Seokjin menggeleng. "Aku yang minta kami pacaran. Dia juga kaget aku ... aku yang mengaku kalau suka duluan. Memangnya bagaimana cara sihir bekerja? Kau tahu, jatuh cinta itu ... kau jawablah sendiri! Bagaimana rasanya saat bersama Jimin? Ya, seperti itu. Apa sihir bisa membuat orang demikian?"

Yoongi terlihat kaget, tapi tidak signifikan. Taehyung masih diam walau Seokjin tahu dia menyimak.

"Baiklah. Kurasa Namjoon jujur menyukaimu juga. Begini. Kemungkinan besar dia mau mencegahmu terlalu tercium oleh anomali lain. Sementara aku berusaha mengambil kunci, dia meminta Taehyung menemanimu. Mungkin, kali terakhir kau diserang anomali, membuatnya cukup protektif. Tetapi, aku ragu dia sadar kalau sebagian dirinya menempel padamu. Seperti jejak. Anomali saling menyadari satu sama lain dengan aura, dan kalau soal Namjoon, dia termasuk cukup mengintimidasi dan ... kejam. Berbahaya untuk lawan dan sangat aman untuk kawan. Namun, jika sampai menimbulkan rasa lapar mereka ... itu cukup aneh. Sebelumnya, apa kau pernah berhubungan dengan salah satu anomali, Seokjin?"

"Yoongi, percayalah. Aku hanya bersedia menerima keanehan Namjoon. Dia baru saja kutemui di kota ini, kalau Derick jahanam itu bisa disebut anomali, bisa kujawab iya, tapi sayangnya dia hanya manusia payah menyebalkan yang membuat hidupku susah dengan iming-iming hadiah. Jadi, tidak. Aku cuma cowok menyedihkan yang mencari kebahagiaan dan akhirnya bertemu Namjoon. Tidak ada yang istimewa dariku selain memiliki kekasih non-human." Seokjin menghiraukan terdengar sangat melankolis atau mendramatisir atau tanpa sengaja mengungkap jalan hidupnya, tapi itulah yang sesungguhnya terjadi. Dia tidak peduli dua orang itu menganggapnya apa.

"Hm. Kalau begitu, organisasi tidak boleh sampai tahu soal dirimu. Namjoon benar. Bisa saja, kau direkrut atau lebih buruk, dimanfaatkan mereka untuk semakin menyetir Namjoon."

"Jadi, kau bukan organisasi?"

"Uh. Aku ...."

"Agen khusus. Kepala pengawas seluruh benua ini dengan rekan andalan anomali setengah dewa dan menyamarkan diri sebagai produser musik, yang sayangnya terkenal. Ya. Min Yoongi alias Suga. Jangan bilang kau tidak tahu?"

Seokjin menatap Taehyung. "Aku ... tahu dia ini pacarnya Jimin."

Taehyung memutar mata sejenak lalu menegak habis susu di tangan. Yoongi berdeham.

"Dia terlalu berlebihan, tapi ini bukan tentang diriku." Yoongi mendorong buntalan panjang pipih kain yang dikeluarkannya tadi untuk lebih ke dekat Seokjin. "Jadi, kau bawa kunci ini bersamamu. Ke mana pun. Kalau bisa, kau jangan menghadapi anomali yang menghadang dan berpura-puralah tidak tahu apa pun soal Namjoon kalau ada yang bertanya."

Seokjin mengangguk. "Dia juga bilang begitu." Lalu, memanjangkan lengan untuk meraih pemberian Yoongi, tapi diwanti-wanti.

"Ingat, hanya saat genting saja. Penggunaannya tercatat di wadah pandora dan itu ada di markas. Organisasi tahunya aku yang bertanggung jawab dan menggunakannya, jadi tolong pakailah dengan bijak."

"Tunggu. Aku bahkan tidak tahu apa gunanya benda ini." Seokjin meletakkan gelas dan mengamati lipatan kain itu. Setelah membukanya, sebuah kunci ramping dari kuningan yang tampak kuno, kalau tidak mau dibilang usang, terlihat. "Ini ... kunci harta karun?"

Taehyung mendengkus. Puding di kepala Seokjin memadat dan melompat ke arahnya. Makhluk itu berubah lebih transparan dan berkumur ke arahnya. "Good girl, nine. Kau mau susu?"

"Eh? Dia betina?"

"Tidak keduanya. Dia non gender," jawab Yoongi. "Masih dalam pencarian, tapi untunglah diklaim Namjoon. Jadi, tidak ada yang protes."

"Oh. Baik. Sampai di mana tadi ...."

"Kunci itu bisa membuka pintu apa pun. Gunakan saat kau harus cari tempat aman. Jangan mencoba melawan anomali dengan tangan kosong. Sementara, Namjoon masih berusaha membuatmu aman hanya dengan alat minimal. Kalau bisa, tidak perlu mencari masalah saat kekasihmu bertugas, Seokjin."

The Only Drugs That Allow | NJ ✔Where stories live. Discover now