliv di dekat parkir.

"Udah selesai belum?" Tanya wanita itu.

"Belum," jawab Adrian malas.

"Masih lama?"

"Engga tau,"

"Aku tunggu di mobil kamu aja ya? Mana kuncinya?" Tangan Oliv meminta. Adrian menatap.

"Kamu pulang aja," Tangan Oliv turun. Matanya menatap tanya.

"Takut kelamaan," kata Adrian lagi. Oliv tau jawabannya.

"Aku engga papa nunggu kamu," kata Oliv.

"Jangan, aku engga mau kamu nunggu,"

Wanita itu, benar benar bisa membuat Adrian beralih

"Kenapa aku engga boleh nunggu?"

Adrian mengambil ponselnya lalu memesan ojek online. Oliv memperhatikan gerak-gerik laki laki itu.

"Aku udah pesen in kamu ojek online, udah aku bayar juga, kamu tunggu di depan gerbang ya," Adrian memasukkan kembali ke saku celana.

"Adrian," Oliv tidak suka diperlakukan seperti ini. Adrian berjalan menjauh.

"Hati-hati," badannya berbalik. Oliv mendengus kesal. Kedua rahangnya beradu.

---

"Adrian," panggil Hilmi. "Gua balik duluan ya," katanya.

"Mau kemana?"

"Gua mau pergi dulu," Hilmi menepuk pundak Adrian lalu pergi. Adrian masuk kembali, melihat Kirana sedang berdiskusi dengan yang lain.

"Ka Adrian," panggil Adam. Adrian mendekat.

"Waktu kemarin sekretaris nya siapa ka?"

"Gua," jawab Adrian.

"Kirana bingung buat proposal nya," Mata Adrian beralih.

"Nanti gua kirimin," kata Adrian. Kirana mengangguk.

"Nomor What'sup lu berapa?" Adrian mengeluarkan handphone. Tangan Kirana meminta, dan mengetik nomor lalu memberikan kembali. "Nanti malem gua kirim,"

"Iya," Naya melihat tidak suka, matanya memutar.

"Untuk surat menyurat apa aja ka?" Tanya Adam.

"Engga banyak ko, nanti gua kirim semua ke Kirana," kata Adrian.

"Berarti udah kelar ya masalah itu, beralih ke rundown nya ni,"

Mereka rapat sampai menunjukkan pukul enam.

"Ka Hilmi kemana?" Tanya Kirana.

"Pulang," jawab Naya datar. "Gua duluan ya," lalu pergi meninggalkan Kirana.

"Mau bareng?" Mata Kirana bengong. Benarkah Adrian menanyakan itu padanya? "Mau bareng engga?" Tanyanya lagi. Kirana masih menatap lelaki itu dengan aneh. "Udah malem,"

Adrian melihat langit yang semakin gelap. Kirana tidak lepas dari mata lelaki itu. Tangannya melambaikan ke hadapan Kirana. Wanita itu mengerjap, menyadarkan dari lamunan.

"Mau pulang bareng engga?" Tanya lagi.

Eza memperhatikan dari jauh. Langkahnya mendekat.

"Kirana pulang sama lu?" Tanya Eza, raut wajahnya menggoda. Adrian ragu. Bukan. Ia lebih ke malu mengungkap.

"Udah malem, biar sekalian," jawab Adrian dengan alasan.

Eza mengangguk mengerti. Apapun alasannya. Ia senang Kirana bersama Adrian.

"Gua duluan," Eza pergi meninggalkan mereka

"Ayo," Kirana bahkan belum menjawab sedikit pun. Adrian melangkah dan berpamitan kepada semua orang masih berada disana.

Beneran engga si Adrian ngajak pulang bareng? -Kirana

Mereka sampai parkiran. "Masuk," Matanya melebar.

Mobil? - Kirana

"Ayo cepet naik,"

Adrian masuk.

Di mobil? Berduaan? Gila. Bakal ada jangkrik pasti -Kirana

Dengan langkah pelan dan penuh keraguan Kirana membuka pintu samping kemudi.

Duk..

"Ah," Kirana mengaduh. Kepalanya terbentur.

Sakit? Tidak begitu. Malu? Luar biasa sangat. Adrian menoleh cepat.

"Engga papa?" Tanyanya. Kirana mengusap kepalanya.

"Ppftt," Adrian menahan tawa. Kirana menatap.

"Untung mobil gua engga penyok," kata Adrian. Kirana melirik kesal. Kenapa bukan dirinya yang dikawatirkan? Wanita itu mendengus lagi. Ia sedang malas beradu argument dengan Adrian.

"Sakit ya?"

"Menurut lo?" Adrian tidak bisa menahan senyum.

"Diusap usap ke, apa ke, dasar laki-laki jaman sekarang, suka memperlakukan wanita dengan sesukanya aja," umpatan Kirana semakin membuat gelitik Adrian.

"Tuh kan malah makin ketawa," Kirana menatap kesal.

Adrian mendekat. "Sini, sini, gua usapin," tangan Adrian meraih kepala Kirana. "Masih sakit?"

Sepasang dua bola mata itu bertemu. Wangi parfum Adrian pun terasa sangat nyaman untuk dihirup, bahkan garis wajahnya Nampak sangat jelas.

Astaga. Sadar Kirana. Sadar. Buru-buru Kirana menurunkan tangan Adrian. Pandangan berlari kesegala arah.

Kirana menelan ludah. Hampir aja, kalau tidak nanti setan akan menghampiri.

"Udah engga sakit," kata Kirana gagap.

--- 

KIRANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang