25. That's (Not) Me

Start from the beginning
                                    

"Ya."

Ah, diam-diam Renjun bersemu tanpa sadar dan bibirnya menggulung kedalam menahan buncahan dalam hatinya, "Aku mengingat semua sajak yang kamu tulis."

"Benarkah?"

"...Kau adalah segalanya
Setiap langkah menuju padamu
Setiap syair tercipta untukmu
Dan, aku terbutakan oleh sinarmu
Aku melihatmu pada setiap bunga di sepanjang jalan
Aku melihatmu pada kopi yang hendak kuminum
Aku dapat membayangkan dirimu disepanjang jalan dimana matahari terbenam
Segala sesuatu didunia ini sekarang tampak berbeda
"Menunggu" tidak ada lagi dalam kamusku
Aku selalu didekatmu..."

Benar, itu sajak yang pernah ia buat dan tulis untuk Lee Haechan. Tidak disangka, sajak itu diingat olehnya. Renjun memeluk lengan Haechan, "Terimakasih.."

"Akulah seharusnya yang berterimakasih." Renjun hanya tersenyum mendengarnya.

"Jika aku berulah lagi, sebaiknya kamu membunuhku, ya."

Raut suka cita Renjun pun berubah seketika, "Aku tidak mendengar yang tadi."

"Apa yang kau dengar?"

Renjun menunjuk dada kiri Haechan, "Detak jantungmu."

Ia melepas genggaman tangannya beralih merangkul pundak Renjun, "Boleh aku menginap? Tidak ada bus yang lewat, aku pun malas berjalan kaki."

Setelah membersihkan diri dibawah hangatnya air shower, Haechan beranjak untuk tidur; tentu saja diranjang kekasihnya.

Ranjang dan kasur yang menjadi saksi pengikatan renjana mereka. Haechan masih hangat mengingatnya, setiap desahan yang lolos dari mulut Renjun kala itu layaknya heroine baginya, begitu candu namun sangat menenangkan.

Saat bersamanya rasanya begitu banyak keinginan yang ia ingin wujudkan. Ingin lebih banyak menyulut gelak tawa menggemaskan, ingin terus membuat dirinya bernapas lambat dengan detak jantung yang memburu dan juga ingin menenggelamkannya dalam dekapan yang tidak akan pernah ia lepas.

Tapi, bagaimana jika dia menginginkan 'lebih' dari yang ia inginkan?

Lee Haechan tentu sadar semua yang ia inginkan dari Huang Renjun melebihi kata cukup dan lebih. Hatinya bersyukur bisa merasakan cinta dan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelum bertemu Renjun. Renjun-lah yang kini tengah menggali kembali sebuah harta dalam hatinya, meski dia tidak tahu bagaimana harta itu akan digunakan.

Ia mendaratkan sebuah kecupan ringan pada kening kekasihnya, teramat tulus penuh keteguhan, "Aku berjanji padamu, kau akan baik-baik saja." Kemudian dia menyamankan posisi tidurnya, menyusul Renjun yang telah berkelana ke dunia mimpi.

***fall for you***

"Renjun?" Haechan memanggil kekasihnya yang kunjung keluar dari kamar. Padahal sarapan telah selesai ia buat dan jam juga menunjukkan waktu dimana seharusnya Renjun berangkat ke kampusnya. Ia mendekati ranjang kekasihnya, dilihatnya Renjun yang masih menggelung dibalik selimut, "Kamu tidak bersiap untuk kuliah?"

"Sakit..." Renjun mengerang memegangi kepalanya; menahan sakit luar biasa dan dengingan pada telinganya yang semakin nyaring.

"Astaga! Kamu baik-baik saja?" Haechan berucap dengan nada yang sangat panik dan khawatir , "Kepalaku sakit..." Renjun berucap kacau dengan napas yang semakin menggebu.

"Kau pasti punya obat pereda, dimana?" Renjun menunjuk laci di dekat ranjangnya, Haechan pun mengambil botol obat yang ditunjuk Renjun. Pil yang diberi dokter; yang hanya menstimulasi agar sakit dan pusing pada kepalanya mereda, tidak menghilangkan sepenuhnya.

[✔️HYUCKREN] Fall For YouWhere stories live. Discover now