"Engga usah buru-buru, makanan nya masih banyak ko," sahut Eza dari balik pintu.

"Belum makan ka?" Tanya Kirana. Eza menggeleng.

"Belum, nanti aja, biar peserta duluan,"

"Sweet banget si," Kirana menyenggol lengan Eza.

"Udah cocok belum punya pacar?" Tanya Eza. Kirana dan Dela berpikir sejenak.

"Hampir," sahut Dela.

"Apa yang kurang?"

Pembicaraan mereka tampak sedikit serius Tangan Kirana menyilang meng-scanning tubuh Eza dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Sini," Kirana menyuruh Eza mendekat. Lelaki itu mengikuti.

"Kurang ganteng," Dela dan Kirana tertawa berbarengan.

"Ha ha ha," Eza menyipitkan kedua mata. Kirana meledeknya.

Awas saja ya.

"Kalian peserta ini berani ngeledek gua? Di tempat ini gua yang berkuasa, kalian tau apa akibatnya udah menyinggung ketua?" Eza menopang tangan di pinggang, seperti orang marah.

Adrian datang. Mereka eyes contact.

Deg

Kejadian semalam mampu membuat mereka canggung. Mengingat tangan Adrian hinggap di pinggang Kirana Astaga. Bagaimana jika itu terjadi lagi?

Stop Kirana. Lu mikir apaan si? Udah gila gua. Cocok jadi pasien rumah sakit jiwa.

"Selamat pagi ketua," ternyata Adrian mendengar pembicaraan mereka. Eza langsung membungkuk Sembilan puluh derajat, di atas 'ketua' ada ketua yang sebenarnya.

"Selamat pagi ketua," Dela dan Kirana tertawa kecil. Pasti malu menjadi Eza.

"Kalian engga makan?"

"Itu antriannya masih panjang, nanti aja ka," kata Kirana. Adrian mengangguk. Adrian yang bertanya dan kemudian Kirana yang menjawab. Perpaduan yang sangat langka, apalagi bisa dilihat dari semua kejadian diantara mereka sepertinya tidak pernah ada kata 'damai', tapi hari ini berbeda, ada yang berubah, entah komunikasinya ataupun perasaannya.

"Ehem, ehem," Eza berdehem. Adrian menoleh.

"Gua engga ditanyain ni? Padahal gua bukan hantu deh yang engga keliatan di mata manusia, dan jarak antara lu sama gua tidak bisa dibilang sejauh satu kilo meter, iya kan?" mata Eza berkeliling. Eza menggodanya. Adrian mengalungkan tangannya ke bahu Eza.

"Gua belum makan, masa lu udah makan duluan si," Adrian salah tingkah.

"Udah mulai sepi tuh," kata Eza menunjuk. "Kalian makan duluan gih," Dela dan Kirana menoleh.

"Kita kesana dulu ya ka," kata Dela.

---

Keesokan harinya.

Acara penutupan sudah selesai. Mereka bersiap untuk pulang. Pukul menunjukkan angka sebelas. Keberangkatan setengah jam lagi.

"Gua duluan ya," kata Feli.

Kirana dan Dela mengangguk. Feli dan Okta menuju aula. Sebelum pulang, seluruh peserta berkumpul di aula.

"Kira-kira kita kebagian tempat di bus engga ya?" Tanya Kirana. Tangan mereka masih aktif memasukkan barang.

"Engga tau deh, Kalau engga dapet berarti kita di mobil ka Adrian lagi dong,"

"Bisa jadi," Kirana mengangkat bahu.

"Asik, bisa jajan," Dela menggerakkan badannya senang.

Jaket Adrian. Masih di tangan Kirana.

"Jaketnya ka Adrian," Dela melirik.

"Ko ada di lu?"

"Waktu pas gua sakit, ka Adrian ngasih ini, katanya biar gua engga kedinginan," Kirana tersenyum kecil. Dela tau perubahan raut wajah Kirana.

"Ada apa ni antara lu sama ka Adrian?" Matanya menggoda. Kirana menggeleng cepat.

"Engga ada, engga ada apa apa," Dela semakin menjadi.

