Ch-2

8 1 0
                                    

Suara getar ponsel di laci meja mengagetkan seseorang yang sedang menulungkupkan kepalanya ke meja. Dia sedang malas mendengarkan penjelasan guru di depan. Dia kemudian mengambil ponselnya yang tadi bergetar, membuka aplikasi WhatsApp dan membaca pesan yang dikirim oleh Kenan. Ya dia adalah orang dengan nama A.Ranu.P.

Ranu yang telah membaca pesan itu pun terlonjak kaget, hingga kursi yang didudukinya jatuh sampai menimbulkan suara bedebum dengan keras. Sebagian murid yang mendengar itu mengucap istighfar, tetapi ada juga yang latah.

"Astagfirullah, Ranu! Kamu ini bikin kaget saja, ada apa?" tanya Bu Siwi yang sedang berdiri di depan kelas.

"Emm, anu Bu..ini..begini Bu, emm..." ucap Ranu dengan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Begini Bu, saya mau ke toilet sebentar Bu sama Gerhana, permisi Bu," ucapnya lagi dengan memegang tangan laki-laki yang sebangku dengannya dan kemudian lari dari kelas.

Ranu yang masih memegang tangan laki-laki itu berhenti di depan toilet, dengan napasnya yang naik turun akibat lari tadi. Gerhana yang memang memiliki sifat dingin pun hanya memandang Ranu dengan alis terangkat satu, yang mungkin dapat diartikan 'ada apa' oleh Ranu.

"Lo nggak buka wa ya? Tadi Kenan ngirim chat di grup katanya dia butuh pertolongan, sekarang dia di lapangan, kita kesana sekarang, tapi sebelum itu gue mau ke toilet dulu, kebelet gue," ucap Ranu yang langsung berjalan masuk ke toilet.

***

Kyra masih menunggu petolongan yang datang. Dia masih setia menutupi kepala Kenan, agar tidak terkena sinar matahari, ya meskipun sekarang seragam Kyra sudah basah terkena keringat.

"Kyra."

Seseorang memanggil Kyra dari arah belakangnya, dia kemudian menoleh dan mendapati temannya sudah berjalan menuju ke arahnya.

"Huftt, Hilmi, syukur deh lo kesini. Capek gue disandarin nih bocah, udah posisi gue nggak enak lagi, cepet tolongin gue," ucap Kyra sambil mengangkat kepala Kenan.

Hilmi yang peka pun mulai mendudukkan Kenan, sebenarnya badan Kenan nggak gemuk, tapi ya cukup berisi, makanya butuh tenaga ekstra untuk mengangkatnya. Secara dia pemain inti basket, ketuanya pula. Sering olahraga juga. Bisa bayangin kan bentuk badannya gimana.

"Hilmi, Kenan kenapa?" tanya laki-laki di belakang Kyra.

"Udah lah Lam, jangan banyak tanya dulu. Bawa Kenan ke UKS, gue bawa tasnya kesana," ucap Kyra yang sudah berdiri dan menepuk-nepuk rok belakangnya yang kotor.

Laki-laki itu kemudian membantu Hilmi untuk memapah Kenan sampai ke UKS. Sedangkan Kyra memungut tas Kenan yang berada di teras sekolah dan juga mengambil tasnya yang berada di bawah pohon mangga. Mereka betiga berjalan beriringan menuju ke UKS

"Eh, Mi, di kelas tadi ada Pak Tejo nggak?"

"Enggak, Pak Tejo tadi cuma  ngasih tugas aja sih. Kalo Pak Tejo ada nggak mungkin gue bisa ke sini," ucap Hilmi yang masih kesusahan memapah Kenan.

Kyra yang mendapat jawaban pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia kemudian meraih hoddienya yang berada di dalam tas. Dia merogoh saku hoddie dan mengambil ponsel miliknya. Kemudian Kyra menyampirkan hoddienya di lengan kirinya. Dia lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Tak berapa lama, mereka sampai di gedung khusus UKS. Mereka membuka pintu UKS dan mencium bau menyengat dari minyak kayu putih. Mereka kemudian masuk dan membaringkan Kenan di salah satu tempat tidur. Kyra meletakkan tas miliknya dan milik Kenan di meja.

Kyra kemudian membuka rak-rak disana untuk mencari minyak kayu putih. Setelah ketemu dia menghampiri Kenan dan membuka tutup minyak kayu putih lalu mendekatkan ke hidung Kenan, agar Kenan cepat sadar. Tak lupa dia menyuruh Hilmi dan Elam untuk melepas sepatu, dasi, dan melonggarkan ikat pinggang Kenan.

