🧤16🔥

753 135 3
                                    

*Reader POV*

"Sejak kapan?"

Uhh, baru bangun tidur langsung diintrogasi.

Tomura tidak menungguku semalaman kan?

Aku memakai maskerku. "Ehm...apanya?"

"Kau sakit"

"Uhm...aku saja lupa sejak kapan, aku rasa dari kecil? Aku tidak menyangka akan kumat lagi"

"Aho"

"Gomen"

Padahal sudah lama sekali tidak kumat, kupikir aku sudah sembuh makanya obatnya tidak kuminum.

"Kau dan Dabi"

"Eh, ya?", kenapa malah ke Touya?

"Sejak kapan kalian kenal? Sepertinya sudah lama"

"Erm...ya begitulah, kami teman sejak kecil"

Kenapa tanya begitu?

Apa Touya keceplosan?

"Ehm, sebaiknya kau tidak lama-lama di sini"

"Kenapa?"

"Aku takut kau tertular Tomura"

"Tidak", tangannya menyentuh puncak kepalaku.

Aku akan dilenyapkan karena penyakitan?

Dia hanya diam menatapku.

Uhh, rasanya jadi tidak enak ditatap terus.

Ada apa memangnya?

Tangan kiriku dipegangnya.

Aku bisa merasakan bibir kering itu mengecup punggung tanganku.

"Apa misiku...terlalu berat untukmu?", tanyanya.

"Sama sekali tidak"

"Apa aku terlalu memaksamu?"

"Tomura?", kok sendu? Seperti bukan dia saja.

"Aku...tidak tahu kenapa saat melihatmu kesakitan dadaku ikut sesak rasanya"

"Eh?"

"Sangking panik dan shock...aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa"

Pipiku memanas mendengarkan hal itu dari bibir keringnya.

"Aku hanya merasa...tidak mau kau hilang secepat itu, aku...bingung"

Aku tidak tahu harus berkata apa.

Apa yang harus kulakukan untuknya saja aku juga bingung.

"[Y/n] satu permintaanku...jangan cepat hilang di hadapanku"

Butuh waktu bagiku untuk mencerna kalimatnya baru mengangguk pelan.

Dia menyuruhku untuk tidak mati?

Karena aku quirkless yang merepotkan?

Satu tarikan darinya membuatku terperangkap di pelukannya.

Bagai tikus masuk ke perangkap.

Tomura...menangis?

Aku hanya kumat saja kan?

Yang kuingat sebelum pingsan aku menghampiri Kurogiri setelah itu semua gelap.

Setengah sadar, aku hanya bisa mendegar suara samar-samar dari sekitarku.

Separah apa aku kumat?

Aku mengusap punggungnya pelan dengan harapan dia tidak akan marah nantinya karena kusentuh sembarangan.

"Ikanaide..."

Aku tidak tahu masa lalu seperti apa yang dia lalui.

Kurogiri bilang, dia tidak ingat masa lalunya hanya orang yang dipanggil sensei yang dia ingat karena telah menyelamatkannya.

Aku hanya tahu topeng tangan di mukanya dia panggil "ayah" saja.

"Aku tidak akan ke mana pun"

"Kau akan ke mana-mana idiot, denganku dan jangan pernah pergi sendirian"

"Uhm...iya"

"Harus denganku tidak boleh yang lain sekalipun itu Dabi"

"Uhn, wakatta"

Perintah ketua tidak bisa dibantah kan?

Apalagi posisiku ini.

Seorang quirkless tidak berdaya di hadapan mereka yang memiliki quirk.

Sekalipun aku bisa membela diriku sendiri tapi perbedaan kekuatan sangatlah jauh.

Kemampuan bertahan pun sangatlah berbeda.

Aku hanya tikus yang tersesat.

"Ehm, Tomura bisa lepas?"

"Seenaknya memerintah"

"Bukan begiti, soalnya ada Kurogiri di sini"

"Nanda Kurogiri?", dia tidak mau lepas.

Aku malu tahu!

"Aku hanya mengantarkan sarapannya karena hanya aku yang kemungkinan tidak akan tertular"

"Bawakan punyaku juga"

"Wakarimashita"

Astaga orang ini benar-benar seperti pelayannya.

"Dabi ada?", obatku dibawa dia ya?

"Belum datang mungkin siang nanti"

"Sokka, arigatou"

Kurogiri keluar kamarku.

Bruk.

"To-Tomura?"

Tiba-tiba dia mendorongku ke kasur lagi!

Raut muka kesalnya terlihat.

Maskerku ditarik dan dibuang sembarang tempat.

"Umph!"

Apa ini!? Tiba-tiba menerjangku dengan ciuman panas!

Aku mendorongnya namun tidak berhasil.

Meski kurus tenaganya kuat sekali!

Aku memukul dadanya malah tanganku dipegangnya erat dan di letakkan di atas kepalaku.

"Jangan sebut muka steples itu saat denganku [y/n]"

"Memang kenapa? Dabi te-hmph!"

"Aku tidak suka! Sebut namaku jangan dia!"

"Kalau kau begini kau akan tertular!"

"Orang memiliki quirk sepertiku tidak selemah dirimu yang quirkless"

"Lepaskan!"

"Kau tidak lebih dari bidakku, [y/n]"

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang