Lee Haechan melihat kebelakang saat ia sadar ada seseorang yang mendekatinya. Lee Jeno.

Haechan melanjutkan kembali kegiatannya; menghisap rokok sebagai penghilang frustasinya, "Bagaimana keadaannya?" Ucapnya datar namun Jeno merasakan kekhawatiran pada dirinya, "Sebaiknya kau melihat sendiri bagaimana keadaannya." Ucapnya sembari mendekati Haechan.

"Bagaimana kau bisa seperti ini, Jen?"

Jeno tersenyum tipis, "Kendalikan dirimu dan tetaplah mengingatnya." Haechan membuang napas beratnya, kemudian tertunduk, "Aku membunuhnya."

"Jika aku bisa, maka kamu juga bisa, Chan."

Haechan mematikan putung rokok dengan cara merematnya, "Aku tidak mungkin bisa." Jeno melirik rokok yang Haechan remat; terlihat masih tersisa remahan yang terbakar, "Pergilah dan lihat Huang Renjun." Jeno mengalihkan pandangannya kedepan.

Setelah beradu dengan pilihan dalam benaknya, Haechan memutuskan untuk melihat Renjun dikamarnya. Saat tiba didepan kamarnya, pintu terbuka terlebih dahulu memunculkan Felix dengan bias muka yang tampak lebih tenang dari sebelumnya, "Bagaimana keadaannya?"

"Dia sedang tidur karena obat yang aku beri," Haechan menundukkan pandangannya tidak sanggup melihat Felix, begitupun Felix ia menunduk mencoba menerima apa yang sudah terjadi, "Sebaiknya biarkan dia istirahat, kau bisa melihatnya 4-5 jam lagi."



Setelah mengantar Jeno dan Felix pulang hingga pintu apartemen Renjun, Haechan langsung menuju dan masuk ke kamarnya. Ia mendekati ranjang dimana kekasihnya berbaring. Ia mendudukkan diri disisi ranjangnya, wajah indah itu terpotret dibenaknya; mengamatinya secara seksama dan penuh penyesalan.

Dia juga melihat kemerahan pada leher jenjang dan putihnya, airmatanya seketika menggenang mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Terasa begitu menyesakkan dada.

Ingin rasanya ia menyentuh Renjun tetapi dia takut kekasihnya terbangun. Lantas, ia bangkit dan menarik selimut agar menutupi tubuh mungil Renjun dan meninggalkan kamarnya untuk menenangkan dirinya sendiri.





+++





Waktu cepat sekali berlalu. Sore menjelang, Renjun belum juga sadarkan diri dari pengaruh obat yang diberi Felix. Haechan sekarang tengah duduk dikursi meja makan; ditemani segelas kopi hitam yang asapnya sudah menghilang, ia tidak pergi kemanapun sebelum Renjun benar-benar bangun. Ia mengamati iPhone yang ia rebut paksa dari kekasihnya, ia menghela napas; lalu menyalakan ponsel tersebut dan membukanya.

Tidak ada passcode, Renjun nyatanya tidak menyembunyikan apapun darinya. Kemudian dia memeriksa pesan yang dibacanya waktu lalu, masih dengan nama Choi Hyunsuk tapi dia tidak pernah membalasnya kecuali pesan paling lalu sebelum dirinya dan Renjun menjadi sepasang kekasih.

Namun dirinya tertegun dengan satu nama yang tidak asing baginya, Hwang Hyunjin; yang melakukan panggilan telepon beberapa hari lalu. Untuk apa hacker itu menghubungi Huang Renjun?

Hacker, huh! Haechan mendengus kecil saat mengingat keahlian dan profesi sebenarnya Hyunjin, pria itu memang peretas jaringan internet terhandal yang The Black Rose punya selain Na Jaemin tapi keahlian istimewanya bukan hanya itu saja, sih.

Hwang Hyunjin memiliki potensi seperti dirinya dan Lee Jeno, tetapi Jung Jaehyun sama sekali tidak bisa menembus kedalam alam bawah sadarnya dan mengintimidasi pikirannya. Hwang Hyunjin menutup jalan pikirannya kepada orang lain, tidak ada yang bisa menebak apa yang ada dalam otaknya; Lee Jeno sekalipun yang memiliki kemampuan mind-reader tidak pernah bisa membacanya.

[✔️HYUCKREN] Fall For YouWhere stories live. Discover now