「 Prinsip Cinta 」

Start from the beginning
                                    

"Dhar ... Dhar, kamu ini kayak nggak pernah jatuh cinta aja," celetuk Bara membuat Dharma menoleh cepat padanya. "Ya, itu, ... kamu sampai gegabah dan nggak mikir panjang lagi sampai-sampai ngambil jalan pintas kayak gitu. Ngaku, deh, kamu ini sebenarnya takut, 'kan, kalau nanti Binar lebih milih Jenaka di antara kita bertiga?"

Tepat sasaran, semua yang keluar dari mulut Bara itu tidak perlu repot-repot untuk ia iyakan secara langsung karena dengan membiarkan hening yang mengambil alih suasana di antara mereka pun sudah jauh lebih dari cukup untuk menjawab semuanya; untuk membuka semua ketakutannya.

"Udah malem, nih, aku ke kamar dulu, ya, Bang. Makasih banyak udah—"

"Dhar, asal kamu tahu, ya, aku sengaja ngomong lebih kasar kayak gini supaya kamu juga nggak lupa, kalau ... mengalah dalam sesuatu itu bukan berarti bikin kamu jadi seorang pecundang. Dan juga ... prinsip dalam cinta dan mencintai itu bukan hanya tentang saling menggenggam dan saling memiliki. Karena—"

"—merelakan orang yang kita cintai itu untuk menjemput bahagianya sendiri ... jauh lebih berarti dari pada hanya sekadar mampu memiliki hatinya."

❃ ❃ ❃

❃ ❃ ❃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❃ ❃ ❃

"Kalau gitu, sama!"

"Sama, Ka, sama! Aku juga kejebak di satu situasi yang nggak pernah aku duga sebelumnya!"

"Aku juga udah terlanjur jatuh cinta sama orang yang nggak pernah aku bayangin sebelumnya!"

"Aku juga sama gilanya sama kamu, Jenaka! Aku—"

"—aku juga sayang ... aku nggak bisa—a-ku sayang sama kamu, Ka."

"B-binar, hei, k-kamu nggak usah bohong buat ngehibur a—"

"Buktiin, Ka. Buktiin kalau kamu emang mau perjuangin aku sampai akhir."

"Buktiin kalau emang hati aku nggak salah udah milih kamu sebagai pemenangnya. Buktiin."

"Buktiin kalau kita berhak memiliki satu sama lain, buktiin."

"Ey, jadi kita berdua udah official, nih, ceritanya?"

"Kamu nggak mau kasih aku nama khusus juga, gitu?"

"Idih, nggak mau, lah! Alay banget."

"Yeu, nggak manis banget, sih."

"Dih, bocah banget! Tapi mau dipanggil apa emangnya, heh?"

"Apa kek gitu, ganteng kek, mas kek, a'a kek, atau ... sayang?"

"Oy, Dek! Serem amat kamu senyam-senyum nggak jelas gitu sambil tuangin teh ke gelas. Hati-hati, nanti tumpah atau kerasukan setan subuh, tahu rasa kamu!"

[4] Kirana.Where stories live. Discover now