"Kalau sakit bilang sakit, nanti kalau kenapa-kenapa engga ada yang tanggung jawab soalnya," kata Hilmi ketus.

Sebenarnya ia mulai merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Tapi ia tangkas, tidak mau teman temannya tau dan jadi merepotkan.

"Lu sakit?" Tanya Gilang.

"Engga ko," Kirana tersenyum untuk menenangkan suasana.

Mereka mengangguk lalu melanjutkan.

"Sebutin ibu kota di negara Asean," Vina membaca.

"Semuanya?" Tanya Nadia.

"Iya," Mereka membentuk lingkaran.

"Ada berapa negara Asean? 10 apa 11?" Tanya Dela.

"Timor Leste tuh termasuk engga si?" Tanya Gilang.

"Kayaknya belum deh," kata Kirana.

"Berarti 10, Indonesia-Jakarta, Malaysia-Kuala Lumpur, Singapura- Singapura, Thailand-Bangkok, Brunei Darussalam-Bandar Seri Bengawan, Filipina-Manila, Myanmar-Kamboja, apa gua engga tau?" Tanya Nadia.

"Hm," mereka sedang menghitung.

"Kamboja tuh pohon pen, eh apa ya?" Tanya Dela bingung sendiri dengan jawabannya

"Phnom Penh," Gilang perjelas.

"Nah.." mereka tertawa berbarengan.

"Tinggal Myanmar sama Laos ni, Ibukotanya apa ya?" Tanya Dela.

"Kalau Vietnam gua tau, Hanoi," kata Nadia.

"Myanmar ibu kotanya baru pindah kayaknya," sahut Kirana.

"Nah Pyi Taw kalo engga salah," sahut Dela.

"Satu lagi satu lagi," mereka bersemangat.

"Laos ni," Mereka berpikir sejenak.

"Valentine," kata Dela.

"Serius?" Tanya Gilang.

"Serius gua inget banget," kata Dela kekeh.

"Udah belom? Lama Banget," Exel mengingat kan, Mereka menghadap ke meja pos.

"Udah,"

"Serius? Engga boleh ada yang salah satu pun," kata Vina.

"Iya serius, semuanya dijamin bener," kata Dela.

"Negara Asean ada berapa?" Tanya Vina.

"Sepuluh," jawab Gilang. Vina mengerutkan alis.

"Bukannya sebelas?"

"Sepuluh ka," kata Gilang lagi

"Yakin?" Pertanyaan itu membuat mereka sedikit ragu.

"Bener ka," sahut Kirana.

Tadi Kirana yang menyebutkan itu sepuluh jadi ia harus bertanggung jawab. Vina mengangguk.

"Yaudah kalo sepuluh ada apa aja?" Tanya Exel.

"Indonesia-Jakarta, Malaysia-Kuala Lumpur, Singapura- Singapura, Thailand-Bangkok, Brunei Darussalam-Bandar Seri Bengawan, Filipina-Manila, Vietnam-Hanoi, Myanmar.." Kirana memberi kode ke yang lain untuk melanjutkan.

"Nah Pyi Taw, Kamboja-Phnom Penh, Laos,.." Gilang menoleh kearah Dela.

"Valentine," kata Dela sembari tersenyum polos. Kakak kelas mengerutkan kening.

"Hah?"

"Apaan tadi?"

"Ulang yang terakhir," Mereka memperhatikan Dela.

"Valentine," kata Dela lagi dengan penuh percaya diri.

Kakak kelas tawa. "Valentine gigi lu peyang," kata Exel.

Kirana dan teman teman nya saling melihat. Dela tersenyum kecut. "Gua salah deh kayaknya," kata Dela.

"Vientiane," kata Hilmi, dan memberikan satu tiket merah.
"Ni," Ketiga kakak kelas memperhatikan Hilmi.

Kenapa Hilmi langsung mengoreksi dan memberikan tiket? Dipermudah sekali. Heran. Karena Hilmi wakil ketua dan ia satu-satunya yang kelas tiga, jadi ketiga kakak kelas itu tidak berkutik. Kirana, Dela Gilang dan Nada tersenyum senang. Ketua kelompok maju mengambil tiket

"Makasih ka,"

"Selanjutnya kalian ke wanted, kalo di baca mirip one dan net, one itu satu dan net letaknya di lapangan deket net," Kirana tersenyum senang.

"Makasih ka, ayo gaes," Kirana dan teman teman nya pergi.

Tiga orang tersisa menyisakan tanya.

"Ko dikasih tau ka?" Tanya Vina.

"Biar cepet,"

Wajah Kirana pucat, biar lebih cepat, Hilmi tidak mau Kirana berlama-lama di luar.

---

Setelah melewati empat pos, akhirnya mereka sampai di pos yang terakhir. Kirana menggosok kedua tangan dan membuat uap dari mulutnya.

"Kita sekarang ke pos berapa?" Tanya Dela. Gilang menyentuh layar handphone.

"Lima, terakhir ni gaes, ayo semangat," kata Gilang.

"Ayo, ayo," Mereka berjalan lebih cepat. Kirana tertinggal beberapa langkah..

"Rrrrtt," badan wanita itu semakin menggidik, badannya gemetar.

"Gaes," panggil Kirana tidak bertenaga. Mereka tidak mendengar perkataan Kirana. Pos tiga dan pos dua games, mengharuskan kegiatan fisik.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now