#TR : 1. bukan ikatan darah

239 25 4
                                    

"I have a wonderful shelter, which is my family. I have a wonderful relationship with my brother and sister; this makes me feel that I know always where I belong." - Jose Carreras

___


Bunda:

Abang, ayah dan bunda lagi dirumah nenek.  Mendadak karena tiba-tiba nenek sakit. Pulang seminggu lagi atau mungkin lebih. Kamu jagain adek-adek kamu, ya?

Nanti uang jajan bakalan bunda tambah

Sesaat, Mahesa nge freeze. Merasa dunianya runtuh begitu saja. Oke, ini cukup hiperbola atau berlebihan. Hanya saja, tujuh bocah dalam satu rumah yang sama tanpa pengawasan kedua orang tua tentu saja akan sangat melelahkan. Atau parahnya, bakalan ada pertumpahan darah disini.

First of all, Mahesa akan sedikit bercerita tentang tujuh bocah—termasuk dirinya—yang dia maksud.

Ini semua berawal dari sebuah panti asuhan Bunga Bangsa. Nama yang cukup unik dan sempat dijadikan ledekan anak-anak bukan panti alias bocah biasa yang penuh kasih sayang orang tua. Mereka menyebutkan, nama Bunga Bangsa lebih pantas buat sekolah negeri ketimbang panti asuhan.

Karena hal itu, Satya, sempat bertengkar dengan bocah-bocah itu. Membela Bunga Bangsa sampai titik darah penghabisan. Uniknya, dia justru menang padahal berjuang sendirian.

Berawal dari dua puluh tiga anak panti. Setiap tahun, ada saja yang berkurang. Karena mereka diadopsi oleh orang-orang yang menginginkan punya anak, tetapi sayangnya—belum dikasih rezeki oleh Tuhan. Atau seperti orang jaman dulu, mengadopsi anak dijadikan untuk pancingan. Pancingan agar sang wanita bisa cepat hamil dan punya anak.

Menyisakan tujuh bocah dengan karakter unik. Panti asuhan Bunga Bangsa tutup, karena bunda—sang pemilik—merasa sudah tidak mampu mengurus panti. Terjadi penurunan pendapatan pada usahanya. Satu persatu, perawat juga mulai pergi.

"Terus kita gimana bunda?" Ricky, si bungsu, bertanya dengan nada melas. Bahkan kedua matanya sudah merah, menahan tangis sewaktu itu.

"Kita mau ditelantarin gitu aja?" Sean sudah menangis.

"Aku enggak mau jadi gelandangan. Kata pak ustadz, minta-minta atau jadi pengemis itu juga enggak boleh. " Juan menambahkan.

"Tenang aja. Kalian jadi anak bunda, oke? Bunda masih mampu kalau untuk menghidupi kalian bertujuh. "

Lalu seperti kisah pada buku dongeng anak-anak
Datang seorang pangeran, atau lebih tepatnya pria kaya dan tampan yang melamar bunda. Kehidupan mereka menjadi baik dan merenovasi Bunga Bangsa menjadi rumah yang luas dan nyaman.

"Kok ayah mau sih ngurus kita bertujuh? Padahal kita nyusahin loh. " Juan yang waktu itu masih SD, bertanya.

Ayah tertawa, "karena kalian hebat. Ayah sayang kalian, enggak peduli bukan anak kandung atau bukan. Kalian tetep anak ayah dan bunda. "

"Sama kak Hesa juga? Kak Hesa enggak hebat, tapi jahat soalnya suka gangguin aku sama Sean. "

"Iya, kak Hesa juga. Kalian semua. Hesa, Reyhan, Azka, Satya, Sean, Juan, dan Ricky. Tujuh anak ayah yang hebat. "

Keluarga yang harmonis dan bahagia meski tidak adanya ikatan darah. Mereka saling menyayangi dan tumbuh bersama. Katanya sih, darah lebih kental daripada air. Tapi bagi mereka bertujuh, darah itu menyeramkan sedangkan air bikin seger. Mereka lebih suka air ketimbang darah. Toh, orang tua yang terikat darah dengan mereka justru tidak peduli.

Si sulung dan yang paling dewasa, Mahesa namanya. Kerap dipanggil Hesa atau Sasa—panggilan laknat dari Sean. Sekarang sedang sibuk kuliah dan katanya sih kakak tingkat 'populer' yang keluar dari cerita wattpad.

Tentang Rasa | Enhypenजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें