🧤13🔥

1K 169 4
                                    

*Dabi POV*

Aku senang bisa melihatnya lagi.

Ternyata memang lebih baik mengungkapkan apanyang dirasa satu sama lain.

Tidak melulu soal nafsu.

Dia bilang dia dipekerjakan Ujiko-sensei selama ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia bilang dia dipekerjakan Ujiko-sensei selama ini.

Untuk melihat perkembangan Nomu.

Itu semakin bahaya.

Jika hero tahu, dia bisa ditangkap karena dikira bekerja sama dengan kami.

Ya, memang begitu.

Tapi bisa saja hero mengira kalau dia diculik dan dipaksa bekerja dengan kami.

Ah, kemungkinan kedua itu mustahil.

Hero tidak akan bersikap begitu, apalagi kalau mereka tahu dia quirkless.

Kemungkinan yang pertama pasti dituduhkan padanya.

Sekalipun dia tidak berperan besar dalam rencana kami.

"[Y/n]"

"Ng?"

Apa yang dia kerjakan sore begini?

Tugasnya selesai kan yang diberikan Ujiko-sensei?

Kupanggil saja tidak menoleh sama sekali.

"Sedang apa?"

"Hanya mempelajari laptop ini"

Itulah dia, meski quirkless kemauan belajarnya lebih tinggi dariku.

Prinsipnya tidak boleh kalah dari orang yang memiliki quirk.

Dari dulu dia tidak berubah.

Bahkan dulu setelah dikatakan quirkless dia tidak sedih sama sekali.

"Sudah selesai?"

"Uhn, mataku panas", dia menutup laptopnya sambil mengucek matanya.

Kawaii~

Mirip kucing sedang menggaruk kepalanya.

"Langsung tidur?"

"Nggak, mau buat makan malam"

"Pesan saja kalau capek"

"Hemat"

"Hah, aku sudah pesan nanti aku yang bayar"

"Uhm..."

Astaga dia jadi hidup berhemat ya selama ini?

Pasti sulit.

Aku menariknya ke arah sofa dan duduk di sana.

"Aku ingin tahu", semua yang terjadi padamu selama ini. "Hidup macam apa yang kau hadapi selama ini, sebelum bertemu denganku"

Semua hal yang terjadi padamu sampai kita bertemu.

Sampai kau terseret ke dunia villian.

"Kan sudah pernah"

"Masih kurang untukku", aku mencium telapak tangannya.

"Ehm...kalau kau? Bagaimana bisa terjadi sampai begini?"

"Kau ingin tahu?"

Dia mengangguk pelan sekali.

"Efek samping quirku, aku jadi begini bahkan kelenjar air mataku terbakar. Tangisanju mengeluarkan darah itu akibatnya", mukanya jadi sedih. "Hei, hei, tidak perlu sedih begitu"

"Ittai?"

"Tidak apa sekarang, kau tidak perlu khawatir"

Aku mengusap pipi kirinya yang lembut.

Masih saja khawatir.

"Ore wa tsuyoi"

"Wakatta yo demo..."

"Aku yang akan melindungimu, [y/n]. Jangan khawatir dengan luka-luka yang kudapat ini"

"Tetap saja..."

Hah, dia ini. "Begini saja..."

Tidak bisa, kalau aku berlebihan memakai quirkku dia juga ikut terbakar nantinya jika mengehentikanku.

Itu akan membuatnya terluka lebih parah dari yang dia dapat dulu.

"Aku akan hentikan kalau kau berlebihan memakai quirkmu Touya"

"Tidak jangan! Itu akan membuatmu terluka!"

"Tidak apa, itu tidak sebanding dengan sakit yang kau rasakan"

"Tapi aku tidak mau...membuatmu terluka lagi"

"Oh, aku menghentikanmu dengan menyiram air sebanyak mungkin ke tubuhmu"

"Hah?"

"Mungkin nanti cat rambutmu akan luntur tapi nanti aku tutup pakai ember"

Jadi dia mau siram begitu?

Bawa air dengan ember?

Aku mengacak rambutnya, perkataannya membuatku tertawa.

Polos sekali dia mengatakannya.

"Kalau tidak ada ember?"

"Aku suruh Mr.Compress bawa air pakai sulapnya"

"Haha, cara kerjanquirknya tidak begitu"

"Pokoknya aku akan bawa air!"

"Haha, ganbatta na"

"Ehm...giliranku ya? Tapi jangan marah ya"

Kenapa aku harus marah?

"Ehm, kau tahu aku ini ceroboh dan ingin tahuku besar kan?"

"Ya, sampai aku ingat kau pernah menguntit hero mutant"

"Jangan diingetin dong!", kawaii na. "Aku ada di liga itu karena tidak sengaja menolong Kurogiri terus aku ikuti karena aku tahu siapa dia dan..."

Aku bisa menebak kelanjutannya. "Kau ini ya"

"Go-gomen"

Memang dia ini begini.

Aku merengkuhnya dalam pelukanku.

Aromanya hrum sekaki membuatku tenang.

"Tapi...", entah kenapa aku bersyukur. "Kalau kau tidak ada di liga itu, mungkin kita tidak akan bertemu. Mungkin saja kita bertemu dengan keadaan yang berbeda"

Kemungkinan itu sangat kecil.

Dia hidup dalam bayangan dan menjadi orang lain.

Aku hidup dalam kegelapan dunia ini.

Aku tidak bisa memikirkan bagaimana nantinya kita bertemu di situasi yang berbeda.

Aku mencium pipinya.

Agak lama, aku menikmatinya soalnya.

Pipinya kenyal dan lembut mirip manju.

"Geli Touya"

"Haha, habis pipimu mirip manju aku suka"

"Huh"

"Marah? Imutnya~"

"Mo Touya"

"Ne [y/n] kissu~"

"Nggak"

"Sakit nih"

"Pipi saja ya"

"Haha, terserah kau saja"

Ah, geli juga dicium begini.

"Wah, mukamu merah [y/n]"

"Urusai"

"Haha, suki daze"

Zutto suki.

UntouchableWhere stories live. Discover now