"Beneran engga ada apa-apa?" Kirana mengerjap mata.

"Iya, dia cuman nolongin gua doang ko,"

"Alah, pasti ada apa-apa nya ni," kata Dela. Kirana menghela napas berat.

"Walaupun ada apa-apanya juga kayaknya engga mungkin," Kirana mengingat Oliv yang tiba-tiba muncul. Dela mengerutkan kening.

"Maksudnya?"

"Ya.. kayaknya ka Adrian sama ka Oliv ada apa-apanya," mata Kirana berubah. Dela mendekatkan wajahnya

"Gua jadi keinget waktu pas kita di rest area, pas lu lagi manggil ob, gua denger ka Eza ngomong dan disitu menjelaskan kalau ka Oliv pacaran sama ka Adrian," kata Dela serius. Kirana juga curiga karena Oliv begitu posesif terhadap Adrian. Kalau mereka beneran pacaran, Kirana harus menarik diri untuk tidak terlalu pergi terlalu jauh kepada perasaannya.

"Tapi ya, gua si ngeliat nya ka Adrian engga suka sama ka Oliv, hanya ka Oliv yang suka sama ka Adrian,"

Dela melihat wajah Kirana yang sedang sedikit melamun.

"Lu suka sama ka Adrian?" tanya Dela hati-hati. Kirana menoleh menatap temannya itu.

"Engga mungkin lah gua suka sama dia, orangnya sereh gitu, nyebelin lagi. Lagian ka Adrian kan udah pacaran sama ka Oliv, ngapain gua ngarepin seseorang yang udah punya orang,"

"Jadi kalau Ka Adrian belum punya pacar, lu mau daftar?" tanya Dela menggoda. Kirana memukul lengan kiri Dela.

"Engga lah engga mau gue," Kirana memasang wajah jijik.

"Itu kesimpulan gua, siapa tau gua salah," Dalam hati Kirana juga memikirkan itu, bisa jadi Adrian dan Oliv memang hanya teman.

"Lagi pula ka Adrian itu ketua OSIS, ganteng, pinter,tajir lagi, siapa coba yang engga tertarik, lu liat kan waktu itu ka Naya ngejar-ngejar dia sampai ke tengah lapangan,"

"Anak ayam yang baru berojol juga bisa jadi demen sama ka Adrian," sahut Kirana. Mereka tertawa. Apapun itu, hanya Tuhan yang tau, bahkan Kirana pun juga tidak tau apa yang perasaannya ini rasakan.

Mereka menutup tas dan menepuk-nepuk supaya terlihat lebih kecil. Kirana melihat sekeliling. Mengecek.

"Udah engga ada lagi kan ya yang ketinggalan?" Mata Dela ikut berkeliling.

"Alat mandi udah?" Tanya Dela.

"Gua udah, punya lu udah?" Kirana mengangguk.

"Udah yuk,"

Mereka mengangkat tas. Jaket Adrian tersangkutan di lengan kiri Kirana lalu berjalan keluar.

---

Seluruh peserta berkumpul menuju bus, sedangkan Kirana menghampiri seseorang.

"Ka Adrian," Lelaki itu menoleh. "Ini jaketnya," Adrian melirik benda itu.

"Ini masih dingin, pake aja," Adrian tau, Kirana masih membutuhkan.

"Engga papa, gua ada jaket ko," Kirana menyodorkan lagi. Adrian menolak.

"Besok aja di sekolah,"

Kirana masih terngiang-ngiang perkataan Dela, kemungkinan besar Adrian adalah pacar Oliv.

Kalau itu benar, Kirana harus menarik diri dalam kemungkinan apapun yang terjadi pada hatinya. Tidak boleh berharap apalagi menyimpan sesuatu untuk Adrian.

"Kalau gitu gua ke bus ya ka," Kirana tidak mau berlama-lama menetap, pasti itu akan membahayakan keselamatan jantungnya. Adrian mengangguk.

"Tunggu," Kirana berbalik kembali.

"Lu engga mau naik mobil gua lagi aja?" tanya Adrian sedikit ragu. Kirana menatap mata itu.

"Engga ka, tadi disuruh sama panitia disana,"

---

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now