Hilmi yang penasaran dengan keadaan Kenan pun bertanya ke Kyra. Kyra yang memang ingin bercerita pun menjelaskan ke Hilmi dan Elam.

***

Dua orang yang menuju ke lapangan untuk menolong seseorang pun dikagetkan dengan lapangan yang kosong.

"Mana sih Kenan, katanya di lapangan, udah disamperin kok nggak ada orangnya," gerutu salah satunya

"Ranu, Gerhana, kalian ngapain disini? Mau bolos ya?"

Ranu dan Gerhana menoleh ke sumber suara itu, mereka mendapati dua orang cewek yang berjalan mendekati mereka

"Lusi yang cantik, jangan asal ngomong ya, kita nggak bolos kok, kita kesini mau nyamperin Kenan, eh malah sekarang Kenannya nggak ada. Emm, atau jangan-jangan Lusi ya yang mau bolos?" ucap Ranu dengan memicingkan matanya ke Lusi.

"Ihh, Lusi sama Melly enggak mau bolos, kita mau ke UKS kok, Melly mau ngobatin seseorang."

Melly yang jengah dengan sifat Ranu yang selalu jahil ke Lusi pun, langsung menggandeng tangan Lusi dan mengajaknya segera ke UKS meninggalkan mereka berdua.

"Eh, eh..Lusi Melly mau kemana?" teriak Ranu tetapi tak diindahkan oleh mereka. "Gerhana ikutin mereka yok," ajak Ranu yang kemudian lari ke arah dua cewek tadi. Gerhana yang pasrah pun hanya mengikuti Ranu.

Di perjalanan menuju UKS Ranu selalu menjahili Lusi dan Lusi hanya menempel terus ke Melly. Setibanya di depan ruang UKS mereka kemudian masuk dan melihat disana ada Kenan yang masih berbaring, Kyra yang duduk di kursi samping Kenan, Hilmi yang berdiri di samping Kyra, dan Elam yang tiduran di kasur kanan Kenan, lebih tepatnya di belakang Kyra dan Hilmi.

"Udah dong Ranu, berhenti jahilin Lusi," ucap Lusi yang langsung lari menuju Kyra. "Kyra, bantuin Lusi, Lusi dijahilin mulu sama Ranu."

"Neng Lusi yang cantik kok ngaduin Abang Ranu ke Kyra sih, cur—Kyra kemudian melotot kepada Ranu, "Ranu, berhenti jahilin Lusi dulu, ini ada yang lebih penting."

"Apa?" ucap Ranu kemudian

Kyra menatap Melly dan kemudian berdiri berjalan ke arahnya. Melly yang ditatap Kyra pun mengerutkan alisnya dan tiba-tiba merasakan firasat yang buruk.

Kyra kemudian memegang pundak Melly, "Melly yang cantik yang baik hati, tolong ya jaga Kenan sampai sadar, gue mau ke kantin dulu sama yang lain. Laper, tadi habis dihukum," ucap Kyra yang menampilkan puppy eyes nya.

"What? Apa lo bilang, lo nyuruh gue kesini cuma untuk jaga dia? Nggak salah lo?" ucap Melly yang langsung menepis tangan Kyra yang masih di pundaknya.

"Ayolah, Mel, lo kan PMR, lo kan bisa ngrawat dia," ucap Kyra sambil menyatukan telapak tangannya.

"PMR? Denger ya Ra, anggota PMR bukan cuma gue."

"Gue tau, tapi yang gue kenal kan cuma elo, nggak ada yang lain."

Melly memutar bola matanya, "bullshit amat."

Walaupun Melly berbicara seperti itu, dia tidak bisa menolak permintaan temannya. Hingga akhirnya dia duduk di kursi yang tadi telah di duduki Kyra

Kyra yang mengetahui itu kemudian memeluk Melly dan mengucapkan terimakasih. Dia lalu menyambar tasnya dan berjalan ke arah pintu keluar UKS dengan mengandeng tangan Lusi. Sampai di ambang pintu Kyra menoleh.

"Hilmi, Elam, Ranu, yok ikut gue ke kantin. Dan Gerhana lo disini ya temenin Melly," ucap Kyra mengedipkan sebelah matanya ke arah Melly dan setelah itu dia lari meninggalkan ruangan UKS sebelum dia mendengarkan teriakan Melly.

"Huftt, susah deh punya sahabat kek gitu," ucap Melly sambil membuka tutup minyak kayu putih.

Gerhana yang masih berdiri di sana langsung mengambil kursi tambahan dan menaruhnya di samping Melly. Gerhana tau bahwa Melly tidak suka, tetapi Gerhana hanya menampilkan wajah datar dan cuek saja.

***

6 Februari 2021

Sweet BoyWhere stories live. Discover now