Feather I - Unchanging

3.7K 396 42
                                    


.
.
,

Jika Han Seojun harus memilih antara cinta atau persahabatan—, tentu saja dia akan memilih cinta.

Tentu saja.

Orang yang dia cinta... kan juga sahabatnya sendiri.

Seojun sadar kalau dirinya gay saat ia menginjak bangku awal SMA. Pubertas menyerang semua orang, namun Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakan Lee Suho. Anak itu bahkan sudah menawan sejak sebelum masa pubertasnya, namun ketampanannya semakin tidak masuk akal begitu ia menyentuh akil balik. Tubuhnya tiba-tiba menjulang tinggi, suaranya yang biasanya halus tiba-tiba berubah berat dan rendah. Seojun selalu bergidik setiap kali Suho membisikkan sesuatu padanya. Rasanya seperti ratusan kupu-kupu mengepakkan sayap di dalam perutnya.

Apa Seojun menyimpan perasaannya begitu saja?

Tidak.

Setelah ujian kenaikan untuk menginjak kelas dua, Seojun menyatakan perasaannya. Tidak manis memang, mengingat ia menyatakan perasaannya sambil menyembunyikan wajah di balik mangkuk tteokbokki.

Apa dia diterima?

Tidak juga. Hari itu Seojun harus menelan pil pahit kenyataan yang memang sudah diketahuinya sejak dulu. Lee Suho itu tidak gay, dia masih menyukai wanita. Dia menghargai perasaan Seojun, namun dia tidak bisa menerimanya. Memang bukan kenyataan yang menyenangkan, tapi paling tidak hubungan mereka tidak berubah. Mereka tetap sepasang sahabat yang sama, dan Seojun tidak bisa berharap lebih jauh.

...tapi... apa benar semua akan baik-baik saja?

Kehadiran Lim Jukyung sang murid pindahan baru ke sekolahnya pada awalnya tidak meresahkan Seojun. Ia hanya merasa gadis itu satu dari sekian banyak gadis cantik yang hidup di muka bumi. Seojun bahkan tidak pernah berhasil mengingat namanya dengan baik—, hingga Suho mulai tampak dekat dengan gadis itu.

Setiap interaksi di antara kedua insan ini membuat Seojun tidak tenang. Setiap kali Seojun dan Suho keluar bersama, terkadang perhatian Suho akan lebih terarah kepada ponsel di tangannya. Tak jarang Seojun bisa menangkap ulasan senyum di wajah pria itu setiap selesai membaca atau mengirim pesan. Orang bodoh pun bisa tau kalau Lee Suho yang dingin itu sedang jatuh cinta.

Seojun berusaha berakting seakan ia baik-baik saja, toh rasa suka Suho tidak menjamin kisah percintaan mereka akan berjalan lancar-lancar saja.

Namun jujur, jauh di lubuk hatinya yang terdalam Seojun sadar kalau cepat atau lambat, mereka akan bersama.

Suho dan Jukyung.

Hanya saja... ia tidak yakin ia akan siap saat hari itu tiba.

Mungkin, tidak akan pernah bisa siap untuk selamanya.





***




"Mau minum denganku? Ada yang mau aku bicarakan."

Seojun tidak suka dengan isi pesan yang Suho kirimkan padanya. Seojun bahkan dapat menebak apa yang akan Suho katakan nanti. Kata-kata yang akan mengubah hidup mereka ke depannya. Seojun hampir tidak ingin menyanggupi kata-kata Suho... tapi ia tau juga ia tidak bisa selamanya menghindari kenyataan. Karena itu, pemuda itu bergegas pergi ke tempatnya dan Suho biasa minum.

Suho sedang duduk dengan tegap, tampak gelisah. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, dan ia bahkan tidak menyadari kedatangan Seojun hingga sang model mendudukkan diri di depannya. Suho tampak terkejut, sebelum dengan grogi memandang pada Seojun. "—o-oh. Kau sudah sampai."

Seojun bisa menangkap gelagat tidak nyaman dari bahasa tubuh Suho. Mata tajamnya hanya memandangi sahabatnya ini dengan datar, namun ia tak mengatakan apa-apa. Ia mengalihkan perhatiannya pada dua botol soju di atas meja, sebelum kembali menoleh pada bibi pemilik kedai minum itu. "—bi, aku minta tambah satu porsi onion fries."

Heather's Feather ✔️Where stories live. Discover now