"Easy. How much?"

Seokjin berpaling kesal. Lupa kalau anomali-anomali keren itu dapat uang saku yang mungkin lebih banyak dari gajinya.

"Awas kalau kau ingkar, tapi nanti saja. Lalu, bagaimana kalian berdua bisa berbarengan ke mari?"

"Aku menunggumu di lobi, dan cukup kaget tahu-tahu dibopong begitu. Sudah? Oke, kemarilah dan kita bicara baik-baik."

Seokjin teringat kalimatnya tadi siang. "Ah, iya. Itu ...." Yoongi menunjuk kursi bantal kosong sampai empunya flat duduk di sana. Taehyung masih diam dengan botol susunya.

"Baik. Akan kumulai dari orang ini dulu. Apa yang terjadi tadi?" tanyanya kepada Taehyung.

"Aku menemaninya pulang. Mau pasang perimeter karena ada anomali yang mengikuti bus, tapi dia malah berontak dan meninjuku dengan serampangan sampai jatuh sendiri menabrak kursi dan pingsan. Dia merepotkan. Sungguh."

Seokjin membulatkan mata. "Apa kau bilang?"

"Kemampuanku bukan cuma membuat sesuatu jadi batu, oke? Reaksimu menggelikan. Kalau bukan karena permintaan kakakku, aku tidak sudi merepotkan diri. Baumu ... membuatku gelisah."

"Jadi, maksudmu semua ini salahku?!"

"Menurutmu?"

Yoongi memukul meja tepat ketika Seokjin mengangkat lengan ke arah Taehyung yang masih santai.

"Kalian, kumohon tenanglah. Cukup."

"Hei, dari tadi aku juga tenang. Dia saja yang berlebihan." Taehyung menunjuk Seokjin dengan dagunya.

"Kau ini, ya ...."

"Kim Seokjin," cegahnya, yang punya nama menghela napas dan terdiam enggan. "Biarkan aku bicara dulu dengan jelas, oke?"

Seokjin dan Taehyung mengangguk bersamaan tanpa mereka sadari.

"Baik. Jadi, memang benar. Seokjin menerima aura Namjoon tanpa sadar. Karena, jarang terjadi seseorang diserang anomali secara bertubi. Kecuali dari organisasi atau bersentuhan langsung dengan anomali kuat yang meninggalkan jejak." Yoongi menatap Taehyung yang mengangguk lagi. "Kalau sudah begini, merepotkan memang. Pantas dia memintaku memberikan kunci."

"Serius. Ini membingungkan. Kalian masih berbicara dalam bahasa manusia atau bukan? Buat aku mengerti."

Taehyung meliriknya. "Aku bukan manusia dan Yoongi di sana tahu, jadi, ya. Selamat berpikir keras."

"Oh, baiklah! Aku harus minum sesuatu atau otakku melepuh." Seokjin bangun dari tempatnya menuju dapur. Tenggorokan serasa tercekat saking terlalu banyak hal yang terjadi dan dia masih merindukan Namjoon.

Sebuah minuman dingin dibawakannya untuk Yoongi saat kembali ke posisi. Seokjin hanya diam menangkup cokelatnya kemudian.

"Lakukan atau katakan apa pun. Aku butuh penjelasan atas semua ini dan katakan kalau ada yang tahu Namjoon di mana. Dia tidak mengabariku apa-apa selain hanya bilang kalau diberi tugas."

Yoongi menaruh gelasnya dan merogoh kantung, mengeluarkan sesuatu yang terbungkus kain biru dongker dengan motif entah apa. Meletakkannya ke atas meja.

"Sejujurnya, aku masih belum percaya kalian pacaran. Asal kau tahu, Namjoon bukan sembarang manusia. Dia anomali tingkat dewa yang berbahaya. Sekali kau tahu dia apa dan dekat dengannya, bisa jadi setiap hari kau akan mengalami hal-hal ganjil yang mungkin saja bisa mengancam nyawa." Yoongi menatap serius, Seokjin mengerjap diam. "Kau yakin tidak termakan sihirnya saat kalian bertemu dan dia memintamu jadi pasangan?"

The Only Drugs That Allow | NJ ✔Where stories live. Discover now